Muktamar untuk 2026, Bukan 2024

Laduni.ID, Jakarta – Muktamar NU ke-34 telah ditetapkan akan diselenggarakan pada 23-25 Desember 2021. Sebagaimana organisasi besar lainnya Muktamar NU kali ini memiliki agenda besar untuk merumuskan berbagai strategi dan kebijakan untuk 5 tahun mendatang.

Momentum Muktamar kali menurut saya sangat krusial bagi NU, bahkan mungkin denyutnya bisa disamakan dengan Muktamar NU tahun 1984 di Situbondo yang menghasilkan keputusan sangat penting, yakni saat NU menerima Pancasila sebagai asas kehidupan berbangsa dan bernegara.

Kenapa demikian?

Awal tahun 2021 saya pernah menulis ada tiga tantangan yang harus dijawab oleh NU di masa mendatang. Pertama, manajemen organisasi, sebagai organisasi besar NU membutuhkan organisasi yang efektif yang bisa menggerakan anggota-anggotanya. Relasi jam’iyah dan jama’ah yang kadang tidak sejalan harus ditemukan jalan keluarnya.

Kedua, berorientasi pelayanan umat, setiap program NU harus menempatkan umat sebagai poros utamanya, layanan keagamaan dan sosial kemasyarakatan NU harus dirasakan secara nyata oleh masyarakat luas.

Ketiga, penguatan sumber daya manusia (SDM) nahdliyin, kompetensi nahdiliyin yang semakin beragam, tidak hanya agama, mereka harus lebih banyak diberi ruang untuk beraktualisasi menyumbangkan ide dan gagasannya.

Kebutuhan nahdliyin ke depan tidak lagi melulu soal agama, tapi juga soal ekonomi, teknologi, dan kebutuhan dasar lainnya, karena itu sumbangsih dari para diaspora nahdliyin dari berbagai disiplin ilmu pengetahuan sangat dibutuhkan oleh NU.

Apapun hasil Muktamar nanti seharusnya mampu menjawab tiga tantangan tersebut apalagi sebentar lagi, tahun 2026, NU akan berusia 100 tahun dan akan memasuki abad kedua.

Dengan beban yang menantang tersebut, maka NU membutuhkan nahkhoda yang memiliki visi, gagasan besar, dan pandangan jauh kedepan, tidak hanya sekedar rutinitas 5 tahunan. Pemimpin yang mampu membawa kapal besar NU melintasi samudera kehidupan yang penuh riak dan gelombang besar, pemimpin yang mampu menggerakkan anak-anak muda untuk berkembang dan bertumbuh bersama mengisi ruang-ruang kehidupan berbangsa dan bernegara.

Karena itu Muktamar 2021 tidak boleh dimaknai hanya sekedar urusan tahun 2024 yang cenderung sangat politis, tapi jauh lebih besar dari itu adalah bagaimana menyiapkan tahun 2026 sebagai titik tolak NU menatap masa depan.

Saya membayangkan NU di abad kedua adalah NU seperti zaman Gus Dur, NU yang dinamis, adaptif, dan dipenuhi anak-anak muda progresif. NU yang disegani dipercaturan dunia global dan juga NU yang mengakar kuat melayani umat, bangsa, dan negara.

Oleh: Hasanuddin Ali


Editor: Daniel Simatupang

https://www.laduni.id/post/read/73304/muktamar-untuk-2026-bukan-2024.html