Membangun Budaya Literasi Memerluakan Kolaborasi

Oleh A. Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Terma “budaya literasi” mungkin sudah tak asing lagi terdengar di telinga kita, menurut anggapan kebanyakan orang literasi sering kali diartikan sebagai kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis, tentunya anggapan semacam ini tak salah. Tetapi lebih dari itu, literasi memiliki cakupan arti secara luas yaitu bagaimana mengasah pola berfikir yang diperoleh dari bacaan yang kita baca, sehingga dari situ tercipta sebuah karya baik tulisan maupun hal lain.

Kemajuan teknologi internet, telah memberikan dampak positif untuk meningkatkan daya literasi entah dalam bentuk membaca maupun menulis. Kehadiran, internet telah memberikan kemudahan dengan berbagai sajian informasi, berita hingga ilmu pengetahuan dapat di akses dan nikmati begitu mudah.

Namun yang menjadi pertanyaan adalah, apakah kemajuan teknologi di era disrupsi ini, mampu menjadikan tolak ukur peningkatan litersi? Tentu tidak semudah itu, peningkatan literasi bukan hanya tergantung pada kemajuan teknologi, sebagai contohnya dibalik kemajuan dunia digital, nyatanya minat baca bangsa Indonesia masih tergolong rendah tertaut hanya pada angka 0,001%. Artinya hanya ada satu dari 1000 orang yang memiliki tingkat baca tinggi atau secara serius (Visa’s International Financial Literacy: Barometer 2012).

Sungguh ironis dan memprihatinkan bagi generasi zaman sekarang dan yang akan datang. Yang seharusnya mereka didapuk sebagai tumpuan dan harapan bangsa, lalu bagaimana bangsa ini akan maju jika minat baca saja masih sangat memprihatinkan.. Kelemahan minat baca yang rendah akan membawa masyarakat pada siklus kebodohan, kemalasan dan kemiskinan. Ketiga siklus tersebut seolah-olah tak pernah absen dari permasalahan negri ini setiap tahunnya. Tentunya untuk mengentaskan permasalahan tersebut diperlukan langkah sistematis dan komprehensif dari berbagai pihak termasuk juga pemerintah.

Kehadiran aplikasi dengan berbasis android, sejatinya dapat membawa kemudahan dalam mengakses berbagi berita hingga ilmu pengetahuan. Namun dengan kemudahan tersebut, apakah kita melalikan begitu saja, ataukah sibuk dengan berita maupun percakapan tak bermakna, bahkan tanpa sedikitpun mengambil manfaat darinya.

Keberhasilan suatu organisasi dalam mencapai kinerja bergantung pada faktor manajemen dan faktor manusia sebagai performer menjadi faktor kunci keberhasilan dan kelangsungan aktivitas suatu organisasi dikarenakan pada hakekatnya di dalam organisasi itu terjadi “proses kerjasama antar manusia untuk mencapai tujuan organisasi”. Atasan dan bawahan saling bekerja sama tanpa ada perbedaan kepentingan. ”tujuan dan harapan mereka adalah sama dan akan diwujudkan bersama; atasan tidak menganiaya bawahan dan bawahan tidak merugikan pimpinan maupun organisasi yang ditempatinya” (Riawan. 2010). Itulah sebenarnya yang disebut kolaborasi. Para ahli sepakat bahwa kolaborasi adalah: ”suatu kerjasama yang dilakukan antar organisasi untuk mencapai tujuan bersama yang sulit dicapai secara individual” (Aggranoff&McGuire,2003), (Raharja,2008) (Grey dalam Fendt, 2010).

Baca juga Mengapa Harus Berkolaborasi

Begitu halnya dengan proses proyek perubahan upaya “membangun budaya literasi” yang efektif dan efisien tertumpu pada kemauan dan kemampuan untuk mewujudkan komitmen bersama yang telah disepakati walaupun dengan kondisi jumlah personil yang terbatas tetapi dapat mewujudkan tujuan dari proyek perubahan ini. Project Leader dalam membangun budaya literasi; berfunsi sebagai pengerak untuk mendorong para stakeholder untuk terus bersama-sama beradaptasi menghadapi setiap perubahan lingkungan dan kemajuan yang ada. Untuk hal itu. Project Leader dapat menggunakan kerangka manajemen dengan mengkolaborasikan, mengkoor-dinasikan dan singkonisasi antara aspek kepemimpinan dan sumberdaya organaisasi meliputi 6M, sebagaimana dikonsepsikan George R. Terry, (1986), sebagai berikut:

Pertama: Man (Manusia)

Manusia memiliki peranan penting dalam sebuah organisasi yang menjalankan fungsi manajemen dalam operasional suatu organisasi yang menentukan tujuan dan dia pula yang menjadi pelaku dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

Kedua: Money (Uang)

Uang menjadi alat dalam proses pencapaian tujuan dengan penggunaan yang diperhitungkan secara rasional. Penggunaan uang dalam perusahaan sebagai biaya operasional, baik seperti gaji, pembelian dan perawatan alat kantor serta alat lainnya.

Ketiga: Methods (Metode)

Metode dapat dinyatakan sebagai penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan memberikan berbagai pertimbangan kepada sasaran, fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta uang dan aktivitas bisnis.

Kempat: Material

Material adalah bahan-bahan baku yang dibutuhkan biasanya terdiri dari bahan setengah jadi dan bahan jadi dalam operasi awal guna menghasilakan barangatau jasa. Tanpa bahan baku aktivitas produksi tidak akan mencapai hasil yang dikehendaki.

Kelima: Machines (Mesin)

Mesin adalah alat peralatan termasuk teknologi yang digunakan untuk membantu dalam operasi untuk menghasilkan barang dan jasa. Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan efisiensi kerja. Juga diperlukan untuk melakukan pekerjaan sulit menjadi lebih mudah dan cepat.

Keenam: Market (Pasar)

Pasar diperlukan untuk menyerbarluaskan hasil-hasil produksi agar sampai ketangan konsumen. Konsumen atau pasar dan stakeholder adalah elemen penting sebagai unsur manajemen. Tanpa pemasaran, barang tidak laku terjual. Sebab tidak ada permintaan dan bisa berakibat pada produksi terhenti. Bahkan aktivitas perusahaan bisa vakum.
Wallahu A’lam Bishowab.

Penulis:


A. Rusdiana,
Guru Besar bidang Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Peneliti Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (PTKIS) sejak tahun 2010 sampai sekarang. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengem-bangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C. Taman Baca Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kec. Panawangan Kab. Ciamis.