Ta’awun: Kolaborasi dalam Pandangan Islam

Oleh A. Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Bermula dari postingan beritadisdik (tanggal 5 Maret 2022), bahwa ”kolaborasi merupakan upaya penyatuan berbagai pihak untuk mencapai tujuan yang sama. Kolaborasi membutuhkan berbagai macam aktor, baik individu maupun organisasi yang bahu-membahu mengerjakan tugas demi tercapainya tujuan bersama”.

Literatur Islam memiliki banyak referensi tentang kolaborasi (kerjasama) dalam al-Quran. Dalam kitab suci al-Quran, istilah kerjasama setara dengan ta’awun dan umat Islam diminta untuk saling bekerja sama dalam hubungannya dengan perbuatan baik dan memenuhi rida Allah serta dilarang melakukan tindakan ilegal dan tidak menaati Tuhan. Kolaborasi/tolong-menolong/kerjasama tersirat dalam beberapa konsep lain yang dirujuk dalam al-Quran. Misalnya konsep sumpah, kepemimpinan, masjid, salat bersama sekelompok orang, salat Jumat, sedekah, infaq, zakat, pinjaman tanpa bunga, menganjurkan kebaikan dan mencegah tindakan buruk, konseling dan pengorbanan. Al-Quran mengajarkan bahwa semua konsep tersebut didasarkan pada adanya hubungan. Hubungan manusia satu sama lain, dan Allah telah mengajarkan topik-topik penting dalam al-Qur’an tentang masalah ini (Makarem-Shirazi, 2009).

Al-Quran mengajarkan bahwa manusia diciptakan berdasarkan kesatuan karena Tuhan menciptakan mereka dari kesatuan dan jiwa yang sama. Jiwa adalah sesuatu yang menghubungkan manusia dengan dunia ini; manusia hidup atas dasar ini, dan secara umum, baik tubuh maupun jiwa hadir di dunia ini, tetapi hanya jiwa yang pergi ke akhirat (Tabatabai, 2004). Menurut al-Quran, semua manusia diciptakan dari jiwa yang sama dan kesatuan dalam penciptaan ini mengarah pada persatuan semua manusia.

Manusia adalah teman abadi, bersatu dan saling berhubungan (Payghan, 2009). Hubungan adalah salah satu elemen penting dari kolaborasi, dan ada empat jenis hubungan yang disebutkan dalam al-Quran:

Pertama, hubungan antara manusia dan Tuhan. Indikator utama hubungan antara manusia dan Tuhan adalah ketaatan, dan jenis ketaatan yang diperkenalkan oleh al-Qur’an didasarkan pada kebijaksanaan dan kasih sayang.

Kedua, hubungan antara manusia dan dirinya sendiri. Berkenaan dengan bentuk hubungan kedua, yaitu hubungan antara manusia dan dirinya, Tuhan Yang Maha Esa bertanya dalam al-Quran, “Apakah kamu tidak memikirkan jiwamu?” (Az-Zariyat: 21). Tuhan Yang Maha Esa telah mengacu pada keakraban manusia dengan dirinya sendiri dan menunjukkan bahwa manusia selalu mencari pengenalan diri.

Ketiga, hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya. Bentuk hubungan ketiga, hubungan antara manusia dan alam, mencengangkan dan didasarkan pada kemakmuran. Manusia harus berusaha keras untuk membangun dunia sekitarnya dan kemudian memanfaatkannya.

Keempat, hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Ini merupakan jenis hubungan terpenting. Jenis hubungan keempat, yang merupakan bentuk hubungan yang paling sulit, adalah hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Secara umum, banyak isu yang dibahas terkait dengan topik ini, dan perlu diperhatikan bahwa hasil utama dari imamah adalah meningkatkan hubungan antar umat. Al-Quran menyatakan bahwa hubungan antar manusia sangat penting dan disertai dengan hubungan dengan Tuhan.

Singkatnya, dapat dikatakan bahwa kolaborasi adalah salah satu akhlak yang penting dalam Islam dan perintah al-Quran tentang kolaborasi yang harus diikuti oleh manusia menunjukkan pentingnya dan nilai kolaborasi. Dalam al-Quran surat Al-Maidah ayat 2 Allah perintahkan orang-orang yang beriman, untuk selalu saling bekerja sama dalam kebaikan dan tidak pernah bekerja sama dalam dosa dan mungkar. Walahu A’lam Bisshawab.

Tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (QS al-Maidah: 2)

Profil Penulis

Prof. Dr. H. A. Rusdiana, MM., Guru Besar Bidang Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pendiri dan Pembina Yayasan Sosial Dana Pendidikan Al-Misbah Cipadung-Bandung yang mengembangkan pendidikan Diniah, RA, MI, dan MTs, sejak tahun 1984, serta garapan khusus Bina Desa, melalui Yayasan Pengembangan Swadaya Masyarakat Tresna Bhakti, yang didirikannya sejak tahun 1994 dan sekaligus sebagai Pendiri/Ketua Yayasan, kegiatannya pembinaan dan pengembangan asrama mahasiswa pada setiap tahunnya tidak kurang dari 50 mahasiswa di Asrama Tresna Bhakti Cibiru Bandung. Membina dan mengembangkan Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) TK-TPA-Paket A-B-C Tresna Bhakti sejak tahun 2007 di Desa Cinyasag Kec. Panawangan Kab. Ciamis. Profil lengkap penulis bisa diakses di sini, dan karya lengkapnya dapat diakses di sini.