Malu dan Sombong: Penghalang Orang belajar dan Mengajar Ilmu

Laduni.ID Pringsewu – Mari kita berkaca kepada Sahabat nabi yang bernama Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhu (619 M, Mekkah – 687 M, Tha’if), yang dijuluki Habrul Ummah wa Turjumanul Quran (ulama umat ini dan ahli tafsir Al Quran) dan Bahrul Ulum (lautan ilmu) pada masanya. Sebab, beliau sangat terkenal akan semangatnya dalam mencari ilmu. Tidak ada rasa malu dan sombong dalam dirinya, ketika menuntut ilmu, sehingga beliau memiliki kedudukan yang istimewa di mata para sahabat nabi lainnya.

Abdullah bin Umar bin Khattab atau Abdullah Umar atau Ibnu Umar Radhiyallahu Anhu (610 – 693 M, Mekkah) berkata, “Orang yang paling istimewa mengetahui Asbabun-Nuzul adalah Abdullah bin Abbas.” Selain itu Umar bin Khattab Radhiyallahu Anhu telah menempatkan Abdullah bin Abbas Radhiyallahu Anhu di deretan golongan sahabat yang alim ulama terkemuka.

Baca Juga: Cara Mencuci Kemaluan Pria dan Wanita yang Benar Sesuai Syariat Islam

Seorang ulama besar golongan tabi’in, murid sahabat Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu, seorang imam, ahli fiqih, serta banyak meriwayatkan hadits dengan derajat periwayatan yang dianggap sangat tepercaya (tsiqah), yaitu Imam Mujahid Bin Jabir rahimahullah (642 – 722 M, Mekkah), mengatakan bahwa kalau mau dapat ilmu, hilangkan dua sifat buruk: malu dan sombong.

قَالَ مُجَاهِدٌ لَا يَتَعَلَّمُ الْعِلْمَ مُسْتَحْيٍ وَلَا مُسْتَكْبِرٌ

“Imam Mujahid berkata, orang yang malu tidak akan (bisa) mendapatkan ilmu, demikian juga orang sombong” (HR. Imam Bukhari rahimahullah, menyebutkan secara mu’allaq dalam kitab Shahihnya Kitabul Ilmi Bab: Al-Haya’ fil Ilmi).

Malu

Kadang-kadang  manusia memang dihalangi rasa malu untuk bertanya hukum agama atau mencari ilmu. Orang yang malu dalam belajar, maka selamanya ia tidak akan mendapatkan ilmu. Malu nanti dianggap sebagai orang bodoh. Malu kalau dianggap bertanya soal remeh. Malu duduk di majelis pengajian karena sudah tua.

Oleh sebab itu, dalam belajar ilmu agama, jangan ada sifat malu, karena itu bukan pada tempatnya. Jangan malu belajar ketika sudah berumur, jangan malu jika sulit paham, jangan malu membahas tentang masalah haidh, mani, jima’, dst. Sebab itu bagian dari agama kita, ada hukum-hukum syari’at yang mesti kita pelajari. Sedangkan, mempelajari agama hukumnya wajib. Semoga Allah memberikan kita ilmu yang bermanfaat.

Baca Juga: Meredam Kesombongan Melalui Kalimat Takbir

Sombong

Sombong itu sangat menghalangi seseorang mencari ilmu atau berilmu, membuat orang awet lestari dalam kebodohan, dan membuatnya tertipu, merasa hebat dan pintar padahal bodoh tidak ketulungan.

Munculnya rasa kesombongan ini bisa disebabkan berbagai faktor, antara lain:

1. Sombong bisa menjangkiti orang yang merasa memiliki gelar akademis tinggi, sehingga meremehkan orang yang dianggapnya bodoh, karena tidak pernah menempuh pendidikan formal.

2. Sombong bisa menjangkiti orang yang merasa berada di dalam jamaah/afiliasi “yang paling benar”, sehingga sikapnya meremehkan dan memicingkan sebelah mata terhadap orang atau  ulama di luar kelompoknya, padahal hati kecilnya mengakui ada banyak ilmu bermanfaat yang bisa digali dari orang yang diremehkannya.

3. Sombong bisa menjangkit orang yang sudah kadung di’ustadz’kan, di’kyai’kan, di’syaikh’kan, atau di’gus’kan. Akibatnya, merasa gengsi untuk belajar lagi. Apalagi duduk bersama orang lain di majelis tertentu, padahal hati kecilnya tahu bahwa dirinya bodoh dalam ilmu tertentu. Hanya saja, karena kebiasaannya adalah didengarkan ucapannya, bukan mendengarkan, maka gengsi ini membuatnya jadi terhalang dari ilmu yang bermanfaat.

4. Sombong bisa menjangkiti orang yang merasa lebih tua dan senior. Merasa lebih banyak makan asam garam kehidupan. Merasa lebih kenyang dgn pengalaman. Akibatnya, apapun yang dikatakan oleh orang yang dianggapnya masih “hijau” akan selalu diremehkan.

5. Sombong bisa menjangkiti orang populer. Dia merasa punya fans/liker/follower yang banyak sehingga dia merasa paling pintar. Akibatnya jika ada nasihat/masukan dari ulama yang tidak populer maka dia meremehkan dan memandang sebelah mata.

Baca Juga: Cara Meninggalkan Sifat Sombong Menurut Imam Nawawi Al Bantani

Sombong bisa menjangkiti siapapun. Kita semua bisa terkena tiupannya. Oleh karena itu, marilah berlindung dari malu yg tidak benar, dan sombong yang diharamkan.

Nu’man bin Tsabit bin Zuta bin Mahan at-Taymi atau Imam Abu Hanifah atau Imam Hanafi rahimahullah (5 September 699 M – 14 Juni 767 M, Bagdad, Irak). Beliau pernah ditanya, apa rahasianya sehingga beliau memiliki ilmu yg demikian hebat, luas dan mendalam? Ternyata jawaban beliau adalah, “Saya tidak merasa kikir untuk “ifadah” (berbagi ilmu) dan tidak pernah gengsi untuk “istifadah” (menimba ilmu).

Abu Muhammad Mahmud ibnu Ahmad ibn Musa Badruddin al-‘Ayni al-Hanafi atau Imam Al-‘Aini rahimahullah (30 Juli 1361 M – 28 Desember 1451 M, umur 90 tahun) dalam kitab Umdah Al-Qari fi Sharh Sahih al Bukhari menulis sbg berikut :

وَسُئِلَ أَبُو حنيفَة رَضِي الله عَنهُ بِمَ حصلت الْعلم الْعَظِيم فَقَالَ مَا بخلت بالإفادة وَلَا استنكفت عَن الاستفادة

“Abu Hanifah radhiyallahu ‘anhu ditanya, ‘Dengan cara apa engkau mendapatkan ilmu yang hebat?’ Beliau menjawab, ‘Saya tidak merasa kikir untuk ifadah (berbagi ilmu) dan tidak pernah gengsi untuk menimba ilmu (istifadah)”

Sombong Mengajar

Barang siapa yang menyombongkan diri dalam mengajarkannya pada manusia, dia tidak akan mendapatkan keberkahan ilmunya, bahkan hanya membuat ilmunya terus berkurang dan tidak berkembang.

Dan bentuk menyombongkan diri dalam mengajarkan ilmu kepada manusia adalah ketika dia tidak mau mengajar orang-orang kecil atau mereka yang masih awam dan berkata, “Aku hanya mengajar orang-orang besar saja.”

Baca Juga: Tercelanya Sifat Sombong Sebabkan Terhina

Orang seperti ini tidak merendahkan dirinya kepada ilmu. Bentuk lainnya adalah, ketika seseorang tidak mau duduk mengajar, kecuali bila ada alasan yang membuatnya mengajar, jika yang bermajelis hanya sedikit, dia enggan mengajar dan apabila banyak yang datang dia mau mengajar, seperti ini juga bentuk kesombongan dalam memberi ilmu. Maksudnya, hendaknya seseorang selalu berupaya keras, untuk tidak menyombongkan diri terhadap ilmu, baik ketika menuntutnya ataupun ketika mengajarkannya.

Jadi, barang siapa yang sombong dan merasa dirinya hebat, sehingga menolak untuk belajar, tidak mau duduk di majelis-majelis ilmu dan enggan bersahabat dengan para pembelajar dan penuntut ilmu, maka sungguh Allah ‘azza wa jalla tidak akan memberikan ilmu kepadanya sampai kapanpun.

Wallahu a’lam
———
Oleh: Al-Faqir Ahmad Zaini Alawi Khodim Jama’ah Sarinyala Kabupaten Gresik
Editor: Nasirudin Latif

https://www.laduni.id/post/read/72480/malu-dan-sombong-penghalang-orang-belajar-dan-mengajar-ilmu.html