Biografi KH. M. Izzul Mutho’

Daftar Isi Profil KH. M. Izzul Mutho’

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Pendidikan
  5. Mengasuh Pesantren

Kelahiran

KH. M. Izzul Mutho’ bin Syekh Izzudidin Misri bin Muhammad Thohir, atau yang kerap disapa dengan panggilan KH. M. Izzul Mutho’ lahir pada tanggal 8 Oktober 1952 di Kediri, Jawa Timur.

Wafat

KH. M. Izzul Mutho’ wafat pada usia ke 42 tepatnya pada tanggal 26 Januari 1994.

Sepeninggalnya KH. M. Izzul Mutho’, kepengasuhan Pondok Pesantren Al Mujaddadiyah dilanjutkan oleh saudara beliau yang bernama KH. Mustofa hingga sekarang (2016). Namun demikian, adanya pergantian pimpinan ataupun pengasuh, tidaklah mengubah visi dan misi dari pondok pesantren yang telah diperjuangkan oleh KH. M. Izzul Mutho’.

Keluarga

KH. M. Izzul Mutho’ melepas masa lajangnya dengan menikahi Nyai Umamah pada Oktober tahun 1977.

Nyai Umamah adalah sosok gadis yang beliau sukai dan cintai ketika kuliah di UNHASY, yang kemudian beliau nikahi setelah lulus dari  kuliah. KH. M. Izzul Mutho’ dengan Nyai Umamah terpaut usia 2 tahun. Istri beliau dilahirkan pada September 1954 di Kediri.

Buah dari pernikahannya, beliau dikaruniai empat orang anak, yaitu: Muhammad Izzul Wahab, Mary’a Lua’ili’a, Eliyil Akbar, dan Haqi Muhammad.

Pendidikan

KH. M. Izzul Mutho’ memulai pendidikannya dengan nyantri di Pondok Pesantren Tambakberas Jombang. Di Tambak Beras, beliau menempuh pendidikan kurang lebih selama dua belas tahun.

Selama di Pesantren Tambakberas juga, KH. M. Izzul Mutho’ diakui oleh para santri dan asatidz sebagai santri yang sangat fasih berbahasa Arab dan pintar dalam memahami ilmu nahwu dan sharaf.

Berkat kecerdasannya, beliau dipercayai menjadi mu’alimin Pondok Pesantren Tambakberas selama 6 Tahun.

Setelah menimba ilmu dari Pondok Pesantren Tambakberas, beliau melanjutkan jenjang pendidikan tinggi dengan belajar di Universitas Hasyim Ashari (UNHAS) mengambil jurusan dan fakultas dakwah.

Selama di UNHAS, beliau mendalami ilmu bidang strategi, taktik dakwah, ilmu balaghah dan susatra arab (arudh wal qowafi). Pada setiap waktu libur, beliau memilih untuk pergi ke pondok-pondok pesantren yang ada di sekitar Jombang.

Mengasuh Pesantren

Pernikahan KH. M. Izzul Mutho’ dengan Nyai Umamah berlanjut dengan membangun sebuah rumah tangga sekaligus melanjutkan perjuangan ayahnya yaitu KH. Izzuddin dalam membangun dan mengasuh di pondok pesantren yang baru saja dirintis oleh ayahnya tersebut. Pondok pesantren tersebut bernama Al Mujaddadiyyah yang berada di Demangan, Kecamatan Taman, Madiun.

Kegigihan dan kesabaran KH. M. Izzul Mutho’ dalam mendidik anak menjadikan anak-anaknya sangat berbakti kepada kedua orang tua. Salah satu pesan beliau yang masih diingat betul oleh para keluarga dan saudaranya ketika berada di posisi sulit adalah “ojo sumelang, Allah niku sugih” (jangan mengeluh, Allah itu Maha Kaya). Sedangkan dalam menjalani kehidup di tengah masyarakat beliau berpesan agar selalu “guyub rukun dengan saudara”. 

https://www.laduni.id/post/read/67647/biografi-kh-m-izzul-mutho.html