Menelusuri Sanad Qiro’at Syaikhona Kholil Bangkalan

Oleh:   Muhammad Abid Muaffan Khadim Sanad Qira’at Nusantara نَفْسِيْ وَنَفَسِيْ وَنَفِيْسِيْ كُلُّهَا لِلْعِلْمِ وَخِدْمَةِ أَهْلِهِ (س…

 Muhammad Abid Muaffan
Khadim Sanad Qira’at Nusantara
نَفْسِيْ وَنَفَسِيْ وَنَفِيْسِيْ كُلُّهَا لِلْعِلْمِ وَخِدْمَةِ أَهْلِهِ
(سيد محمد بن علوى بن عباس الحسنى المكى)
“Jiwa, nafas dan hartaku, semua untuk ilmu dan orang yang berilmu”
(Sayyid Muhammad bin Alawi al-Maliki)
Diskusi Sanad Qiro’at Syaikhona Muhammad Kholil bin Abdul Latif Bangkalan (1252 H -1343 H) bersama Lora H.

Muhammad Ismail Al-Ascholy

, Pengarang Safinatu Kalla Saya’lamun fi Tafsiri Syaikhina Maimun dan Keturunan keenam dari Syaikhona Kholil Bangkalan di Pondok Pesantren Syaikhona Kholil, Kelurahan Demangan Kecamatan Bangkalan, Kabupaten Bangkalan, Pulau Madura, Provinsi Jawa Timur.

Dalam Taqrirat Syaikhona Kholil ala Mandzumah Nuzhati Thullab Murid Langsung Syaikh Ahmad bin Muhammad ar-Rifa’i al-Hulwani al-Kabir Ad-Dimasyqi (1228 H – 1307 H) seorang Syaikhul Qurro’ Syam sekaligus pengarang Kitab Al-Lathaiful Bahiyyah Syarah al-Minhatu Saniyyah fi Ilmi Tajwid yang merupakan murid langsung Sayyid Abu al-Fauz Ahmad bin Ramadhan al-Marzuqi al-Maliki al-Misri (1205-1257) yang bermurid Sayyid Ahmad Zaini Dahlan (1232 H -1304 H), pengarang Mukhtasor Jiddan Syarah Matan al-Jurumiyyah yang juga guru dari Syaikhona Kholil Bangkalan dan Ulama Nusantara lainnya.
Syaikh Ahmad al-Marzuqi yang dikenal sebagai penulis Kitab Aqidatul Awwam juga mempunyai murid yang masyhur di Indonesia yakni Syaikh Abdurrahman bin Abdullah Batuhampar (1777 M -1899 M), Muara Sanad Qiro’at Nusantara dari Batuhampar, Payakumbuh, Sumatera Barat. Hal ini kami lihat langsung saat melihat manuskrip sanad Syaikh Abdurrahman Batuhampar bersama KH.

Ma’ruf Khozin

, KH. Idrus Romli, Ajengan Dr

Ahmad Ginanjar Sya’ban

, Gus

Najih Ramadhan

, dan kawan-kawan Persatuan Tarbiyah Islamiyah (PERTI) seperti Buya

Apria Putra Abiya Hilwa

Angku Mudo Khalis, pada 17 Nopember 2020 silam.

Syaikh Abdurrahman adalah kakek dari Wakil Presiden Pertama Republik Indonesia H. Muhammad Hatta (1902 M -1980 M) atau dikenal dengan Bung Hatta. Bung Hatta yang dilahirkan di Bukittinggi, Sumatera Barat ini adalah putra bin Muhammad Jamil bin Abdurrahman Batuhampar (1873 H -1903 H). Kelak pada 17 Agustus 1945, beliau bersama Ir. Ahmad Soekarno atau Bung Karno memproklamasikan kemerdekaan Republik Indonesia di Jalan Pengangsaan Timur no. 56, Jakarta.
Syaikh Abdurrahman juga guru dari Syaikh Sulaiman ar-Rasuli (1287 H – 1390 H) pendiri Madrasah

Tarbiyahislamiyah Id

(MTI) Canduang, Kabupaten Agam, Sumatera Barat bersama Syaikh Muhammad Jamil Jaho (1875 M – 1945 M), mertua Syaikh Muhammad Muda Wali (1917 M – 1961 M), Labuhan Haji, Aceh Selatan dan Syaikh Abbas Ladang Lawas (1285 H -1370 H) ayahanda KH. Sirojuddin Abbas (1905 M – 1980 M). Putra Syaikh Abdurrahman yakni Syaikh Arsyad bin Abdurrahman (w. 1924) kelak akan menulis Al-Qur’an 30 Juz dengan disertai kaidah Qiro’at Sab’i (Qiro’at Imam Tujuh).

Sanad Qiro’at Syaikhona Kholil yang dilahirkan di Demangan, Bangkalan, 11 Jumadil Akhir 1235 H atau 27 Januari 1820 M akan bersambung sampai kepada Imam Abu Umar Hafs bin Sulaiman al-Mughirah al-Asady (90 H – 180 H), murid sekaligus anak tiri dari Imam Abu Bakar Ashim bin Najud al-Asadi al-Kufi (w. 127 H) yang belajar Abu Abdurrahman bin Habib as-Sulami al-Kufi (w. 73 H). Beliau seorang tabi’in yang meriwayatkan hadist
عَنْ عُثْمَانَ – رضى الله عنه- عَنِ النَّبِىِّ -صلى الله عليه وسلم- قَالَ «خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ» رواه البخاري
“Ustman bin Affan radhiyallahu ‘anhu berkata: “Bahwa Rasulullah hallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:“Sebaik-baik kalian adalah yang belajar al-Quran dan mengajarkannya.” (HR. Bukhari)
Abu Abdurrahman as-Sulami yang diutus Khalifah Usman bin Affan untuk mengajarkan di Kufah (sekarang masuk wilayah Iraq) ini meriwayatkan bacaan Al-Qur’an kepada para sahabat terkemuka, diantaranya Usman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit dan Abdullah bin Mas’ud. Kesemua sahabat diatas bertalaqqi langsung kepada sang Shohibul Qur’an Rasulullah Muhammad SAW.
Sepulang dari Makkah al-Mukarramah, beliau akan mendirikan pesantren di Demangan, Bangkalan dan menjadi Mahaguru dari Ulama dari Jawa dan Madura, yang kelak mereka akan mendirikan Jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) pada 16 Rajab 1344 bertepatan 31 Januari 1926. Diantara murid-murid Syaikhona Kholil sebagaimana tercantum dalam Sanad Syaikhona Syaikhona Muhammad Kholil pemberian Lora H. Muhammad Ismail Aschal.
KH. Muhammad Hasan Sepuh – pendiri Pesantren Zainul Hasan Genggong, Probolinggo
KH. Hasyim Asy’ari – pendiri Nahdlatul ‘Ulama, dan Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang
KH. Abdul Wahab Hasbullah – pengasuh Pondok Pesantren Tambak Beras, Jombang
KH. Bisri Syansuri – pengasuh Pondok Pesantren Denanyar, Jombang
KH. Abdul Karim – pendiri Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri
KH. Ma’sum Ahmad- Lasem, Rembang
K.H. Munawwir – pendiri Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak, Yogyakarta
K.H. Bisri Mustofa – pendiri Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Rembang
K.H. Nawawi – pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri, Pasuruan
K.H. Ahmad Shiddiq – pengasuh Pondok Pesantren Ash-Shiddiqiyah, Jember
K.H. As’ad Syamsul Arifin – pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah, Sukorejo, Situbondo
K.H. Abdul Majjid – Batabata, Pamekasan
K.H. Toha – pendiri Pondok Pesantren Batabata, Pamekasan
K.H. Abi Sujak – pendiri Pondok Pesantren Astatinggi, Kebunagung, Sumenep
K.H. Usymuni – pendiri Pondok Pesantren Pandian, Sumenep
K.H. Zaini Mun’im – Paiton, Probolinggo
K.H. Khozin – Buduran, Sidoarjo
K.H. Abdullah Mubarok – pendiri Pondok Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya
K.H. Mustofa – pendiri Pondok Pesantren Macan Putih, Blambangan
K.H. Asy’ari – pendiri Pondok Pesantren Darut Tholabah, Wonosari, Bondowoso
Sayyid Ali Bafaqih – pendiri Pondok Pesantren Loloan Barat, Negara, Tabanan, Bali
Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan, Jakarta
K.H. Ali Wafa – Tempurejo, Jember
K.H. Munajad – Kertosono, Nganjuk
K.H. Abdul Fatah – pendiri Pondok Pesantren Al-Fattah, Tulungagung
K.H. Zainul Abidin – Kraksaan, Probolinggo
K.H. Zainuddin – Nganjuk
K.H. Abdul Hadi – Lamongan
K.H. Zainur Rasyid – Kironggo, Bondowoso
K.H. Karimullah – pendiri Pondok Pesantren Curah Damai, Bondowoso
K.H. Muhammad Thohir Jamaluddin – pendiri Pondok Pesantren Sumber Gayam, Madura
K.H. Hasan Mustofa – Garut
K.H. Chozin – Siwalan Panji, Buduran Sidoarjo
KH. Usman al-Ishaqi, Jatipurwo Surabaya
K.H. Raden Fakih Maskumambang – Gresik
Ir. Soekarno – Presiden Republik Indonesia pertama, menurut penuturan K.H. As’ad Samsul Arifin, Bung Karno meski tidak resmi sebagai murid Syekh Kholil, namun ketika sowan ke Bangkalan, Syekh Kholil memegang kepala Bung Karno dan meniup ubun-ubunya.
Sepanjang hidupnya, Syaikhona Kholil Bangkalan telah melahirkan banyak karya tulis. Kitab beliau kebanyakan berupa taqrirat dari berbagai kitab ulama salaf dari berbagai disiplin keilmuan. Uniknya beliau menulis taqrirat untuk kemudian dijual ke murid atau kawannya. Diantara karya-karya Syaikhona Kholil yang telah dicetak oleh Lajnah Turost al-Ilmi Syaikhona Kholil asuhan Lora Usman .
1. Isti’dad al-Maut fil Hatstsi ala Dzikri al-Mauti
wa Fiqh al-Janazati
2. Taqrirat Syaikhona Kholil ala Mandzumah Nuzhati Thullab fi Qawaid al-I’rab
3. Taqrirat Syaikhona Kholil ala Matan al-Izzi
4. Kitab al-Bina’ Dhimna Tadrib wa
Mumarosah fi Ilmi Tasrif
5. Ratib Syaikhona Kholil
Insya Allah karya Syaikhona Kholil seperti Matnus Syarif al-Mulaqqab bi Fat-hil Latif ini merupakan kitab matan (inti) yang berbicara mengenai dasar hukum Islam (ilmu fiqih) 52 halaman, disusul kitab-kitab lainnya. Semoga ikhtiar Lajnah Turost Ilmi Syaikhona Kholil dimudahkan untuk menghidupkan kembali khasanah keilmuan Guru Besar Ulama Nusantara yang berpulang ke Rahmatullah SAW 29 Ramadhan 1341 H/14 Mei 1925 M.
Wallahu a’lam
Madura, 18 Desember 2020

Enable GingerCannot connect to Ginger Check your internet connection
or reload the browser
Disable in this text fieldEditEdit in GingerEdit in Ginger×

https://www.halaqoh.net/2020/12/menelusuri-sanad-qiroat-syaikhona.html