Wirid Perjuangan NU KH. Abdul Wahab Chasbullah

KH Bisri Syansuri, KH Abd Wahab Hasbullah, Jend A.H. Nasution, KH Mahrus Aly, Habib Alwi Alhadad
KH Bisri Syansuri, KH Abd Wahab Hasbullah, Jend A.H. Nasution, KH Mahrus Aly, dan Habib Alwi Alhadad (kiri-kanan)

ARRAHMAH.CO.ID – Salah satu kekhasan jam’iyyah Nahdlatul Ulama (NU) adalah menjaga tradisi para ulama salafiyyah dalam mengamalkan isi pesan Al Qur’an dan hadits. NU menjadi gerakan organisasi Islam maksimalis yang selalu menggenapkan ubudiyyah dalam hal ibadah.

Salah satu pendiri NU yang dikenal memiliki pemikiran luas dalam bidang agama, kanuragan, wirid, bela diri pencak silat dan ahli politik adalah KH Abdul Wahab Chasbullah (1888 – 1971). Mbah Wahab merupakan putra dari KH Chasbullah bin Said bin Syamsuddin yang menikah dengan Nyai Lathifah.

Perjuangan Mbah Wahab dalam mendirikan NU sudah banyak memberikan inspirasi. Termasuk perjuangan dalam meneruskan dan mengembangkan Pondok Pesantren Bahrul Ulum (PPBU) Tambakberas Jombang yang didirikan ulama keturunan Raja Majapahit yang bernama KH Abdus Salam (Mbah Shihah).

Semangat berorganisasi dan berjuang nampak sekali dari syair karangan Mbah Wahab “Ya Lal Wathan” yang kini menjadi lagu wajib bagi NU saat acara-acara resmi. Dalam syair itu terdapat tiga pesan utama: cinta tanah, ajaran selalu bangkit bela tanah air dan keberanian melawan musuh yang mengancam tanah air.

Semangat yang demikian kuat dalam berorganisasi dan berjuang model Mbah Wahab tentunya tidak dilakukan dengan tangan kosong. Apalagi tradisi NU sudah sangat lekat dengan dunia spiritual dengan ilmu kanuragan dan wirid (dzikir) sebagai benteng spiritual dalam berjuang. Selain tentunya kekuatan fisik yang dibangun oleh Mbah Wahab dengan pencak silat sebagai keahlian bela diri.

Perpaduan olah fisik dan olah spiritual inilah yang hari ini perlu kembali dilakukan generasi jaman now. Hari lahir NU ke-92 patut sekali untuk merenungi bagaimana perpaduan fisik-spiritual versi Mbah Wahab itu dimunculkan kembali.

Bahwa berjuang itu tidak hanya cukup dengan akal yang melahirkan kecerdasan, kecerdikan dan strategi-strategi mengembangkan organisasi dan memperjuangkan negeri ini. Tetapi ada dua hal penting lainnya, yakni kekuatan fisik dan kedahsyatan dalam wirid.

Mbah Wahab menyatakan bahwa Islam bukan hanya berwibawa dan disegani karena ilmunya, melainkan juga karena wiridnya. Maka Mbah Wahab selalu mengajarkan bacaan wirid dan hizib agar warga NU memiliki kekebalan diri.

Apa wirid dan hizib yang dijalani Mbah Wahab dalam membakar semangat perjuangan berNU dan berindonesia?

Dalam buku KH Abdul Wahab Chasbullah Pahlawan Nasional dari Pesantren untuk Indonesia karya Ubaidillah Sadewa (2014) dijelaskan tentang bacaan wirid ijazah Mbah Wahab.

Pertama, bacaan “Maula ya shalli wa sallim da’iman abada ‘ala habibika khairil khalqi kullihimi. Huwal habibul ladzi turja syafa’atuhu likulli hauli minal ahwal muktahimi” dibaca 100 kali (jika sendirian) atau dibaca 1.000 kali (jika berkelompok). Adapun saat berkelompok, setiap bacaan 100 kali diselingi membaca “Maulaya” tiga kali.

Kedua, hizib nashar dan hizib qahri. Dua bacaan hizib karangan Syaikh Abu Hasan Asysyazili ini dapat menjadi benteng spiritual menggempur musuh atas anugerah Allah.

Diantara khasiyat dari hizib itu adalah: sebagai benteng perisai badan dari ancaman musuh, membela teman yang terkena fitnah, aman dari senjata tajam, menangkal pukulan musuh dan ampuh menyerang musuh dengan meraih kemenangan.

Adapun kaifiyyah membaca hizib ini adalah: berwudlu terlebih dahulu dilanjutkan shalat sunnah mutlak dua rakaat, duduk tawarruk (meletakkan kedua pantat di atas tanah) atau duduk tabarruk (kaki bersilang di bawah paha), membaca Al Fatihah sebanyak tujuh kali dihadiahkan untuk Syaikh  Abu Hasan Asysyadzili, para guru dan semua umat Islam, jika sampai kalimat in abtha’ta hendaknya berlutut dan membaca berulang tiga kali dalam bentuk sajak dan mengganti kalimat ukhdatana dengan ukhdata fulan bin fulan.

Ketiga, shalawat nariyah dan surat Al Insyirah agar dilanggengkan membaca sebagaimana keterangan dari Nyai Machfudzah Aly Ubaid (putri Mbah Wahab).

Semoga harlah NU ke-92 memberikan inspirasi kembalinya akar-akar NU dalam melanggengkan wirid-wirid para ulama. Sehingga kehidupan jaman now yang sangat rasional ini tidak mudah menyulut emosi–akibat jauhnya hati dengan mengingat Allah–yang salah satunya dengan membaca wirid dan hizib.*)

Oleh: M. Rikza Chamami
PW GP Ansor Jawa Tengah

https://www.arrahmah.co.id/2022/07/wirid-perjuangan-nu-kh-abdul-wahab.html