[Sepenggal Kisah dari] Alexandria 2009 [tentang Relasi Suami-Istri]

Oleh Du’aa Ahmad Nahrawi

Karena sepupu berjodoh dengan dokter cantik asal Alexandria, jadilah pesta tunangannya diadakan di salah satu balai besar di kota eksotis itu. Saya dan suami memutuskan sekalian berlibur, jadilah kami berangkat 3 hari sebelum hari H, memboyong Omar yang baru berusia 4 bulan.

Di Alex seperti biasa kami menyewa flat, tapi kali ini ga tanggung, kita milih flat di lantai 18. Jadi pemandangan laut tetap terlihat, meski bukan gedung di deretan pertama. Hari pertama dan kedua cukup asyik, pagi-pagi kita sudah ke pantai mulai sarapan sampai matahari tenggelam. Ya, kami memang pecinta pantai, nyebur, kering, nyebur, kering, gitu aja terus. Kalau lapar, ya suami tinggal beli dan kita makan di pinggir pantai campur sama asinnya laut dan pasir yang kriuk kriuk 😁. Nah masalah muncul di hari ketiga, hari-H acara sepupu.

Pagi itu Omar rewel, ga ngerti apa dia sakit atau rindu pantai, karena biasanya sepagi itu dia asyik berjemur dibelai angin sepoi-sepoi. Alhamdulillah setelah jungkir balik, nyusuin, gendong, ayun-ayun, kasih obat mules, pijit, balurin kayu putih, dia kalem lagi dan tidur nyenyak. Sesudah Maghrib, saya sudah dandan cantik gak lupa pakai high heels supaya enak dilihat pas sampingan ma suami, ga tanggung tanggung, 10 cm high heels itu, pegel iya, tapi gaya tetep no. 1 🤦‍♀️.

Acara pesta di Mesir itu boros waktu, dari jam 7 kira-kira sampai jam 11 malam. 4 jam mondar-mandir sambil gendong Omar, yang tetiba sayangnya kepada mama berlebih malam itu jadi enggan digendong papanya, lumayan bikin pinggang, betis dan badan remuk seremuk-remuknya.

Acara selesai kita pun meluncur ke apartemen, ditemani tangisan Omar yang soprano itu. Selesaikah penderitaan mama ber-high heels dengan bayi yang beratnya lebih dari 10 kilo? Belum dong. Sampai gedung ternyata mati lampu, otomatis lift ikut mati, dan harus naik 18 lantai. Daripada nanjak kita putuskan santai di pantai sambil nunggu listrik nyala, tapi saya minta mampir dulu beli sandal karena bawa kaki ini berjalan lagi dengan high heels rasanya gak mungkin.

Tiba di toko kecil pinggir jalan menuju ke pantai, saya asyik milih sendal, sementara Omar yang digendong papanya tetap nangis. Nah, baru juga 5 menit kayaknya saya milih, eh si bapak ngamuk tiba-tiba depan penjualnya dia bilang, “Ambil yang mana aja sih, ga usah pake milih-milih, ini anak udah rewel gini!” Sesudah hampir setahun nikah ini pertama kali suara suami meninggi dan ngomelin saya. Jadi seperti anak pintar saya ambil sendal, lepas high heels dan berjalan keluar toko tanpa sepatah kata pun.

Di pinggir pantai, ditemani suara ombak campur tangisan Omar saya baru buka mulut, “Ini kali pertama dan terakhir kamu ngomelin saya depan orang!” Bela diri dong si bapak. Dia bilang Omar nangis, saya tidak peka sama situasi daaaaan muter-muter. Intinya saya yang salah. Tapi kekeuh ya, saya cuma jawab, “Tetap kamu ga berhak bentak saya di depan orang!”

Nah sebelum panjang nih berantemnya, seorang ibu berhati malaikat menghampiri dan bilang, “Boleh saya gendong bayinya? Anak ini mules perutnya. Biar saya ajarin cara supaya dia enakan.” Dengan tenang dia gendong Omar, dibalik dan ditekan perutnya sambil diayun. Gak sampai 10 menit, Omar sudah tidur pulas. Ibu ini kemudian senyum dan bilang, “Anak bayi itu sangat perasa. Selama kamu panik, marah, sedih, dia pasti akan rewel. Apa pun masalah kamu dengan suami, tenangkan diri sebelum gendong dan nyusuin ya!”

Sampai di sini, berantemnya berhenti, tapi seperti perempuan sejati yang doyan ngambek, saya pun berjalan pulang tanpa berkata. Sampai apartemen pun saya tetap membisu. Barulah esok sore saya senyum lega ketika suami terpaksa minta maaf dan janji gak akan begitu lagi.

Jadi, jika ada yang masih membolehkan suami mukul istri, saya cuma mau bilang Rasul tidak pernah mukul istri atau siapa pun khan. Kenapa bukan yang ini yang dijadiin sunnah?! Kok ingatnya cuma sunnah poligami sih bapak-bapak yang terhormat 🤔?

Dan buat istri-istri yang manis dan solehah, membiarkan suami mukul, menghina, atau menghujani dengan sumpah serapah, gak ada kaitannya dengan syaratmu masuk surga non! Daaan ga membuatmu mendapat predikat istri solehah yang taat suami.

Terakhir, layaknya nasehat ibu berhati mulia di atas, seperti bayi, perempuan itu sangat perasa, jadi kalau suami cemberut, acuh atau kasar, ya istri bakal rewel dan gak asyik dipandang 😌. Jadi, treat her like a queen and you’ll be treated like a king.

Oh ya, setelah sekian tahun suami saya lebih sering geleng-geleng aja kalau kesel sama istri cantiknya di luar rumah. Nah, kalau keselnya di dalam rumah, ga papalah sesekali dia marah, toh istrinya emang ngeselin sih 😁😁.