KH. Masyhuri Azhar: Kiai Penghafal al-Qur’an yang Kalem nan Sabar

  Oleh: Mukani Innalillahi wa inna ilaihi raji’un, baru saja guru kita KH Masyhuri Azhar Tebuireng, pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah Diw…

Oleh:

Mukani

Innalillahi
wa inna ilaihi raji’un, baru saja guru kita KH Masyhuri Azhar Tebuireng,
pengasuh Pondok Pesantren Al-Madinah Diwek Jombang tilar dunyo
. Itu adalah bunyi pesan dari salah satu teman
di WA group guru aliyah Pondok Seblak. Tepat pukul 11.31 WIB tadi.

Seolah penulis tidak percaya. Karena tidak
pernah mendengar beliau sakit. Bahkan pada tanggal 16 Januari 2021 kemarin
melangsungkan pernikahan putranya. Meski tidak banyak tamu yang diundang. Itu
pun dengan protokol kesehatan yang ketat.

Konfirmasi ke beberapa teman pun saya
lakukan. Dan, ternyata memang benar. Almarhum meninggal dunia setelah dirawat
di RSNU Jombang, Ahad Kliwon (24/1/2021).

 

Pribadi
Kalem

Jika
ingin mengajari anak berbuat kebaikan, caranya gampang. Mulailah dari diri
sendiri. Jangan sampai keduluan berbuat baik dari anak kita
. Itu adalah sepenggal nasihat yang
disampaikan beliau saat mau’idzah hasanah. Sekitar dua tahun lalu. Acara haflah
MI Salafiyah Syafi’iyah Pondok Seblak. Lokasinya hanya 200 meter barat Pondok
Tebuireng.

Secara pribadi, saya mengenal pertama kali
dengan beliau sebagai sesama guru di Yayasan Khoiriyah Hasyim Seblak. Saya
mengabdi sejak 2004 di unit madrasah aliyah. Sedangkan beliau adalah guru
mengaji di Pondok Seblak. Jauh lebih senior di atas saya.

Materi yang paling disukai oleh para santri
Seblak adalah qiro’ah. Sebagai alumni
dari Madrasatul Qur’an Tebuireng, keilmuan beliau sudah tidak diragukan lagi di
bidang ini. Banyak kenangan dari para kakak kelas di Pondok Seblak tentang
almarhum. Muaranya memang di ilmu al-Qur’an itu.

Setiap berpapasan dengan beliau, saya selalu
menyapa dengan salam. Tidak jarang justru beliau yang mengucapkan salam dahulu.
Pembawaan beliau yang kalem dan sopan menjadikan saya sungkan. Apalagi segudang
keilmuan yang sudah dikuasai beliau.

Di dunia dakwah, saya sering berinteraksi
dengan beliau ketika mengisi kegiatan keagamaan bagi para siswa. Sering
diundang di SMAN 1 Jombang, tempat tugas saya. Terutama pada momentum kegiatan
peringatan hari besar Islam (PHBI). Terakhir, seingat saya, sebelum pandemi
Covid-19, beliau diundang OSIS pada peringatan Maulid Nabi Muhammad Saw.
Lokasinya di Masjid Agung Baitul Mukminin, barat alon-alon Jombang.

Teman-teman sesama guru agama Islam juga
sering mengundang beliau di acara sekolah masing-masing. Termasuk juga kegiatan
organisasi musyarawah guru mata pelajaran pendidikan agama Islam (MGMP PAI)
Kabupaten Jombang. Biasanya, tema yang disampaikan terkait lathifatul qalbi, shalat khusyu’ ataupun al-Qu’ran.

 

Ilmu
Ditulis

Satu kesan yang saya ingat dari beliau adalah
menjelang peringatan satu abad Pondok Seblak. Sebagai panitia, saya dan Kang
Fery sowan ke beliau untuk mengantarkan surat undangan. Maklum, beliau adalah
salah satu guru senior di Pondok Seblak.

Di tengah sowan itu, beliau mempersilakan
kami berdua untuk menunggu di teras sebelah selatan bangunan pondok. Tidak lama
kemudian beliau menemui kami. Awalnya beliau menceritakan asal mula pondok yang
berlokasi di sebelah barat jalan raya Jombang-Malang itu. Termasuk bangunan
baru di sisi timur jalan dan pendirian SMP Al-Madinah.

Obrolan kemudian mengarah kepada keinginannya
untuk menulis. Bentuknya bisa modul, diktat atau buku secara serius. Temanya
terutama bidang yang diajarkannya selama ini. “Agar mudah untuk menuangkannya
menjadi tulisan,” kilahnya.

Beliau ingin ilmu yang dimiliki disebarkan ke
orang lain. Terlebih di pondok yang dipimpinnya juga banyak mahasiswa yang
menimba ilmu. Terutama di Program D-2 Pendidikan Guru Taman Pendidikan
al-Qur’an (PGTPQ). Baik santri yang mukim maupun mahasiswa dari luar pondok.

Niat itu disampaikan beliau dengan mimik
serius. Sebagai penulis, saya melihat yang diobrolkan itu tidak sekedar obrolan
pelengkap menerima tamu. Namun niat tulus dalam berjuang terus untuk
menyebarkan ilmu.

Pertanyaan-pertanyaan ringan pun dilontarkan
kepada saya. Mulai dari biaya cetak hingga desain sampul. Namun pada intinya,
ide kepenulisan sudah beliau dapatkan. Terlebih ditambah dengan pengalaman
panjang dalam mengajar.

Ya, di tengah kesibukannya, beliau punya niat
kuat untuk membukukan ilmunya. Bahkan, sambil berseloroh, siap berguru dalam
hal kepenulisan. Sebuah sikap yang merendah dari sosok kiai penghafal al-Qur’an
ini.

Kiai berkacamata yang sabar ini memang sudah
meninggalkan kita semua. Tentu dengan segudang ilmu yang sudah dimiliki.
Kesedihan tentu dirasakan semua pihak atas kepergian almarhum. Termasuk dari
kami keluarga besar Pondok Seblak, salah satu tempat almarhum mengabdikan diri.

Namun yang menjadi tugas bersama adalah
meneruskan perjuangannya. Bagaimana tetap melahirkan generasi penerus yang
tidak hanya hafal al-Qur’an. Tapi juga memahami dan mengamalkan isinya.

Selamat jalan Kiai Masyhuri. Saya bersaksi,
Panjenengan adalah orang baik yang pernah saya temui. Hanya doa yang tulus saya
panjatkan. Semoga husnul khatimah. Amin.

*Mukani adalah guru aliyah Pondok Seblak, pengelola
Griya Pustaka Kayangan (GPK) Jombang dan pengurus LTN PWNU Jawa Timur.

https://www.halaqoh.net/2021/01/kh-masyhuri-azhar-kiai-penghafal-al.html