Membayar Zakat: Bukti dan Implikasi dari Literasi Agama dan Kepekaan Sosial

Oleh Ahmad Rusdiana, Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung.

Tak terasa bulan Ramadhan 1443 H., sudah berjalan 28 hari, satu atau dua hari lagi sampai pada puncaknya Idul Fitri, umat Muslim Insya Allah akan segera mendapatkan ampunan dari Allah taala. Ini momentum yang sangat baik untuk mendekatkan diri pada Allah taala. Nabi Muhammad ketika menyambut bulan Ramadhan selalu di masjid dan memperbanyak amalan ibadah, amalan sosial, dan amalan berbagi kepada sesama manusia, kepedulian memberi dan menerima melalui zakat fitrah. Perintah Zakat Dan laksanakanlah salat, tunaikanlah zakat, dan rukuklah beserta orang yang rukuk. (QS. Al-Baqarah[2]:43). Pelaksanaan pembayaran zakat Fitrah sebelum shalat Idul Fitri pada tanggal 1 Syawal. Selanjutnya Nabi Muhammad bersabda;Tidak akan diangkat puasa kalian kecuali dengan menunaikan zakat.
Sudah jelas bahwa setiap kaum Muslimin diwajibkan membayar zakat fitrah kecuali yang fakir dan miskin. Zakat adalah tujuan untuk maghfiroh dan menuju kesempurnaan ibadah puasa di tengah bangsa yang lagi membutuhkan rasa berbagi untuk meningkatkan rasa kesejahteraan bagi kaum Muslim. Itulah mungkin dapat dikatakan kecerdasan Lietasi Agama dan Kepelaan Sosial. Untuk hal itu pula, ada beberahal yang perlu diperhatikan sehubungan dengan dengan makna Literasi Agama dan Kepekaan sosial di antaranya:

Pertama: Jelas fenomena zakat membentuk manusia ke kepribadian suka menolong dan mampu memberikan manfaat bagi manusia yang lain, khoirunnas anfauhum linnas sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat bagi manusia yang lain. Bulan Ramadhan bukan sekadar bulan untuk berpuasa dan beribadah sebanyak-banyaknya, melainkan faktor sosial dengan rasa peduli bagi seluruh umat Islam untuk merasakan bagaimana rasanya lapar dan bagaimana saling berbagi melalui zakat. Dan zakat ada yang disebut zakat fitrah dan zakat mal, zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan umat Islam dan wajib hukumnya dan diberikan kepada kaum fakir dan miskin. Sedangkan zakat mal adalah zakat yang diberikan oleh orang yang mampu dan dikenai kewajiban bagi orang yang kaya dan diberikan kepada fakir dan miskin.

Sejatinya, membayar zakat adalah membersihkan harta selama setahun dengan memberikan sebagian harta kepada amil zakat untuk dibagikan kepada orang yang berhak menerima zakat, seperti fakir, miskin, mualaf, orang yang jihad fi sabilillah, sayid (keturunan nabi), dan budak, tetapi sekarang ulama fikih menghapus budak karena budak tidak berlaku sekarang di Indonesia.

Kedua: Kepedulian sosial Kepekaan sosial dan perhatian kepada kaum duafa merupakan rahmat di bulan Ramadhan sungguh inilah kesempatan yang luas untuk menyucikan diri di Ramadhan 1431 H ini, karena selama setahun kita harus dilatih untuk puasa dalam satu bulan, mengerjakan shalat tarawih di malam hari dan membayar zakat, dan bersedekah ketika berbuka puasa.

Banyak amalan yang dapat kita kerjakan selama bulan Ramadhan, justru semakin banyak amalan ibadah semakin meningkatkan ketakwaan dan keimanan yang menuju kesempurnaan dalam beribadah. Rasa kepedulian sosial yang dilaksanakan kaum Islam merupakan keindahan dalam beribadah, zakat, infak, dan sedekah adalah rasa belajar saling berbagi dan saling memiliki. Dengan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) semakin menyadarkan bahwa harta yang kita miliki adalah titipan dan wajib untuk diberikan kepada yang membutuhkan walaupun hanya 2,5 persen.

Ketiga: Menuju takwa; melaksanan puasa maupun zakat, kita menuju ketakwaan sosial. Selain mendapat pahala karena takwa, sosial adalah bagian dari ketakwaan. Ketika kita takwa, maka rasa sosial akan semakin meningkat dengan meningkatkan sedekah dan menyisihkan sebagian harta bagi orang yang fakir dan miskin. Takwa adalah sikap yang horizontal dan vertikal, horizontal adalah hubungan manusia dengan Tuhannya, sedangkan vertikal adalah hubungan manusia dengan alam (baik manusia, hewan, maupun tumbuhan). Inilah yang segera kita realisasikan dengan penuh kesadaran berbenah diri dalam setahun yang akan datang. Semakin berbuat baik, sabar dalam pekerjaan dan ibadah walaupun kita berusaha untuk menyempurnakannya, tetapi ketika kita berusaha, maka akan terjadi (man jadda wajada). Ketika manusia bersungguh-sungguh dalam beribadah pasti akan berhasil dan meraih pahala dari Tuhan-nya.

Kesempatan untuk takwa dan mencari maghfiroh dalam bulan Ramadhan akan segera habis, marilah kita akhiri bulan Ramadhan dengan keindahan dalam beribadah. Sempurnakan ibadah Puasa ini dengan sesegera bayar zakat dan sedekah. Setelah sebulan penuh kita berpuasa, maka diakhiri dengan shalat Idul Fitri, semoga bulan syawal 1431 H besok menjadikan kita manusia yang suci dan kembali dekat dengan Allah. Tuhan Yang Maha Pengampun dan Maha Memberi akan memberikan ganjaran kepada setiap umatnya yang mau untuk beribadah total di bulan Ramadhan. Wallahu Alam Bishowab.

Bagikan tulisan ke: