Semangat Menjalankan Ibadah Niscaya Allah Memudahkannya

Laduni.ID, Jakarta – Seringkali kita jumpai banyak orang di sekeliling kita, bahkan mungkin kita sendiri, merasa terbebani dengan adanya kewajiban pada agama, padahal Allah menjelaskan dengan jelas dalam Al-Qur’an surah Al-Hajj ayat 78, bahwa agama ini sangatlah mudah untuk dijalankan, Allah tidak pernah membebani hambanya dengan hal-hal di luar kemampuannya.

Banyak bukti yang menunjukkan bahwa Allah benar-benar memberi keringanan pada hamba-Nya dalam menjalankan agama, seperti halnya dalam kewajiban shalat, Allah memerintahkan kita untuk berdiri dalam melakukan shalat, namun tidak semutlak itu, bagi orang yang sakit dan tidak mampu, Allah memberikan solusi, ia diperbolehkan untuk duduk, bila tidak mampu maka ia boleh berbaring dan seterusnya.

Begitupun ketika kita melakukan perjalanan jauh, Allah memberikan keringanan pada kita berupa syariat Qashor dan Jama’, pun juga kebolehan untuk tidak berpuasa. Alllah pun juga selalu memberikan solusi bagi hamba-hambaNya yang terlanjur melakukan dosa, entah melalui taubat ataupun kafarot. Ini sangatlah mudah, bila dibandingkan dengan syari’at Bani Israil pada zaman nabi Musa AS, yang harus bertaubat dengan cara bunuh diri.

Allah juga melipatkan gandakan pahala kebaikan kita dengan 10 kali lipat bahkan lebih, dan hanya menghitung keburukan kita dengan 1 kali lipat, seperti yang Allah jelaskan dalam Al-Qur’an surat Al-An’am : 160

مَنْ جَاءَ بِالْحَسَنَةِ فَلَه عَشْرُ اَمْثَالِهَا ۚوَمَنْ جَاءَ بِالسَّيِّئَةِ فَلَا يُجْزٰٓى اِلَّا مِثْلَهَا وَهُمْ لَا يُظْلَمُوْنَ

Barangsiapa berbuat kebaikan maka ia mendapat balasan sepuluh kali lipat amalnya. Dan barangsiapa berbuat kejahatan maka ia dibalas seimbang dengan kejahatannya. Mereka sedikit pun tidak dirugikan (dizalimi).

Dan masih banyak lagi keringanan dan kemudahan yang diberikan oleh Allah kepada kita, lalu kemudian dengan hal seperti itu, masih wajarkah jika keburukan kita lebih banyak daripada kebaikan kita? Masih wajarkah kita mengeluh dengan agama dan berbagai keringanan ini? tentu diri kitalah yang bisa menjawabnya. Rasulullah SAW bersabda:

عن أَبِي هريرة النَّبيّ ﷺ قَالَ: إِنَّ الدِّينَ يُسْرٌ، ولنْ يشادَّ الدِّينُ إلاَّ غَلَبه فسدِّدُوا وقَارِبُوا وَأَبْشِرُوا، واسْتعِينُوا بِالْغدْوةِ والرَّوْحةِ وشَيْءٍ مِن الدُّلْجةِ رواه البخاري

Diriwayatkan dari Abu Hurairah RA dari Nabi SAW bersabda: “Agama itu mudah, tidaklah agama itu diperkeraskan oleh seorang melainkan agama itu akan mengalahkannya (yakni orang yang memperkeras-keraskan itu sendiri yang nantinya akan merasa tidak kuat meneruskannya) Maka dari itu, bersikap luruslah engkau semua, lakukanlah yang sederhana saja (jikalau tidak kuasa melakukan yang sempurna) dan bergembiralah (untuk memperoleh pahala, sekalipun sedikit) juga mohonlah pertolongan dalam melakukan sesuatu amalan itu, baik di waktu pergi pagi hari, sore ataupun sebagian waktu malam.” (Riwayat Bukhari)

Maksud daripada waktu pergi hari, sore dan malam adalah kiasan bahwa kita semua diperintah untuk selalu meminta pertolongan kepada Allah SWT dalam beramal pada waktu apapun, seperti halnya seorang yang bepergian jauh, ia akan berangkat dalam keadaan segar bugar, ketika letih ia akan berisitirahat, tidak memaksakan diri, sehingga ia bisa mencapai tujuan dalam keadaan selamat.

Lalu sekarang yang menjadi pertanyaan adalah apa penyebab orang merasa berat menjalankan kewajiban agama? Imam Ghozali dalam kitab Sirojuth Tholibin menjelaskan bahwa penyebab terbesarnya adalah lalai akan adanya Akhirat. Sebab seseorang yang lalai akan adanya akhirat akan selalu memiliki angan angan yang panjang sehingga melupakan adanya kematian yang selalu menanti kapanpun dan selalu menunda nunda segala hal, berbuat kebaikan, taubat, dan lain lain.

Dan hal tersebut akan menyebabkan orang tadi mencintai dunia yang fana ini dan tabiat manusia ketika mencintai sesuatu adalah selalu ingin bersama dan tidak ingin terpisah, sehingga orang yang mencintai duniapun seperti itu, ia tidak menyukai kematian dan tidak ingin memikirkannya, karena hal tersebutlah yang menyebabkan ia terpisah dengan kekasihnya.

Orang tersebut pasti akan selalu berusaha mengumpulkan harta, jabatan, kekuasaan dan hal hal lain yang menurutnya bisa membuatnya kekal berada di dunia ini, padahal sudah jelas bahwa tidak ada hal yang kekal di dunia ini, seluruh hal sekuat apapun di dunia ini pastilah lambat laun akan rusak, apapun hal itu.

Dilanjutkan oleh Imam Ghozali, bahwa obat daripada hal-hal di atas adalah dengan sering mengingat kematian dan menguatkan keyakinan bahwa hidup yang sebenarnya adalah kehidupan setelah kematian, ambil satu perumpaan bayangkanlah jika engkau adalah seseorang tahanan yang telah divonis hukuman mati, namun engkau tidak mengetahui kapan eksekusi itu dilaksanakan, dapat dipastikan bahwa engkau pasti tidak akan dapat tertawa menjalani sisa kehidupanmu.

Begitulah seharusnya kita, tanamkan pemikiran seperti itu dalam hati kita, bahwa kapanpun kematian bisa menjemput; sehingga kita akan selalu memikirkan amal kebaikan dan seluruh konsekuensi perbuatan kita yang kelak nantinya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat.

وَلَن يُؤَخِّرَ ٱللَّهُ نَفْسًا إِذَا جَآءَ أَجَلُهَا ۚ وَٱللَّهُ خَبِيرٌۢ بِمَا تَعْمَلُونَ

Dan Allah sekali-kali tidak akan menangguhkan (kematian) seseorang apabila telah datang waktu kematiannya. Dan Allah Maha Mengenal apa yang kamu kerjakan. (Al-Munafiqun : 11)


Referensi:
Tafsir Al-Kabir aw Al-Mafatih Al-Ghoib
Nuzhatul Muttaqin syarh Riyadhus Sholihin

https://www.laduni.id/post/read/80807/semangat-menjalankan-ibadah-niscaya-allah-memudahkannya.html