Bunga-Bunga Ramadhan : Puasa sebagai Perisai (bag-3)

Ibadah puasa itu
punyaku dan Aku akan membalasnya sendiri”

“Puasa itu perisai”

ARRAHMAH.CO.ID –Keistimewaan bulan
Ramadhan, bagi umat Nabi Muhammad SAW, itu menggenapi lahir-batin. Secara lahiriah,
bulan ini mendatangkan keberlimpahan pangan. Biasanya jumlah konsumsi beras
justru meningkat di bulan ini. Aneh kan? Juga demikian pengeluaran. Ekonomi putarannya
bergerak—meski di masa pandemi ini cenderung melambat. Tapi itulah berkah Ramadhan.
Masjid-masjid, meski dalam pembatasan akibat protokol kesehatan masa Pandemi, masih ada yang menyediakan takjil
(kudapan berbuka puasa) beraneka rupa. Sekurang-kurangnya dua jenis: makanan
berat dan minuman, misalnya kolak pisang-singkong. Ramadhan yang di dalamnya
diperintahkan umat berpuasa (wajib) ternyata juga menarik perbuatan amal
kebijakn lainnya, misalnya sedekah, infaq, dan kebajikan lainnya. Yang bakal
diganjar berkali lipat. Ya, ini karena keutamaan bulan Ramadhan [Baca: Bag-2 ]. Secara
bathin, inilah kelebihan lainnya.

Berbeda dengan puasa sendiri,
jika satu amal kebajikan bisa diganjar 10 kali lipat (QS: 6: 160) sampai 700
lipat pahala (QS: 2: 261), puasa tidak. “Ash-Shoumu Liya wa-ana ajziy bihi” demikian
firman Allah dalam hadis Qudsy. “Ibadah
puasa itu untukku (punyaku) dan Aku akan membalasnya sendiri”—
artinya pahala
puasa itu hak preogratif Allah, dan rahasia. Iya, terserah Allah mau diganjar
berapa, bagaimana, berupa apa, itu rahasia—sebagaimana ibadah puasa itu
sebenarnya ibadah sirr, rahasia. Puasa
memang menunjukkan kedekatan hamba dan Tuhannya. Di dalam puasa, seorang hamba
memiliki hubungan begitu dekat dan intim (al
Uns
) sehingga hanya dia dan Tuhannya yang tahu tentang dunia batinnya
sendiri—dan puasanya. Karena itu, orang-orang tua zaman dulu, terutama di Jawa,
jika punya kebutuhan khusus atau mendesak, maka cara memohonnya kepada Tuhan
dengan berpuasa.

Selain itu juga dikatakan bahwa “Puasa itu perisai”. Ungkapan
ini kerap dijumpai di dalam literatur kitab klasik pesantren, terutama
pasal yang menjelaskan keutamaan puasa atau bulan suci ramadhan. Salah satunya
di dalam Kitab Tanqihul Qoul, syarah untuk kitab Lubabul Hadist karangan Syaikh Annawawi Albantani. Ungkapan ini rupanya
adalah Hadits. Sebagaiman perisai atau tameng, ia melindungi pemiliknya dari
bahaya kematian dan serangan musuh dalam peperangan. Dan, hidup ini tak lain
adalah peperangan Manusia melawan Syaithan musuh bebuyutannya.  

“Ash-Shoumu junnatun minan-Nar,
Kajunnati Ahadikum minal Qital” – Puasa itu
pirasi dari bahaya api neraka, seumpama perisai salah satu di antara kalian
dalam peperangan.
Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Utsman bin
Abil Ash, dan kedudukan hadits ini shohih. Fungsi perisai adalah melindungi dan
menjaga dari serangan mematikan musuh, menolak senjata dan perlindungan dari
bahaya serangan.

Ada 6 (enam) piranti Syaithan untuk
mengalahkan dan menjatuhkan Manusia dari kedudukannya sebagai hamba pilihan dan
mahkluk termulia di antara para mahluk Allah lainnya. Berikut ini kita simak
dengan baik;

1.  Ghadhab
(marah)

2.  Nafsu Syahwat (Birahi/libido)

3.  Hasad,
hasud (iri dengki)

4.  Syu’batul
Bathni
(memperkenyang perut)

5.  Attazayyun
fil Maal
(bermegah-megahan)

6.  Syur’atu
fil A’mal
(tergesa-gesa dalam perbuatan)

Ke-empat piranti di atas, tentu
berkaitan erat dengan puasa sebagai riyadloh melatih nafsu (baca: Bag.1 asal muasal wajib puasa) agar sampai pada
derajat “muthmainnah”, “radliyah” dan “mardliyah”.

Berkat puasa, berkuranglah
sifat pemarah dan dorongan syahwat (libido)—harusnya demikian. Dan rasa iri
dengki (hasud) juga hilang, karena keterlibatan kedekatan Shoim (orang yang
puasa) dengan Allah akan menghilangkan rasa dengki. Apalagi memperkenyang
perut, yang juga menjadi sumber penyakit secara fisiologis, psikologis dan
bathin, tak akan pernah terjadi berkat puasa. “Diantara wadah yang dibenci oleh
Allah adalah perut yang terisi terlalu penuh (kekenyangan) dengan barang halal,”—demikian
dalam sebuah hadis lain. 

Selebihnya: Attazayyun fil
Maal
atau bermegah-megahan dalam harta benda yang dicela itu sudah cukup
banyak dalil nash (Al Quran & Hadits). Dan perkara ini dapat memicu
perseteruan dan kedengkian. Dan tergesa-gesa itu adalah perbuatan dari syaithan,
’Ajalatu minasy Syaithan” (Al Hadits).
Ramadhan ini biarpun berkah melimpah ruah, berupa makanan dan minuman yang
jarang muncul sekalipun tetiba ada, tersedia mudah, tetaplah kita “waspada”
karena kita sejatinya tetap menenteng-nenteng tameng itu. Dan 6 alat setan
mengalahkan kita tetap mengintai kalau kita kurang awas dan mawas diri. (Bersambung)[]

*). Alumnus PPs Kyai Syarifuddin Lumajang, Jawa Timur.
https://www.arrahmah.co.id/2021/04/bunga-bunga-ramadhan-puasa-sebagai.html