Ziarah di Makam Sunan Blongsong, Pendakwah Islam di Bojonegara

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta – Sunan Blongsong adalah ulama dari kerajaan Mataram yang menyebarluaskan agama Islam di wilayah desa Blongsong, Kecamatan Baureno, Bojonegoro. Makam Sunan Blongsong yang memiliki nama lain Banung Sumitro ini berada di wilayah Jalur Bojonegoro-Surabaya masuk jalur poros desa timur SMP Ahmad Yani Baureno sekitar 150 meter.

Menurut Juru Kunci Sunan Blongsong, M Syafi’i, dari cerita nenek moyang dan beberapa tokoh agama di desanya, Sunan Blongsong pertama kali datang ke daerah itu sekitar tahun 1600an.

Karena keberaniannya sehingga masyarakat sekitar menganggapnya sebagai seorang Sunan karena telah membimbing mereka ke jalan yang benar. Pertama kali di temukan makam Mbah Sunan bukan langsung berada di tempat yang berdiri ada sekarang ini. Melainkan berada di sekitar 200an meter dari bangunan ini. Pertama ditemukan ketika masyarakat umum akan membangun rel kereta api. Karena akan dibangun rel kereta api, lalu dipindahkan di pemakaman umum

Profil

 Banung Sumitro atau yang lebih dikenal dengan Mbah Sunan Blongsong bagi masyarakat setempat.  Menurut legenda dari juru kunci setempat (Ustad Muhammad Syafi’i), Sunan Blongsong adalah putra dari Sunan Kalijaga. Legenda ini diperkuat dengan kutipan buku Bunga Rampai Sejarah Bojonegoro (1527). Di situ tertulis bahwa sejarah desa Blongsong tidak terlepas dari segerombolan orang dari tlatah barat yang belum dikenal. Yang menurutnya adalah rombongan dari anak Sunan Kalijaga.

Lokasi Makam

Komplek makam Sunan Blongsong terletak di Desa Blongsong, Kecamatan Baureno, Bojonegara.

Haul

Haul Sunan Blongsong diadakan dengan buka luwur yang diadakan pada bulan Muharam di tahun hijriah. Acara ini diadakan di komplek makam Sunan Blongsong.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Sunan Blongsong banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tidak hanya datang dari wilayah Bojonegara saja, banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makamnya yang berada di Komplek pemakaman di desa Blongsong.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Sunan Blongsong, maka akan dimudahkan dalam Cita-citanya bagi para santri dan hajatnya bagi peziarah, dimudahkan dalam kelancaran rezekinya, dimudahkan dalam kenaikan derajatnya.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Bojonegoro di antaranya:
Ledre, Balung Kuwuk, Unthuk Yuyu, Ender-ender, Kerupuk Klenteng,  Egg Roll Waluh, Keripik Jahe,  Batik Bojonegoro

Raden Fatah adalah pendiri dan raja Demak pertama dan memerintah tahun 1500-1518.
 

Profil

KH. Ahmad Sholeh adalah putra kedua dari KH. Muhammad Nur pendiri Pondok Pesantren Langitan. Beliau lahir di Tuban sekitar tahun 1820 an.  KH. Ahmad Sholeh menikah 1287 Hijriyah dengan Raden Nyai Asriyah, puteri KH. Mukhtar (pengasuh Pondok Pesantren Cepoko, Kabupaten Nganjuk). Dari pernikahan tersebut lahir putera dan puteri diantaranya:

  1. Nyai Shofiyah (dinikahkan dengan KH. Khozin, penerus estafet K.H. Ahmad Sholeh di Pondok Pesantren Langitan)
  2. KH. Dahlan Hasbullah
  3. KH. Adnan
  4. Nyai Sholihah (dinikahkan dengan KH. Zainuddin Mojosari, Kabupaten Nganjuk)
  5. Nyai Khodiyah (dinikahkan dengan KH. Rofi’i Gondanglegi, Kabupaten Nganjuk)
  6. Satu puteri lagi yang dinikahkan dengan KH. Nur Iman (berdomisili di Tuban).

Guru-guru beliau di antaranya:

  1. KH. Muhammad Nur (Ayahanda KH. Ahmad Sholeh)
  2. K.H. Abdul Qodir atau Abdul Qohhar (Pesantren Al-Najiyah Sidoresmo, Surabaya)
  3. K.H. Hasbullah (Pesantren Sambilangan, Madura)
  4. Syekh Nawawi Banten
  5. Syekh Ahmad bin Zaini Dahlan (Imam dan Mufti Mahzab Syafi’i di Mekkah al-Mukaromah)
  6. Syekh Muhammad Al-Muqri
  7. Syekh Muhammad bin Sulaiman Hasbullah Al-Makki
  8. Syekh Ahmad Nahrowi
  9. Sayyid Muhammad Saleh bin Sayyid Abdur Rahman Az-Zawawi
  10. Syekh Zahid, Syekh Umar Asy-Syami
  11. Syekh Yusuf Al-Mishri
  12. Syekh Jamal (Mufti Mazhab Hanafi)

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi KH. Ahmad Sholeh

Lokasi Makam

KH.  Ahmad  Sholeh  mengasuh  Pondok Pesantren Langitan, selama kurang lebih 32 tahun. Beliau wafat pada tahun 1320 H./1902 M. dan dimakamkan di  kompleks pesarean di Desa Widang, kurang lebih 400 meter sebelah utara kompleks Pondok Pesantren Langitan.

Haul

Haul beliau diperingati tiap tahun pada bulan Shofar tahun Hijriah di pesantren Langitan Tuban

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam KH. Ahmad Sholeh banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Tuban saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang makamnya berada di Komplek pemakaman di Desa Widang, Tuban.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam  KH. Ahmad Sholeh, maka akan dibukakan alam pikiran dan hatinya dalam menerima ilmu, Diberi kemudahan dalam mencari rezeki, diberi kemudahan dalam mencari jodoh, dan diberi kemudahan dalam mendapatkan anak sholeh dan sholehah.

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Tuban di antaranya:
Cumi Crispy, Kecap Laron, Keripik Gayam, Buah Siwalan, Legen, Terasi Udang, Amplo, Gemblong, Ikan asin Tuban, Kerupuk ikan

https://www.laduni.id/post/read/65296/ziarah-di-makam-sunan-blongsong-pendakwah-islam-di-bojonegara.html