Biografi Sunan Giri (Raden Paku)

Daftar Isi

1          Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1       Lahir
1.2       Riwayat Keluarga
1.3       Nasab Sunan Giri
1.4       Wafat          

2          Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
2.2       Guru-guru Beliau
2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren

3          Penerus Beliau
3.1       Anak-anak Beliau
3.2       Murid-murid Beliau

4         Metode Dakwah Beliau    
4.1      Peran di Blambangan, Jawa Timur
4.2      Peran di Kota Gresik, Jawa Timur
4.3      Peran Pada Peresmian Masjid Demak

5         Karomah Beliau 
5.1       Adu Kesaktian dengan Begawan Mintu Semeru
5.2       Mengubah Pasir Menjadi Barang Dagang

6         Keteladanan Sunan Kudus

7         Referensi

1.1       Lahir
Nama kecil Sunan Giri adalah Raden Paku, putera Wali Lanang atau Syeh Maulana Ishak dari Blambangan. Sewaktu kecil dia dibuang oleh ibunya ke laut (Selat Bali) menggunakan peti kayu, kemudian dipungut sebagai anak angkat oleh Syahbandar di Gresik bernama Nyi Gede Pinatih, dan diberi nama Joko Samudro (Djajaningrat, 1963: 24).

1.2       Riwayat Keluarga
Raden Paku menikah dengan puteri Sunan Ampel bernama Dewi Murtasiah dan bermukim di Giri.

1.3       Nasab Sunan Giri
Sunan Giri juga merupakan keturunan Rasulullah SAW, yaitu melalui jalur keturunan Husain bin Ali, Ali Zainal Abidin, Muhammad al-Baqir, Ja’far ash-Shadiq, Ali al-Uraidhi, Muhammad an-Naqib, Isa ar-Rumi, Ahmad al-Muhajir, Ubaidullah, Alwi Awwal, Muhammad Sahibus Saumiah, Alwi ats-Tsani, Ali Khali’ Qasam, Muhammad Shahib Mirbath, Alwi Ammi al-Faqih, Abdul Malik (Ahmad Khan), Abdullah (al-Azhamat) Khan, Ahmad Syah Jalal (Jalaluddin Khan), Jamaluddin Akbar al-Husaini (Maulana Akbar), Ibrahim Zainuddin Al-Akbar As-Samarqandy (Ibrahim Asmoro), Maulana Ishaq, dan Ainul Yaqin (Sunan Giri).

1.4       Wafat
Sunan Giri wafat pada malam Jumat, 24 Rabiul Awal tahun 913 Hijriah atau 1428 Saka atau 1506 Masehi dalam usia 63 tahun.
Beliau dimakamkan di sebelah utara padepokan Giri Kedaton. Makam Sunan Giri terletak di Desa Giri, Kecamatan Kebomas, Kabupaten Gresik. Komplek makamnya terletak di tengah puncak bukit Giri.  

2.1       Mengembara Menuntut Ilmu
Sebelum menyebarkan Islam, ia berguru kepada Sunan Ampel di Pesantren Ampeldenta, Surabaya. Di pondok pesantren itu, keilmuan Sunan Giri ditempa.
Setelah remaja Raden Paku belajar kepada Sunan Ampel bersama putera Sunan Ampel yaitu Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang). Keduanya pergi ke Pasai, kemudian ke Malaka untuk belajar tasawuf dan tauhid. Di Malaka,keduanya diterima oleh Maulana Ishak (Ayah Sunan Giri).

2.2       Guru-guru Beliau

  1. Sunan Ampel
  2. Maulana Ishak

2.3       Mendirikan dan Mengasuh Pesantren
Pada waktu Raden Paku mau pulang ke Jawa, beliau diberi nama Maulana Ainul Yaqin oleh ayahnya. Kemudian Raden Paku diberi segenggam tanah oleh ayahnya untuk dibangun pesantren.

Kemudian ayahnya memberinya segenggam tanah yang nantinya Raden Paku disuruh menemukan jenis tanah yang sama di jawa sebagai tempat mendirikan pesantren.

Tanah tersebut harus sama dengan bau dan jenis yang diberikan oleh ayahnya. Raden Paku berjalan jauh untuk menemukan tanah tersebut.

Alhasil beliau menemukannya dan membangun pesantren di Desa Sidomukti dekat kota Gresik yang terletak di dataran tinggi. Itulah mengapa beliau diberi nama Giri dan kahirnya dikenal dengan sunan Giri.

Selama 3 bulan, pesantren Raden Paku sudah banyak dikenal masyarakat luas. Bahkan banyak anak-anak yang menimba ilmu disana. Hal ini sangat mempermudah beliau dalam menyebarkan Agama Islam.

Saat itu, Raden Paku memiliki pengaruh besar pada Kerajaan yanga di Pulau Jawa dan juga di luar Jawa. Bahkan beliau mendirikan Kerajaan yang bernama Giri Kedaton.

3.1       Anak-anak Beliau

  1. Sunan Dalem Wetan / Maulana Zainal Abidin.
  2. Nyai Ageng Seloluhur
  3. Pangeran Pasir Bata
  4. Sunan Waruju
  5. Siti Rohbayat
  6. Sunan Kulon
  7. Ratu Gede Saworasa
  8. Sunan Kidul
  9. Sunan Tegalwangi.
  10. Ratu Gede Kukusan

3.1       Murid-murid Beliau

  1. Datuk Ribandang
  2. Syekh Zainal Abidin

Selain melalui jalur pendidikan, Sunan Giri juga berdakwah lewat karya-karya seni yang ia ciptakan, seperti tembang atau lagu dan permainan anak-anak. Permainan anak-anak yang dibuat oleh Sunan Giri di antaranya adalah Jelungan, Jamuran, Gendi Gerit, dan lainnya. Sedangkan tembang anak-anak yang beliau ciptakan sebut saja Padang Bulan, Lir-ilir, Dolanan Bocah, Jor, Gula Ganti, dan Cublak-cublak Suweng. Raden Paku juga menciptakan permainan anak yang banyak dikenal oleh masyarakat Jawa Timur yang bernama Jelungan. Dalam permainan tersebut dimaksud untuk mengajarkan seseorang dalam menyelamatkan hidup. Caranya adalah dengan berpegang teguh dengan ajaran Agama Islam.

Sunan Giri juga berupaya merangkul tradisi lokal dan memadukannya dengan dakwah Islam, seperti selametan, acara di keramaian, dan upacara-upacara lainnya. Taktik dakwah seperti ini cukup efektif dalam menarik hati warga yang kemudian bersedia memeluk agama Islam. Kharisma dan pengaruh Sunan Giri berhasil menggalang rakyat untuk bertahan ketika Kerajaan Majapahit terpecah-belah sebelum akhirnya runtuh lantaran serangan dari Kesultanan Demak yang merupakan kerajaan Islam pertama di Jawa. Bersama para santri dan warga sekitar, Sunan Giri mempertahankan wilayah Giri dan mendirikan Kerajaan Giri Kedaton atau Kedatuan Giri.

Peran Sunan Giri Ketika Berdakwah Menyebarkan Islam. Berikut adalah penjelasan mengenai peran beliau.

4.1       Peran di Blambangan, Jawa Timur

Setelah Raden Paku pergi melaksanakan ibadah haji, beliau ditugaskan oleh Sunan Ampel untuk berdakwah di daerah Blambangan. Ternyata beliau melakukan dakwah Agama Islam di tempat Prabu Minak Sembayu yang merupakan kakek kandungnya sendiri. Kakek beliau sangatlah senang bisa bertemu dengan cucunya lagi. Bahkan dia tidak melarang Sunan Giri dalam melakukan dakwah. Dengan begitu Islam mulai berkembang di sana dan membuat Hindu Budha terdesak.

4.2      Peran di Kota Gresik, Jawa Timur

Sunan Ampel pernah mengutus Raden Paku untuk mengunjungi Nyai Ageng Pinatih selaku ibu angkat beliau. Setelah sampai di Gresik, beliau membantu ibunya untuk berdagang. Di samping berdagang, beliau juga turut menyebarkan ajaran Islam. Suatu ketika, Raden Paku menyulap karung yang berisi pasir dan batu menjadi emas, rotan, damar, dan barang mewah lainnya. Hal ini dilakukan karena beliau mengetahui bahwa ibu angkatnya tidak pernah bersedekah.

Sejak saat itu, Nyai Ageng Pinatih mulai senang bersedekah dan juga berzakat kepada masyarakat yang membutuhkan. Akhirnya ajaran Islam mulai bekembang pesat di Kota Gresik dan berlangsung hingga sekarang.

4.3      Peran Pada Peresmian Masjid Demak
Raden Paku memiliki peran dalam peresmian Masjid Demak bersama dengan Sunan Kalijaga. Saat kegiatan peresmian, akan dilangsungkan pertunjukan wayang beber. Wayang beber merupakan salah satu jenis wayang yang memiliki rupa mirip dengan wajah manusia. Raden Paku sangat menentang adanya wayang tersebut.

Hal ini karena dalam hukum Agama Islam, dilarang menggunakan wayang yang memiliki wajah seperti manusia. Akhirnya pertunjukan wayang yang berlangsung menggunakan wayang kulit oleh sunan Kalijaga. Bagi masyarakat sekitar yang ingin menikmati pertunjukan tersebut, harus mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tiket masuk. Alhasil lebih banyak lagi masyarakat yang memeluk Agama Islam.

5.1       Adu Kesaktian dengan Begawan Mintu Semeru
Hampir semua para wali pernah diajak adu kesaktian. Begitupun Sunan Giri yang menyebarkan agama Islam juga mendapat perlawanan dari para tokoh Hindu yang sudah terkenal pada saat itu. Begawan Mintu Semeru merupakan salah satu tokoh yang tidak senang akan kehadiran Sunan Giri.
Begawan Mintu Semeru dikenal mempunyai kesaktian yang sangat tinggi, dengan kehadiran Sunan Giri yang berdakwah membuat dia tak terima dan kemudian menantang Sunan Giri untuk adu kesaktian.
Begawan Mintu Semeru pun datang ke Gresik untuk beradu kesaktian dengan Sunan Giri. Saat itu terjadi 4 pertarungan seperti merubah angsa menjadi seekor naga, menyusun ribuan telur, adu kesaktian jubah serta ikat kepala, dan menerbangkan tempayan (wadah air).

Dari semua adu kesaktian itu, semua bisa dimenangkan oleh sunan Giri, dan begawan Minto Semeru mengaku kalah. Akhirnya begawan Minto Semeru menjadi pengikut Sunan Giru dan menjadi santri di pesantren milik sunan Giri.

  5.2     Mengubah Pasir Menjadi Barang Dagang
Saat Sunan Giri berdagang di Kalimantan, beliau menjual barangnya dengan cara boleh dihutang atau dicicil oleh pembelinya. Tak jarang beliau menghibahkan barang dagangannya kepada fakir miskin.
Sunan Giri pun diprotes Abu Hurairah selaku orang kepercayaan Nyai Ageng Pinatih. Ia khawatir perbuatan Sunan Giri akan membuat mereka rugi. Hal itu pun benar terjadi, setelah 10 hari dan sampai waktunya pulang ke Jawa, para pembeli yang berhutang belum membayarnya.

Akhirnya Abu Hurairah memutuskan pulang ke Jawa tanpa membawa hasil apa pun. Kapal yang dinaikinya pun terombang-ambing oleh angin di lautan karena tidak ada beban muatan sama sekali. Karena hal tersebut, Sunan Giri memerintahkan untuk mengisi karung dengan pasir dan batu agar kapal memilki muatan.

Sesampainya di Gresik, Abu Hurairah menyampaikan kejadian selama di Kalimantan kepada Nyai Ageng Pinatih. Otomatis ibu Sunan Giri sangat marah.
Namun saat ibunya dan Abu Hurairah diminta untuk mengecek kapal ternyata batu dan pasir yang sebelumnya di bawa dari Kalimantan berubah menjadi damar dan rotan.

Dengan beberapa metode dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, tentu saja banyak sekali contoh keteladanan dari Sunan giri yang bisa kita petik hikmahnya.

Salah satu keteladanan yang bisa dipetik yaitu strategi yang baik dalam berdakwah. Selain strategi dakwah dilakukan dengan cara mendirikan pondok pesantren, lagu dan permainan.

Sunan Giri juga melakukan strategi dakwah di dalam dunia politik yaitu dengan menjadi Sang Propoganda Ulung. Julukan Sang propaganda ulung ini terbukti bahwa Sunan Giri mampu menaklukkan kerajaan Majapahit. Hingga akhirnya kerajaan tersebut mengakui kekuasaan Sunan Giri dan memberi kebebasan pada Sunan Giri untuk menyebarkan Agama Islam di kerajaan Majapahit.

Menjadi seorang ulama, memiliki pengetahuan agama islamnya yang luas memang penting, namun penting juga memiliki pengetahuan umum agar bisa bersaing dengan kerajaan-kerajaan kala itu. Diantara kepintaran-kepintaran dalam hal umum yaitu kemampuan dalam bernegosiasi dan kemampuan dalam memimpin.

Karena dalam berdakwah, hal yang paling dibutuhkan yaitu cara memimpin pemerintahannya. Hal ini bertujuan agar keberadaan kita bisa diakui oleh Pemerintahan, seperti halnya keberadaan Sunan Giri pun dengan ikut berkecimpung di dunia politik, maka dilihat dan diakui oleh orang-orang di pemerintahan. Dengan adanya pengakuan dan legalitas tersebut, dakwah yang dilakukan akan semakin mudah.

https://wisatanabawi.com/sunan-giri/

 

https://www.laduni.id/post/read/74233/biografi-sunan-giri-raden-paku.html