Manfaatkan Luang Waktu Untuk Amal Kebaikan dan Ketaatan

LADUNI.ID, Jakarta – Waktu adalah laksana pedang, jika kita tidak mampu memanfaatkannnya, waktu sendiri yang akan menebas kita. Semangatlah dalam memanfaatkan waktu luang kita untuk kebaikan dan ketaatan, bukan untuk kemaksiatan. Karena jika kita tidak disibukkan untuk kebaikan dan ketaatan, tentu kita ada sisa waktu yang akan beralih pada hal-hal sia-sia yang tidak ada manfaatnya.

Sungguh telah banyak nikmat yang telah dianugerahkan Allah SWTkepada kita. Jika kita mencoba untuk menghitung nikmat tersebut niscaya kita tidak akan mampu untuk menghitungnya.
Allah SWTberfirman dalam QS. Ibrahim 14:34

وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَةَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

“Dan jika kalian menghitung nikmat Allah, niscaya kalian tidak mampu untuk menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan sangat mengingkari ni’mat Allah.”  (QS. Ibrahim 14:34)

Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam juga telah mengabarkan kepada kita bahwa waktu luang merupakan salah satu di antara dua kenikmatan yang telah diberikan Allah SWT kepada manusia. Tetapi sangat disayangkan, banyak di antara manusia yang melupakan hal ini dan terlena dengannya. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda,

نِعْمَتَانِ مَغْبُونٌ فِيهِمَا كَثِيرٌ مِنَ النَّاسِ ، الصِّحَّةُ وَالْفَرَاغُ

“Ada dua kenikmatan yang banyak dilupakan oleh manusia, yaitu nikmat sehat dan waktu luang.” (Muttafaqun ‘alaih)

Imam Ibnu Hajar Al – Asqolani dalam Kitab Fathul Bari membawakan perkataan Ibnu Baththal. Beliau mengatakan, ”Makna Hadis ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, dialah yang tertipu.”

Ibnul Jauzi dalam kitab yang sama mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam aktivitas dunia. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia dalam keadaan sakit. Apabila tergabung kedua nikmat ini, maka akan datang rasa malas untuk melakukan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu dan terperdaya. Banyak yang telah terbuai dengan kenikmatan ini. Padahal setiap nikmat yang telah Allah  SWT berikan akan ditanyakan.
Allah SWTberfirman Dalam QS. At- Takasur 102:8

ثُمَّ لَتُسْأَلُنَّ يَوْمَئِذٍ عَنِ النَّعِيمِ

“Kemudian kamu pasti akan ditanya tentang kenikmatan yang kamu bermegah-megahan di dunia itu.” (QS. At- Takasur 102:8)

Waktu yang telah berlalu tidak mungkin dapat kembali lagi. Penyesalan terhadap waktu yang telah berlalu adalah penyesalan yang tinggal penyesalan. Ingatlah, waktu yang sudah berlalu tidak mungkin akan kembali lagi,

الوقت أنفاس لا تعود

“Waktu adalah nafas yang tidak mungkin akan kembali.”

Syaikh ‘Abdul Malik Al Qasim berkata, “Waktu yang sedikit adalah harta berharga bagi seorang Muslim di dunia ini. Waktu adalah nafas yang terbatas dan hari-hari yang dapat terhitung. Jika waktu yang sedikit itu yang hanya sesaat atau beberapa jam bisa berbuah kebaikan dan ketaan, maka ia sangat beruntung. Sebaliknya jika waktu disia-siakan dan dilalaikan, maka sungguh ia benar-benar merugi. Dan namanya waktu yang berlalu tidak mungkin kembali selamanya.”  ( Risalah Al Waqtu Anfas Laa Ta’ud, hlm. 3)

Hendaknya kita menyadari bahwa waktu merupakan sesuatu yang sangat berharga bagi seorang hamba. Sungguh disayangkan jika waktu belalu begitu saja tanpa digunakan untuk melakukan ketaatan dan beribadah kepada Allah SWT yang telah banyak memberikan nikmat kepada kita. Waktu yang telah diberikan oleh Allah SWT, jika kita tidak memanfaatkannya untuk berbuat ketaatan kepada-Nya, niscaya waktu akan menjadi bumerang bagi diri kita sendiri.

Dalam kitab Al Jawaabul Kaafi karya Ibnul Qayyim disebutkan bahwa Imam Syafi’i pernah mendapatkan pelajaran dari orang sufi. Inti nasihat tersebut terdiri dari dua penggalan kalimat berikut:

الوقت كالسيف فإن قطعته وإلا قطعك، ونفسك إن لم تشغلها بالحق وإلا شغلتك بالباطل

“Waktu laksana pedang. Jika engkau tidak menggunakannya, maka ia yang malah akan menebasmu. Dan dirimu jika tidak tersibukkan dalam kebaikan, pasti akan tersibukkan dalam hal yang sia-sia.”

Sahabat Ibnu Mas’ud berkata,

ﻣﺎ ﻧﺪﻣﺖ ﻋﻠﻰ ﺷﻲﺀ ﻧﺪﻣﻲ ﻋﻠﻰ ﻳﻮﻡ ﻏﺮﺑﺖ ﴰﺴﻪ ﻧﻘﺺ ﻓﻴﻪ ﺃﺟﻠﻲ ﻭﱂ ﻳﺰﺩ ﻓﻴﻪ ﻋﻤﻠﻲ.

“Tiada yang pernah kusesali selain keadaan ketika matahari tenggelam, ajalku semakin berkurang, namun amalanku tidak bertambah.”

Syaikh Al Hasan Al Bashri berkata,

ﻣﻦ ﻋﻼﻣﺔ ﺇﻋﺮﺍﺽ ﺍﷲ ﻋﻦ ﺍﻟﻌﺒﺪ ﺃﻥ ﳚﻌﻞ ﺷﻐﻠﻪ  ﻓﻴﻤﺎ ﻻ ﻳﻌﻨﻴﻪ ﺧﺬﻻﻧﺎﹰ ﻣﻦ ﺍﷲ ﻋﺰ ﻭﺟﻞ

“Di antara tanda Allah berpaling dari seorang hamba, Allah menjadikannya sibuk dalam hal yang sia-sia sebagai tanda Allah menelantarkannya.”

Semoga Allah SWTsenantiasa mengkaruniakan hidayah-Nya kepada kita, sehingga kita tetap istiqamah untuk senantiasa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya dalam kebaikan dan ketaatan untuk meraih ridha-Nya. Aamiin Ya Rabb.

Sumber : Kitab Al-Jawabul Kafi dan Kitab Fathul Bari

___________

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada  Selasa, 15 Desember 2020. Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan.

Editor : Sandipo

https://www.laduni.id/post/read/70322/manfaatkan-luang-waktu-untuk-amal-kebaikan-dan-ketaatan.html