Sembilan Pesan dari Steve Wheeler untuk Menghadapi Tantangan Dunia Literasi Digital

Oleh Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Hari ke hari perkembangan teknologi semakin berkembang pesat, akses untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi bisa kita dapatkan secara cepat dan mudah. salah satunya internet yang sudah menjadi teman setia kita dalam menjalankan kegiatan sehari-hari, mulai dari melihat prakiran cuaca hingga membaca berita di situs online. Dengan mudahnya akses ini memberikan kesempatan kepada kita untuk mengunggah informasi dengan sangat mudah hanya dengan satu sentuhan saja. Oleh karena itu kita harus membekali diri supaya lebih kritis dalam menerima informasi yang didapat, karena tidak semua informasi itu bisa dibuktikan kebenarannya. Untuk itu kita perlu membekali dan mengedukasi diri agar informasi yang belum bisa dibuktikan kebenarannya itu tidak menyebar luas dengan cara literasi digital.
Kalaupun demikian. Lantas elemen penting apa sajakah yang harus dikuasai dalam pemanfaatan tekonologi informasi dan komunikasi?

Steve Wheeler (2012) dalam tulisannya yang berjudul Digital Literacies For Engagement In Emerging Online Cultures, mengidentifikasi ada sembilan elemen penting dalam dunia litersi digital seperti:

Pertama: Social Networking menjadi bagian dalam kehadiran situs jejaring sosial adalah salah satu contoh yang ada dalam social networking atau kehidupan sosial online. Kini tiap individu yang terlibat dalam kehidupan sosial online akan selalu dihadapkan adanya layanan tersebut. Seseorang yang memiliki smartphone dapat dipastikan memiliki banyak akun jejaring media sosial misalnya Facebook, Twitter, Linkedin, Path, Instagram, Pinterest, ataupun Google.

Kedua: Transliteracy, diartikan sebagai kemampuan memanfaatkan segala platform yang berbeda khususnya untuk membuat konten, mengumpulkan, membagikan hingga mengkomunikasikan melalui berbagai media sosial, grup diskusi, smartphone dan berbagai layanan online yang tersedia.

Ketiga, Maintaining Privacy, dalam literasi digital adalah tentang maintaining privacy atau menjaga privasi dalam dunia online. Memahami dari segala jenis cybercrime seperti pencurian online lewat kartu kredit (carding), mengenal ciri-ciri situs palsu (phishing), penipuan via email dan lain sebagainya. Menampilkan identitas online hanya seperlunya saja untuk menghindari sesuatu hal yang tidak di inginkan.

Keempat: Managing digital identity, berkaitan dengan bagaimana cara menggunakan identitas yangtepat diberbagai jaringan sosial dan platform lainya.

Kelima: Creating content; atau berkaitan dengan suatu ketrampilan tentang bagaimana caranya membuat konten di berbagai aplikasi online dan platform misalnya di PowToon, Prezi, blog, forum, dan wikis. Selain itu mencakup kemampuan menggunakan berbagai platform e-learning.

Keenam: Organization and sharing content; adalah mengatur dan berbagi konten informasi agar lebih mudah tersebarkan. Misalnya pada pemanfaatan situs social bookmarking memudahkan penyebaran informasi yang bisa diakses oleh banyak pengguna di internet.

Ketujuh: Reusing/Repurposing Content, mampu bagaimana membuat konten dari berbagai jenis informasi yang tersedia hingga menghasilkan konten baru dan dapat dipergunakan kembali untuk berbagai kebutuhan. Misalnya seorang guru/dosen membuat konten tentang mata pelajaran tertentu dengan lisensi creative common. Konten tersebut diunggah di website, sehingga akan banyak yang mengunduhnya. Akhirnya bisa digunakan oleh orang lain yang membutuhkan/menambahkan informasi/pengetahuan baru agar lebih lengkap sesuai kebutuhannya.

Kedelapan: Filtering and Selecting Content, kemampuan mencari, menyaring dan memilih informasi dengan tepat sesuai dengan kebutuhan yang diinginkan melaui berbagai mesin pencari di internet.

Kesembilan: Self Broadcasting, bertujuan untuk membagikan ide-ide menarik atau gagasan pribadi dan konten multimedia misalnya melalui blog, forum atau wikis. Hal tersebut adalah bentuk partisipasi dalam masyarakat sosial online. Walahu A’lam Bishowab.

Penulis:

Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Rumah Baca Masyarakat Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kecamatan. Panawangan Kabupaten. Ciamis Provinsi Jawa Barat. Karya Lengkap sd. Tahun 2022 dapat di akses melalui: (1) http://digilib.uinsgd.ac.id/view/creators. (2) https://www.google.com/search?+ a.rusdiana +shopee&source (3) https://play.google.com/store/books/author?id.