Pesantren Daarul Mukhlishiin, Temulus, Ngawi

Profil

Pondok Pesantren Temulus, berdiri pada hari Senin Pahing, 17 Rabiā€™ul Awwal 1417 H atau bertepatan pada 21 Juli 1997 M didirikan oleh Syaikhina KH. Ahmad Ulinnuha Rozy atas restu Romo KH. Hanafi, Kudus. Pondok Pesantren Temulus mengutamakan pendidikan kajian keilmuan serta pemahaman dan pendalaman kitab-kitab kuning sebagai ciri dan identitas Pondok Pesantren.

Pondok Pesantren Temulus senantiasa berusaha mengembangkan kepribadian Rasulallah SAW ke dalam jiwa para santri, membina masyarakat, mengikuti, dan menyesuaikan diri dengan perkembangan ilmu dan teknologi.

Sejarah
Pada tahun 1991 Kyai Sodir Masyhuri Bin Kyai Darkun Imam Basri mewakafkan area Temulus, peninggalan dari sang ayah seluas 2945 M2 ditujukan untuk kemakmuran masjid dan atau pengembangan pendidikan agama Islam (Akta wakaf  No. 11540 / 1991 tertanggal ; 20/12/1991) yang prosesi pewakafannya diwakili oleh bapak Rohmat, putra ke 2   Kyai Sodir Masyhuri, yang kini berdomisili di Jatiasih, Bekasi. Tanah wakaf tersebut berupa tegal garing yang penuh dengan rumput ilalang, pohon jati dan mahoni tanpa ada bangunan apapun, hutan kampung yang terkenal “wingit” namun penuh aura.

Sejak tanggal diwakafkan, lokasi Temulus belum terkelola sesuai dengan tujuan sang Wakif (Bpk Rohmat atas nama Kyai Sodir Masyhuri) karena belum adanya sosok yang siap bersusah payah “menghidupkan” kembali Temulus ; mengelola, mengembangkan dan mensyi’arkan Temulus sebagai bumi santri dan sentral Tarbiyah Islaamiyyah.

Kemudian, Bapak Rohmat atas nama mbah Kyai Sodir Masyhuri meminta bantuan, kerja sama kepada beberapa tokoh masyarakat untuk menindak lanjuti tujuan pewakafan tersebut di atas serta usaha mencari sosok tepat yang mampu dan terpanggil untuk mengelola “wana wakaf” Temulus agar sesuai dengan harapan dari wakif. Beberapa tokoh tersebut antara lain ialah :

1. Bpk. Drs. H. Umar Santoso, Banaran, Sambung Macan
2. Bpk. Drs. Turmudzi, Kedungombo,Kedungharjo
3. Bpk. Drs. Subahadi, Ganggang, Mantingan
4. Bpk. Syamsul Ma’arif, Temulus
5. Bpk. Humaidi, Kedungombo,Kedungharjo
6. Bpk. Parmuji, Temulus
7. Dan beberapa tokoh masyarakat Kedungombo, Kedungharjo lainnya.

Dengan wasilah bapak Drs. Turmudzi dan Bpk Drs. H. Umar Santoso serta Bpk. Subahadi atas nama pihak wakif yaitu ; Kyai Sodir Masyhuri sekeluarga, saya (Al-faqiir Ahmad Ulinnuha Rozy) di restui oleh ayah, ibu dan guru saya (Syaikhinaa Romo K.H Muhammad Hanafi, Kudus) untuk memenuhi “panggilan dakwah” ke Temulus pada hari SENIN (Pahing), Tanggal 17 Rabi’ul Awwal 1417 H. / 21 Juli 1997 M. 

“TEMULUS” kala itu (tahun 1997) adalah berupa kebun yang penuh dengan rumput ilalang dan pepohonan, benar-benar sebuah

Kyai Masyhudi Bin Kyai Darkun Imam Basri dan Kyai Sodir Masyhuri Bin Kyai Darkun Imam Basri (Wakif), para pengurus Ta’mir Masjid “Sabilal Muttaqiin” Temulus, keluarga wakif, Kepala desa Kedungharjo, tokoh masyarakat dan warga masyarakat Temulus, Kedungombo ; dengan upacara penyambutan yang sederhana tetapi penuh dengan penghormatan dan suka cita yang tulus.

Acara penyambutan dan penghormatan di serambi masjid “Sabilal Muttaqiin” saat itu sekaligus juga peresmian berdirinya Pondok Pesantren dengan nama “Daarul Mukhlishiin” yang di resmikan langsung oleh Kyai Sodir Masyhuri dan di berkahi do’a oleh Kyai Masyhudi. Walaupun saat berdiri dan peresmian pondok pesantren tersebut belum ada satupun unit bangunan pesantren.

Alhamdulillah, meski segalanya terbatas dan belum dipersiapkan, -berkat empati dan simpati warga Temulus,Kedungombo serta kekuatan niat, tekad dan semangat kami akan terwujudnya pesantren sebagai basis syi’ar Agama- Allah Swt.memberikan kekuatan lahir dan batin di dalam menjalani kehidupan pesantren “Ngenger’ (nunut) tersebut hingga 4 bulan lamanya.

Walaupun Pesantren “Daarul Mukhlishiin” Temulus pada 4 bulan pertama masih “Mager sari”, didalam rumahnya bpk Syamsul Ma’arif, namun “ruh” pesantren dan jiwa kesantrian santri sejak awal sudah wujud, hidup dan tertanamkan, yaitu dengan berjalan aktifnya aktifitas proses belajar dan mengajar ala pesantren, ngaji, program program ubudiyyah mulai Shubuh s/d. Pukul 22 ; 00 setiap hari selain hari Selasa dan Jum’at. Dengan pengajar serta pengurus hanya saya seorang diri.

Demikian pula adab-adab kesantrian yang lain, dan semuanya berjalan secara terprogram tertib dan bertata tertib. Salah satu buktinya adalah pada bulan Sya’ban 1417 H. (baru 5 bulan berjalan) sudah menyelenggarakan Haflah Akhir Sanah Perdana dalam bentuk sangat sederhana hanya bersama masyarakat Temulus, Kedungombo. Dan sebagai bukti atas kesungguhan kami bersama para santri di dalam melaksanakan program program pendidikan ala pesantren di masa sulit itu adalah berhasil mewisuda seluruh santri yang berjumlah 15 atas prestasi suksesnya Muhafadzoh Imrithi(Hafalan kitab ilmu tata bahasa arab ; Mandzumah Imrithie sejumlah 254 bait).

Sungguh prestasi yang mengharukan sekaligus membanggakan,di karenakan 15 santri perdana itu rata rata usianya 12 — 17 tahun dan baru pertama kali “mondhok” ; nyantri di pesantren, artinya, sebelumnya belum pernah mondhok dimanapun. Benar benar sebuah pengalaman pertama yang tidak terlupakan ; masih usia dasar, mondhok di pesantren yang sangat jauh dari kampung halaman, pesantrennya juga baru dilahirkan dengan proses kelahiran simbolis pesantren yang baru memiliki nama namun belum memiliki bentuk fisik. Mereka semua itu pun mondhok dengan biaya sendiri sendiri (dalam arti bukan gratis)… Subhaanallah.

Untuk memenuhi kebutuhan pokok sehari harinya,para santri yang semuanya masih kecil kecil itu harus memasak sendiri –karena saat itu di Temulus belum ada warung yang menyediakan makanan-, perabotan, peralatan masak pun mereka membelinya sendiri,bahan bakar memasak kala itu masih menggunakan kayu bakar hasil dari mencari sendiri di lokasi “wana wakaf” calon pesantren Temulus dan sekitarnya.

Bahkan tempat memasaknya pun bersifat darurat ; yaitu pinjam tempat di halaman belakang rumahnya ibu Ikromah. Untuk memenuhi kebutuhan mandi dan mencuci saat itu saya dan para santri “nunut” di kamar MCK pribadinya Kyai Sodir Masyhuri yang tentunya amat sangat terbatas, sehingga pada saat “Kali sawur” sedang normal justru kami memilih ke kali (sungai) tersebut.

Empat bulan kemudian, tepatnya pada bulan Rajab 1417 H. / bulan Nopember 1997 M. Di mulailah “Mbabat Wana Wakaf” Temulus sebagai lokasi Pondok Pesantren “Daarul Mukhlishiin” Temulus dengan partisipasi yang luar biasa aktif dari warga masyarakat Temulus, Kedungombo. Sungguh, peran warga kala itu merupakan spirit yang tidak ternilai selaras dengan nama Pesantren yang di tetapkan, yaitu “Daarul Mukhlishiin” (Rumahnya orang orang yang ikhlas).

Kiranya kilas balik dan selayang pandang tentang asal usul ini cukup sebagai catatan sejarah yang patut dan harus dibaca, di ketahui, di kenang dan dihayati oleh semua santri dari generasi ke generasi, serta semua pihak yang berada dan terlibat dalam sistem Yayasan Budi Mulia Nurinnuha dan atau  Pondok Pesantren “Daarul Mukhlishiin” Temulus ini, agar tidak salah arah karena menghargai sejarah dan agar tidak asal usul karena mengetahui asal usul. “Al-Fadhlu Lil-Mubtadi Wa-in Ahsana Al-Muqtadi” ; “Bagaimanapun,yang paling layak mendapatkan keutamaan tentu sang perintis, walaupun lebih maju sang penerus”. Demikian kata hikmah dari sebagian Ulama’.

Pendiri
KH. Ahmad Ulinnuha Rozi

Pengasuh
KH. Ahmad Ulinnuha Rozi

https://www.laduni.id/post/read/32837/pesantren-daarul-mukhlishiin-temulus-ngawi.html