Catatan Jelang Mubes Pertama Sahabat Literasi IAI Cirebon

Oleh Masyhari, Pembina UKM Sahabat Literasi IAI Cirebon

RumahBaca.id – Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Sahabat Literasi IAI Cirebon (SLI) diagendakan akan menggelar Musyawarah Besar (Mubes) pertamanya pada 3 Oktober 2021 mendatang. Tadinya para pengurus akan melaksanakan Mubes pada Ahad ini (26/09/2021). Namun, karena satu dan lain hal, di antaranya terkait kematangan persiapan -baik terkait persiapan administratif, seperti perizinan kegiatan, penyiapan materi atau bahan, maupun terkait sosialisasi-, maka saya sarankan agar Mubes ditunda sejenak.     

Para pengurus dan panitia saya sarankan agar menyiapkan satu kegiatan pra Mubes semisal membuat podcast spesial menyambut Mubes, sebagai media sosialisasi Mubes ke para anggota UKM dan civitas akademika.

Oleh karena itu, diagendakan hari Ahad sore ini (26/09/2021) satu podcast berupa “debat kandidat” calon ketua SLI. Pada podcast spesial ini akan menghadirkan para calon ketua yang diprediksi kuat akan maju dalam bursa pemilihan ketua SLI dalam kesempatan Mubes tersebut. Siapa sajakah mereka? Nantikan saja siaran langsungnya di IG Sahabat Literasi IAI Cirebon.

Dengan dipandu seorang moderator, podcast tersebut diharapkan akan bisa membedah visi, misi dan program yang ditawarkan para kandidat bila nantinya terpilih menjadi ketua SLI periode berikutnya. Para kandidat diharapkan bisa memaparkan visi, misi dan rencana program unggulan mereka, serta meyakinkan para anggota bahwa mereka layak dipilih dan bisa membawa gerbong SLI menuju stasiun harapan. SLI bisa menjadi komunitas yang maju, aktif, produktif, kreatif, inspiratif dan istikamah dalam berkarya, tidak hanya dalam sekup internal civitas akademika kampus IAI Cirebon, tapi juga aktif membuat jejaring literasi dalam taraf nasional, bahkan internasional.  

Saya berharap Mubes ke-1 akan berjalan secara demokratis, dengan mengutamakan musyawarah-mufakat, dan menghasilkan keputusan-keputusan progresif serta memilih ketua yang visioner dan progresif.

Kriteria Ketua Harapan

Ketua adalah nahkoda. Di tangannyalah masa depan SLI. Saya berharap, ketua SLI terpilih nantinya adalah seorang yang punya waktu lebih banyak untuk SLI. Sekalipun sibuk, misalnya, ia bisa meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk SLI.

Selain itu, diharapkan ketua terpilih memiliki leadership dan manajerial yang kuat, seorang koordinator, komunikator yang baik, berjiwa penggerak, visioner, punya inisiatif, dan mandiri, bisa menjalakan amanat AD/ART hasil Mubes dan program kegiatan yang telah diagendakan hasil rapat kerja pasca pelantikan, tanpa harus menunggu instruksi pembina, meski tetap -sesuai amanat rektor- melibatkan para dewan pendiri (pembina dan pengurus awal) sebagai konsultan yang bisa dimintai pendapat dan masukan.

Pengalaman adalah guru yang terbaik. Karena itu, siapa pun yang ingin ada perubahan dalam lembaganya, harus mau melakukan evaluasi diri, melihat pengalaman organisasi pada periode sebelumnya, dan menjadikannya sebagai pelajaran.

Harapan untuk [Pengurus] SLI ke Depan

Selaku pembina, saya berharap siapa pun yang terpilih sebagai ketua nantinya, SLI bisa lebih baik daripada sebelumnya. Para pengurus bisa menggunakan prinsip ‘maling sandal’ di masjid. Apa maksudnya? Ambil yang baik, tinggalkan yang buruk, atau dalam istilah yang masyhur di kalangan para ulama al-muhafazhah ala al-qadim ash-shalih wa al-akhdzu bi al-jadid al-ashlah, yang secara bebas bisa diartikan dengan melestarikan warisan baik dari periode lalu dan melakukan reformasi terhadap sistem dan program yang belum baik, dengan membuat terobosan-terobosan yang lebih baik lagi.

Pada periode sebelumnya, jajaran struktural pengurus didominasi oleh para mahasiswa yang juga sibuk dengan aktivitas luar kampus. Sehingga kebanyakan program kegiatan semisal diskusi baru berjalan secara online melalui WAG. Masih jarang terjadi konsolidasi secara langsung tatap muka, kecuali melalui agenda podcast yang berjalan sebulan 2-3 kali. Karena itu, saya berharap pengurus ke depan adalah para mahasiswa yang punya lebih banyak waktu untuk SLI, meskipun misalnya sibuk dengan aktivitas kuliah dan kerja. Sehingga, pengurus setidaknya satu bulan sekali bisa kopdar rutin.

Oleh karena itu, hal utama dan pertama kali dilakukan pasca pemilihan ketua yaitu analisis SWOT dalam rapat badan formatur (ketua terpilih dan dewan pendiri) untuk memetakan ‘aset’ dan potensi SDM yang dimiliki UKM, sekaligus bisa menentukan siapa saja anggota yang bisa dimasukkan dalam jajaran pengurus, dengan pertimbangan efektifitas, selain yang punya waktu untuk SLI, juga sesuai dengan minat dan bidang keahliannya.

Kepengurusan yang terbentuk sebaiknya ramping, sehingga bisa berjalan dan bergerak secara efektif dan efisien, tidak harus gemuk sehingga lamban dalam bergerak karena sibuk memikirkan beban berat tubuhnya.

Saya berharap, Mubes kali ini, selain bisa menghasilkan ketua yang visioner dan progresif, juga bisa menghasilkan satu rule, sistem aturan (semacam AD/ART/Statuta/PO) yang jelas, yang bisa dijadikan acuan pelaksanaan tata kerja UKM yang berjalan secara terarah.

Selain itu, diharapkan SLI ke depan akan mempunyai pola atau sistem pengkaderan anggota. Sistem ini diharapkan bisa menghasilkan para anggota kader yang loyal, solid dan militan, sehingga mau aktif mengikuti setiap kegiatan yang diagendakan oleh SLI.

Selanjutnya, pasca pelantikan, pengurus harus melakukan rapat kerja untuk membuat program kegiatan yang terarah dengan menggunakan tatakelola organisasi semisal POAC (planning, organizing, actuating and controlling), baik harian, pekanan, bulanan maupun tahunan, berdasarkan sistem yang telah dihasilkan dalam Mubes tersebut.

Sesuai dengan prinsip al-muhafazhah, program kerja pengurus lama yang sudah berjalan semisal diskusi tulisan secara online berupa esai, artikel, populer, resensi buku, dan lain sebagainya melalui WAG, bincang podcast literasi, dakwah literasi via sosial media (IG, fb, YouTube), dan menerbitkan buku bisa dilanjutkan dan dioptimalkan. Program yang telah diagendakan tapi belum berjalan bisa dijalankan.

Sedangkan prinsip al-akhdzu bisa direalisasikan dengan membuat program-program kegiatan penguatan literasi lainnya, semisal mengadakan diskusi secara offline sambil kopdar anggota, menjalin kerjasama dengan berbagai komunitas literasi di luar kampus, mendirikan atau menghidupkan taman baca di tengah-tengah masyarakat, membuat gerakan wakaf buku, mengadakan pelatihan menulis secara online ataupun offline, serta menerbitkan buku populer, baik fiksi maupun non-fiksi (bersama dan individual) secara rutin dan berkala.

Selain itu, pengurus periode berikutnya diharapkan bisa membuat pelatihan riset dan penulisan karya ilmiah, menerbitkan artikel ilmiah di jurnal, mengadakan festival atau perlombaan literasi, mengadakan pameran buku (book fair), dan kegiatan literasi lainnya. Saya membayangkan SLI bisa menginisiasi penulisan buku ensiklopedia situs-situs keramat di Cirebon, ensiklopedia pesantren Cirebon, ensiklopedia kiai/ tokoh berpengaruh di Cirebon, ensiklopedia adat, tradisi dan kearifan lokal di Cirebon, dan lain sebagainya.

Akhirnya, saya ucapkan kepada para pengurus, panitia dan anggota: Selamat Bermusyawarah. Semoga Mubes kali ini meriah, banyak anggota yang ikut meramaikan, dan Mubes berjalan lancar dan sukses. Amiin.[]