KH. Said Aqiel Siroj

KH. Said Aqiel Siroj
KH. Said Aqil Siroj. Photo: Ist

Menyebarkan Aswaja ala NU

Sehari sebelum semalam, Tahlil Muassis Nahdlatul Ulama sebagai puncak peringatan Hari Lahir NU ke- 98 di Masjid Istiqlal Jakarta,  Ketua Umum PBNU, Prof. DR. KH. Said Aqiel Siroj menyempatkan diri untuk berziarah tahlil bersama keluarga Pesantren Khas Kempek dan para santri.

Tahlil kali ini sepertinya agak berbeda dari beberapa tahlil yang pernah diikuti oleh Penulis. Dihadapan makam Dzurriyyah Kempek termasuk Rama Ayahanda dan Ibundanya Syaikhona KH. Aqiel Siroj dan Ny.Hj.Afifah Harun, Beliau membaca Amaliah Ahlissunnah waljama’ah ala thariqoti Nahdlatul Ulama ini cukup lengkap.

Begitu datang ke maqbaroh, seperti biasa salam satu persatu mendahulukan yang lebih sepuh dari keluarga yang sudah tidak ada. 

Duduk dan diawali dengan hadharah untuk bertawassul, membaca AlQur’an akhir surat Ali Imron dan AlHasyr, membaca Yasin, Waqiah, Tabarok juga AlKahfi.  

Kemudian disambung Tahlil dan ditambah Qasidah Burdah, baru ditutup dengan doa tanpa tawassul khusus. Selesai langsung kembali salam sebagaimana ketika datang.

Santri yang tidak bawa Qur’an akhirnya membaca Qulhu, dan kami yang membawa Hp, lihat aplikasi AlQur’an untuk bisa mengikutinya.

Pemandangan ziarah kali ini juga sedikit mengagetkan, begitu baca Burdah langit mendung hebat, rintik -rintik kecil mulai turun, sempat Beliau dipayungi dengan seutas daun oleh seprinya, namun Kiai Said tetap khusuk melantunkan qasidah ciptaan Imam Bushairi itu sampai doa, begitu selesai Beliau dawuh sambil senyum ” bli udan je he he. ” 

Semua keluarga yang mengikutinya tertawa kecil, setelah itu beranjak dan tak lupa salam dihadapan pusara KH. Idris Kamali menantu Hadhratussyeikh Mbah Hasyim Asy’ari.

Sambil berjalan menuju mobil, Beliau berbincang mengenai ikatan darah antara Kiai Aqiel dengan Gusdur (KH.Abdurrahman Wahid) yang ketemu pada garis Jaka Tingkir. Namun pembicaraan belum panjang, hujan segera mengejar, akhirnya kami pun bubar. 

Dan disinilah mungkin ada karomah, turun hujan seakan menunggu Ketum PBNU berpisah dengan Dzurriyah dan para santri pencari berkah.

Beberapa kali penulis menyaksikan, Beliau selalu berziarah ke makam ayahandanya, keluarga leluhur dan guru-gurunya, sebagaimana Kiai-Kiai Kempek mentradisikannya.

Tahun 2010, tepatnya malam Ahad 21 Maret 2010 ketika Pembina Yayasan Khas Kempek ini ingin mengikuti Muktamar di Makassar 23-28 Maret 2010, Beliau juga berziarah ke makam Keluarga Kempek, dilanjutkan ke Mbah KH. Said, Mbah KH. Siroj di Pesantren Gedongan dan berlanjut ke makam Syaikh Sunan Gunung Djati Cirebon.

Pada saat itu, kebeneran Penulis diberi kesempatan untuk mengikuti dan mengamini doa-doa Beliau ketika berziarah tersebut. Kami berlima ; ada ajudan Mas Dr.Ulil Hadhrawi, santri senior Kang Sibro, Kang Ufid dan Kang Maab. 

Alhamdulillah Kiai kami terpilih menjadi Ketua Organisasi Islam terbesar di dunia untuk pertama kalinya masa periode 2010 – 2015. Kami bersyukur karena inilah tonggak awal sejarah bagi perkembangan Pesantren Kempek khususnya dan warga nahdliyyin pada umumnya, dan kami merasakan barakahnya, saestu.

Begitulah nilai – nilai Aswaja disebarkan oleh ulama – ulama kita, semoga banyak hikmah yang bisa disemai, aamien.

NKT. Ba’da Jum’at, 

26.02.2021 M./14 Rojab 1442 H.

https://www.arrahmah.co.id/2022/07/kh-said-aqiel-siroj.html