Pesantren PPSQ Asy-Syadzili Sumberpasir 1 Kab Malang

Profil

Pondok Pesantren Salaf Al-Quran Asy-Syadzili 1, adalah pondok pesantren Tahfidz Al-Qur’an yang mengajarkan beragam bacaan Al-Quran dari Imam yang tersambung kepada Rasulullah, lebih dikenal dengan Qira’at Sab’ah dan Qira’at ‘Asyr, tidak hanya mengajarkan ilmu Al-Qur’an, Pondok Pesantren Salaf Al-Quran Asy-Syadzili juga mengajarkan kitab-kitab salaf seperti Nahwu, Shorof, Fiqih dan Tafsir (madrasah diniyah).

Terletak di bawah kaki gunung, tepatnya di Desa Sumberpasir, Kec.Pakis Kab.Malang, provinsi Jawa timur, dengan di dukung oleh lingkungan yang asri Pondok Pesantren Salaf Al-Quran Asy-Syadzili berikhtiar mencetak generasi yang dapat membumikan Al-Qur’an dan melangitkan manusia. Pondok Pesantren Salaf Al-Quran Asy-Syadzili1, merupakan salah satu pesantren yang terkenal di Wilayah Malang, didirikan oleh KH. Ahmad Syadzili Muhdlor, berawal dengan merintis pendidikan agama di sekitar wilayah sumberpasir. yang sekarang di asuh oleh putra ke-6 dari 10 bersaudara yaitu Abuya KH. Abdul Mun’im Syadzili.

Pada tahun 1970 sudah banyak santri yang datang untuk nyantri (menetap) tetapi karena keterbatasan tempat dan fasilitas maka mereka belum bisa diterima hingga akhirnya pada tahun 1975 dibangunlah sebuah asrama kecil di atas tanah waqaf masjid yang berkapasitas sekitar 15 orang.

Pada tahun 1980-an ada seorang dermawan yang membeli rumah keluarga ibu Nyai (Hj. Rahmah Marzuqi) untuk diwaqofkan kepondok, dermawan tersebut ialah H. Jainal Abidin, dan rumah tersebut langsung difungsikan sebagai tempat tinggal para santri. Karena keterbatsan tempat dan yang lainnya maka pada waktu itu pengasuh membatasi jumlah santrinya sebanyak 40 orang dan pada saat itu juga pendidikan masih terfokus pada tahfidhul Qur’an saja, sebenarnya banyak pihak-pihak yang ingin membangun pondok tapi pengasuh belum berkenan untuk membangunnya.

Sejarah
Ihwal pendirian PPSQ Asy-Syadzili Pakis, kabupaten Malang, diawali Setelah Haji Marzuqi sang mertua memberikan sepetak lahan disekitar daerah Sumberpasir, yang kemudian oleh Yai Syadzili didirikan sebuah pesantren dengan nama Pondok Pesantren Tarbiyah Tahfidzul Quran (PPTQ) sebelum kemudian berganti nama menjadi PPSQ Asy-Syadzili.

Pada awalnya tidak ada santri yang menetap, sekitar tahun 1960-an terjadi kejadian aneh, tanpa alasan yang jelas beliau membubarkan para santri, kemudian beliau merintis kembali pendidikan agama yang telah dibubarkan tersebut, setelah di rintis kembali maka masuklah santri dari luar, dan santri pertama yang menjadi cikal bakal menetapnya santri sampai saat ini adalah Almaghfurlah KH. Maftuh Said, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Munawwariyyah, Sudimoro, Bululawang.

Saat itu Bersamaan dengan seorang santri putri bernama Maftuhah dari Gresik, kedua santri tersebut tidak menetap di asrama melainkan menetap di ndalem (rumah) mertua Yai Syadzili, sebab pada waktu itu beliau belum memiliki asrama sebagai tempat tinggal untuk santrinya. Pada tahun 1970 sudah banyak santri yang datang untuk nyantri (menetap), tetapi karena keterbatasan tempat dan fasilitas maka mereka belum bisa diterima hingga akhirnya pada tahun 1975 dibangunlah sebuah asrama kecil di atas tanah waqaf masjid yang berkapasitas 15 orang.

Ketika tahun 1980-an ada seorang dermawan yang membeli rumah keluarga Ibu Nyai (Hj. Rahmah Marzuqi) untuk diwaqofkan kepondok, dermawan tersebut ialah H. Jainal Abidin, dan rumah tersebut langsung difungsikan sebagai tempat tinggal para santri. Karena keterbatasan tempat, maka pada waktu itu Yai Syadzili membatasi jumlah santrinya sebanyak 40 orang dan pada saat itu juga pendidikan masih terfokus pada tahfidzul Qur’an saja. Sebenarnya banyak pihak-pihak yang ingin membangun pondok, tapi Yai Syadzili belum berkenan untuk membangunnya. Hingga pada Tahun 1991, tepatnya 14 hari sebelum Yai Syadzili wafat, beliau berwasiat kepada Ibu Nyai dan putra-putrinya, agar mengijinkan siapa saja yang berkeinginan membangun pondok,

Dari keunikan inilah sampai timbul guyonan “Lah pondok sudah ditinggal kiainya, kok baru dibangun.” Itulah sosok Yai Syadzili yang tak terlalu mementingkan kepentingan dunia. Dalam kesempatan lain beliau juga berwasiat kepada salah seorang putranya “Ikhtiar iku hukume wajib lan ikhtiarku berobat wes cukup, awakmu kudu iso sabar lan terusno lek golek elmu” (ikhtiar itu hukumnya wajib dan ikhtiarku berobat sudah cukup, kamu harus bisa bersabar dan lanjutkanlah kalau mencari ilmu).

Pola asuh Yai Syadzili kepada anak-anaknya dan kepada santi-santrinya memang beda, tapi tujuannya sama. Yakni bagaimana agar mereka menjadi hamba Allah yang berilmu, yang mana dengan ilmu tersebut bisa digunakan untuk kemaslahatan dirinya maupun seluruh ummat. Kalau terhadap anak-anaknya, Yai Syadzili menampilkan figur bapak yang lembut, kalau pada santrinya, beliau sangat tegas. Yai Syadzili betul-betul amanah dalam membimbing para santri sesuai dengan amanat para orang tua santri.

Yai Syadzili tidak mau mengecewakan wali santri yang sudah titip kepada beliau. Hal ini sangat dirasakan oleh beberapa santri yang dulu pernah ngaji kepada beliau seperti Kyai Maftuh (Bululawang), Kyai Khusaini (Malang), Kyai Nur Kholis (Malang), Kyai Nur Salam. Beliau adalah guru yang menganut sistem tradisional yang keras dan tegas.

Beliau tidak segan-segan memukul santrinya yang tambeng alias nakal dan malas. Hal ini dilakukan karena beliau sangat sayang kepada santrinya. Beliau ingin melihat santrinya berhasil dalam tholabul ‘ilmi (menuntut ilmu) dan pulang dengan membawa ilmu yang bermanfaat. Kenyataan, para santri yang pernah menimba ilmu kepada beliau rata-rata setelah pulang berhasil menjadi ulama besar.

Meski dalam urusan mendidik santri, Yai Syadzili begitu disiplin dan keras, namun dalam urusan kebutuhan jasmani, Yai Syadzili seringkali mendahulukan para santrinya daripada anak-anaknya. “Kalau ada makanan di rumah, seringkali abah menyuruh untuk memberikan dulu kepada para santri. Putra dan putri beliau diajak untuk hidup prihatin.” kenang Gus Mun’im, putra beliau yang kini diamanahi umtuk melanjutkan tongkat estafet dakwah Yai Syadzili sebagai pengasuh pondok pesantren.

Pendiri :
 
KH. Syadzili Muhdlor

Pengasuh : 

  1. KH. Syadzili Muhdlor
  2. Nyai Hj. Afifah
  3. Agus Abdul Mun’im Syadzili (Gus Mun’im)

Pendidikan

Unit Pendidikan
1. MI Asy Syadzili
2. SMP IT Asy Syadzili
3. SMK IT Asy Syadzili
4. SMA IT Asy Syadzi
5. Madrasah Diniyah
6. Tahfidz Al-Qur’an

Ekstrakurikuler

Pesantren ini memiliki Ekstrakurikuler sebagai berikut:
1. Tahfidz al-Qur’an
2. Pengajian Kitab Kuning
3. Ziarah
4. Musyawarah Ma’hadiyah
5. Bahtsul Ma’sail
6. Diskusi Ilmiah
7. Hadrah/Rebana
8. Pengembangan Berbagai Olahraga
9. Keterampilan Wirausaha
10. Drumb Band
11. Pengembangan Jurnalistik dan Publish
12. Kaligrafi
13. Beladiri
14. Latihan berpidato
15. Diskusi dan Penelitian Ilmiah
16. Pramuka
17. PMR
18. Paskibra
19. Ketrampilan hidup: Rakit komputer, J aringan komputer, Agrobisnis, Teknik pertanian, Mutimedia


Setoran hafalan di pesantren PPSQ Asy-Syadzili


Paskibra di pesantren PPSQ Asy-Syadzili

Fasilitas

Pesantren ini memiliki fasilitas sebagai berikut:
1. Gedung Sekolah
2. Pesantren
3. Ruang Guru dan Staff
4. Laboratorium Komputer dan Jaringan
5.Laboratorium Multimedia dan Perangkat Lunak
6. Masjid
7. Pembelajaran dilengkapi LCD Proyektor
8. Tempat Parkir
9. Internet dan Hotspot area
10. Lapangan Olahraga
11. Aula
12. Perpustakaan
13. Kantin
14. koperasi Sekolah


Masjid di pesantren PPSQ Asy-Syadzili


Lapangan olahraga di pesantren PPSQ Asy-Syadzili

Alamat

Jl. Sumber Pasir No.99A, Sumberpasir, Pakis, Malang, Jawa Timur
Kode Pos: 65154
Telepon: (0341) 785 680, 
 WA:  0857-4877-8497, 082-2492-2844

Email:  psb.ppsqasysyadzili@gmail.com

Untuk informasi lebih lanjut dan pendaftaran silahkan hubungi:  Pesantren PPSQ Asy-Syadzili Sumberpasir 1

KUNJUNGI JUGA

https://www.laduni.id/post/read/31899/pesantren-ppsq-asy-syadzili-sumberpasir-1-kab-malang.html