Sosok Imam Rijali, Cendikiawan Muslim Maluku

Siapa Imam Rijali? Apakah anda pernah mendengar namanya? Jika kita buka catatan sejarah, orang ini sangat terkenal di kalangan ahli sejarawan. Dia dikenal sebagai seorang penulis asal Maluku yang hidup sekitar abad 15 masehi. Salah satu magnum opus-nya adalah “Hikayat Tanah Hitu”. Belakangan, buku ini sudah diteliti ilmuwan asal Belanda yakni Manusama, dan kemudian dilanjutkan oleh sejarawan muslim Indonesia yakni almarhum Prof. Azyumardi Azra.

Kapan Imam Rijali lahir, adalah pertanyaan yang butuh jawaban serius. Karena hingga sekarang belum ada kepastian tentang kapan Imam Rijali lahir dan kapan beliau meninggal. Namun, dalam catatan sejarah lainnya, kita dapat berspekulasi bahwa Imam Rijali hidup antara abad 15-16 masehi.

Menurut sejarawan Maluku, almarhum Nur Tawainela mengatakan bahwa Imam Rijali adalah anak dari Perdana Jamilu. Masa kecil Imam Rijali tinggal di wilayah kerajaan Hitu, karena orang tuanya yakni Perdana Jamilu adalah salah satu pendiri tanah Hitu. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh anaknya sendiri yakni Imam Rijali dalam magnum opus-nya “Hikayat Tanah Hitu”. Perdana Jamilu merupakan sosok yang sangat kuat pengaruhnya di kerajaan Hitu. Dia berasal dari Jailolo. Dalam catatan sejarah, ada yang mengatakan bahwa Perdana Jamilu mulai melakukan ekspansi dari Jailolo ke Hitu sekitar tahun 1565 masehi. Selain itu, ada juga yang menjelaskan bahwa ekspansi Perdana Jamilu mulai terhitung sejak tahun 1312 dan menetap di Hitu tahun 1465 masehi.

Banyak spekulasi tentang ekspansi Perdana Jamilu dari Jailolo ke Hitu. Alasan dibalik ekspansi ini dapat kita pahami jika kita membaca ulasan Adnan Amal dalam bukunya “Kepulauan Rempah-rempah”. Adnan Amal menjelaskan bahwa sekitar abad 13/14 masehi, kerajaan Jailolo dipimpin seorang ratu yang sangat otoriter. Untuk memperluas kerajaannya, sang ratu menikah dengan raja Loloda yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Maluku saat itu.

Baca juga:  Andries Teeuw dan Khazanah Sastra di Indonesia

Banyak yang memperkirakan bahwa pernikahan ini merupakan pernikahan politik agar Jailolo dapat menguasai seluruh Halmahera dan pulau-pulau kecil sekitarnya. Ternyata anggapan itu benar-benar terwujud yakni pada tahun 1250 masehi Jailolo berhasil menguasai seluruh Halmahera termasuk Loloda.

Dalam Nagarakartagama yang ditulis Mpu Prapanca menjelaskan bahwa kolano (raja) pertama Jailolo masa itu adalah seorang perempuan yang berkuasa dengan tangan besi. Karena gaya kepemimpinannya yang sangat tiranik itu maka banyak orang melakukan perlawanan dan membangkang terhadapnya. Perlawanan ini membuahkan eksodus besar-besaran keluar dari kerajaan Jailolo kemudian menetap di pulau kecil-kecil seperti Ternate, Tidore, Moti, dan lainnya.

Kejadian eksodus ini bisa kita sinyalir bahwa Perdana Jamilu termasuk diantara orang-orang yang membangkang terhadap gaya kepemimpinan ratu Jailolo tersebut. Kemungkinan besar, Perdana Jamilu sempat singgah cukup lama di Tidore sebelum melanjutkan perjalannnya ke Hitu karena beliau dikenal sebagai sosok yang membawa marga Lating ke Hitu. Marga ini mirip dengan yang ada di Tidore yakni Alting. Dalam spekulasi yang lain bisa dikatakan bahwa kemungkinan besar Perdana Jamilu merupakan orang Tidore yang pada masa itu wilayah ini merupakan daerah kekuasaan ratu Jailolo.

Sebab, kekuasan Jailolo meliputi seluruh Halmahera termasuk di dalamnya adalah pulau-pulau kecil seperti Tidore, Moti dan lainnya. Kalau benar Perdana Jamilu berasal dari Tidore maka hal ini sangat berkorelasi dengan marga yang dibawakannya ke Hitu yakni Lating. Meskipun demikian, ulasan ini masih bersifat spekulatif sekaligus tentatif. Namun, yang paling jelas adalah ekspansi Perdana Jamilu ke Hitu berlangsung sekitar abad 13/14 masehi.

Baca juga:  KH Sya’roni Ahmadi: Potret Kiai Komplit “Tanpa Pesantren” di Kota Kudus

Hingga sekarang ini kita tidak tahu secara pasti terkait Perdana Jamilu nikah dengan siapa hingga lahir Imam Rijali. Jika kita perhatikan ulasan di atas, tampak bahwa Imam Rijali merupakan anak dari seorang tokoh yang sangat terkenal pada masanya yakni Perdana Jamilu. Ketokohan Perdana Jamilu adalah karena dia berani melawan penguasa yang otoriter pada masanya, dan salah satu peletak dasar kerajaan Hitu. Dengan kata lain, Imam Rijali bukanlah sosok sembarangan, karena ia lahir dan dibesarkan oleh seorang tokoh sekaligus bangsawan Hitu yakni Perdana Jamilu.

Sebagai anak bangsawan pada masa itu, maka tentu Imam Rijali mendapat hak istimewa mempelajari tulis-menulis. Olehnya itu, dia dikenal sebagai orang yang pandai menulis. Dengan kata lain, Imam Rijali merupakan seorang peletak dasar budaya literasi di pulau Ambon dam sekitarnya di Maluku. Dialah orang pertama di Ambon yang sudah menulis buku yang sekarang dikenal sebagai “Hikayat Tanah Hitu”. Buku ini sekilas membahas tentang sejarah kerajaan Hitu. Di buku, Imam Rijali menjelaskan tentang sosok ayahnya sendiri yakni Perdana Jamilu dan beberapa tokoh lain pendiri kerajaan Hitu. Dalam bukunya ini kita dapat mengetahui seperti apa sosok Imam Rijali. Buku “Hikayat Tanah Hitu” ini mengulas tentang dinamika sosio-politik yang ada di kerajaan Hitu masa itu. Dengan kata lain, bisa dikatakan bahwa Imam Rijali merupakan seorang sosiolog sekaligus ahli politik pada masanya, karena berani menjelaskan tentang dinamika sosio-politik kerajaan Hitu pada masa itu.

Baca juga:  Ulama Banjar (185): KH. Muhammad Fitri

Dalam bukunya “Hikayat Tanah Hitu” tersebut juga Imam Rijali menjelaskan tentang kedekatan Perdana Jamilu dengan sultan Ternate yakni sultan Khairun Jamil Syah yang merupakan ayah dari sultan Babullah. Sultan ini dikenal sebagai sosok yang sangat kuat memegang ajaran Islam, namun disatu sisi sangat toleran dengan agama lain seperti Kristen dan Katolik yang pada masa itu sudah dipeluk sebagian masyarakat Maluku. Selain itu, sosok sultan Khairun juga sangat tidak suka dengan proses penjajahan masa itu, sehingga beberapa kali ia melakukan perlawanan terhadap penjajah.

Corak ajaran agama Islam yang toleran dan sikap perlawanan terhadap penjajah yang diperlihatkan sultan Khairun ini tentu cukup mempengaruhi Perdana Jamilu karena kedekatan tersebut. Hal ini tentu juga mempengaruhi kepribadian Imam Rijali. Dengan kata lain, Imam Rijali selain seorang ahli sosi-politik, dia juga seorang muslim yang toleran sekaligus tidak suka dengan kekuasaan yang tirani. Karena itulah Imam Rijali layak dilabeli sebagai cendikiawan muslim pada masa itu di Maluku. Tolak ukur kecendekiawan Imam Rijali yang tampak ialah karena ia merupakan peletak dasar budaya literasi, ahli sosio-politik, sejarawan, dan memiliki corak keagamaan Islam inklusif.  Disinilah intinya sosok Imam Rijali.

https://alif.id/read/m-kashai-ramdhani-pelupessy/sosok-imam-rijali-cendikiawan-muslim-maluku-b246318p/