Ziarah di Makam Habib Hasan Bin Ahmad Baharun, Muasis Pesantren Dalwa Pasuruan

Daftar Isi

Laduni.ID, Jakarta – Habib Hasan Bin Ahmad Baharun beliau adalah ulama kharismatik dari Sumenep, Madura, selain beliau berdakwah, beliau adalah pengasuh pesantren Darullughah Wadda’wah (Dalwa), Pasuruan.

Profil

Habib Hasan Bin Ahmad Baharun lahir di Sumenep pada tanggal 11 Juni 1934 dan merupakan putra pertama dari empat bersaudara dari Al Habib Ahmad bin Husein dengan Fathmah binti Ahmad Bachabazy.

Untuk kelanjutannya tentang Profil beliau silahkan baca di Biografi Habib Hasan Bin Ahmad Baharun

Guru-guru beliau selama menuntut ilmu adalah:

1. Al Habib Ahmad
2. Ustadz Achmad bin Muhammad Bachabazy
3. Ust. Umar bin Ahmad Bachabazy
4. Al-Faqih Al-Habib Umar Ba’aqil

Lokasi Makam

Pada tanggal 23 Mei 1999 M bertepatan tanggal 8 Shafar 1420 H Habib Hasan Bin Ahmad Baharun pulang ke rahmatullah, saat itu ribuan orang datang berduyun-duyun untuk mensholati beliau yang dipimpin oleh Habib Anis bin Alwi al-Habsyi dari Solo. Jenazah beliau dimakamkan di komplek pemakaman keluarga pesantren Dalwa, Pasuruan.

Haul

Haul Habib Hasan Bin Ahmad Baharun diperingati setiap tahun sekali pada tahun Islam pada tanggal 8 Shafar, Acara haul beliau diadakan di pesantren Dalwa, Pasuruan, Jawa Timur.

Motivasi Ziarah Menurut Syekh An Nawawi al Bantani

1. Untuk Mengingat mati dan Akhirat
2. Untuk mendoakan
3. Untuk mendapatkan keberkahan
4. Memenuhi hak ahli kubur yang diziarahi, seperti ke makam orang tua

Fadilah

Makam Habib Hasan Bin Ahmad Baharun banyak dikunjungi para peziarah dan santri. Tak hanya datang dari wilayah Pasuruan saja. Banyak peziarah yang datang dari luar kota dan bahkan dari luar Jawa yang berziarah di makam beliau yang berada di Komplek Pemakaman Keluarga Pondok pesantren Dalwa, Pasuruan.

Ada keyakinan dari masyarakat dan santri yang datang ke sana bahwa dengan berziarah, berdoa dan bertawassul di makam Habib Hasan Bin Ahmad Baharun, dimudahkan dalam mencari ilmu, dimudahkan dalam mencapai cita-citanya, dan dimudahkan dalam mendapatkan keturunan anak sholeh dan sholehah

Peninggalan

Pendiri Pondok Pesantren
Ma’had ini didirikan pada tahun 1981 di Bangil dengan menempati sebuah rumah kontrakan. Dengan penuh ketelatenan dan kesabaran Ust. Hasan Baharun mengasuh dan mendidik para santri beliau yang dibantu oleh ust. Ahmad bin Husin Assegaf, sehingga beliau mendapat kepercayaan dari masyarakat dan dalam waktu yang relative singkat jumlah santri berkembang dengan pesat.

Selain membina santri putra, pada tahun 1983 pondok ini menerima santri putri yang berjumlah 16 orang yang bertempat di daerah yang sama. Dan pada tahun 1984 tempat pemondokan santri menempati sampai sebanyak 13 rumah kontrakan.

Dengan jumlah santri yang terus berkembang serta tempat (rumah sewa) tidak dapat menampung jumlah santri, maka pada tahun 1985 Atas petunjuk Musyrif Ma’had Darullughah Wadda’wah Abuya Sayyid Muhammad Bin Alwi Al-Maliki Al-Hasani Mekkah, Pondok Pesantren Darullughah Wadda’wah dipindah ke ke sebuah desa yang masih jarang penduduknya dan belum ada sarana listrik, tepatnya di Desa Raci, Kecamatan Bangil. Jumlah santri pada waktu itu sebanyak 186 orang santri yang terdiri dari 142 orang santri putra dan 48 orang santri putri.

Setelah Ustadz Hasan bin Ahmad Baharun wafat pada 8 Shafar 1420 H atau 23 Mei 1999, pondok ini kemudian diasuh oleh salah satu anaknya, yakni Habib Zain bin Hasan bin Ahmad Baharun yang merupakan murid asuhan Almarhum Abuya Habib Muhammad bin ‘Alawi bin ‘Abbas al-Maliki.

Hingga saat ini lahan yang ada telah mencapai kurang lebih 4 Ha dan telah hampir terisi penuh oleh bangunan sarana pendidikan dan asrama santri dengan jumlah santri sekitar 1500 yang berasal dari 30 propinsi di Indonesia, negara-negara Asia Tenggara dan Saudi Arabia. Santri-santri dibina oleh tidak kurang 100 orang guru dengan lulusan/alumni dalam dan luar negeri. Ditambah dengan pembantu yang diikutkan belajar sebanyak sekitar 95 orang.

Karya Beliau
Dalam waktu yang sangat padat dengan segala kesibukan mengajar dan berda’wah serta mengurus santri-santrinya siang malam ternyata beliau masih menyempatkan diri untuk menulis beberapa buku/kitab, antara lain :
1.  Kamus Bahasa Dunia / Majmu’aat Ashriyah
2.  Percakapan Bahasa Arab / Almuhawarotul Haditsah  Jilid I dan Jilid II. (dilengkapi dengan Kaset Tape)
3. Buku Praktis Ilmu Tajwid (dilengkapi dengan Kaset Tape)
4.  Kitab I’rob
5.  Pengantar Belajar Ilmu Nahwu (41 Kaidah Nahwu)
6. Kalimatul Af’al (kosakata kata kerja dan contoh pengunaannya)
7. Kalimatul Asma’ (kosakata benda dan contoh penggunaanya)
8. Sekumpulan Amalan Salaf (Dalilul Muslim; Kompas Seorang Muslim)

Oleh-oleh

Oleh-oleh yang bisa dibeli dan dibawa pulang usai ziarah di Pasuruan di antaranya:
Ikan Lempuk Crispy, Permen Jahe, Jamu Kebonagung, Roti Matahari, Bipang Jangkar, Kopi Bubuk Kaspandi, Sirup Pokak, Kerajinan Bordir

https://www.laduni.id/post/read/517928/ziarah-di-makam-habib-hasan-bin-ahmad-baharun-muasis-pesantren-dalwa-pasuruan.html