Meriahkan Hari Santri dengan Mengaji Buku KH Hasyim Asy’ari sampai Tingkatkan Skill Literasi

halaqoh.net, Jombang- SMA Primaganda Bulurejo menggelar bedah buku Berguru Ke Sang Kiai: Pemikiran dan Perjuangan Hadratussyaikh KH. M. Has…


halaqoh.net, Jombang- SMA Primaganda Bulurejo menggelar bedah buku Berguru Ke Sang Kiai: Pemikiran dan Perjuangan Hadratussyaikh KH. M.
Hasyim As’ari
, Sabtu (13/11). Acara digelar memperingati Hari Santri dan
Bulan Bahasa dengan menghadirkan Mukani, penulis buku. Kegiatan di halaman
sekolah ini dihadiri ratusan peserta. Termasuk utusan dari sekolah-sekolah
sekitar.

Ketua
panitia Muhammad Afsada Yuslih menjelaskan bahwa kegiatan ini juga digelar
menyambut hari pahlawan. “Dengan kegiatan ini, diharapkan generasi milenial
bisa memahami makna pahlawan di era digital seperti sekarang,” ujarnya.

Kepala
sekolah Ulfu Henikningtyas menyambut positif kegiatan ini. “Semuanya disiapkan
oleh panitia dari siswa, mulai perlengkapan acara hingga mencari pemateri,”
jelasnya. Dirinya berharap agar motivasi yang diberikan oleh pemateri yang
hadir mampu menggerakkan tradisi literasi di sekolahnya.

Saat
pemaparan materi, Mukani memaparkan bukunya yang diterbitkan Kalimedia
Yogyakarta tahun 2016 lalu. “Tahun 2021 ini sudah cetak yang kedua kalinya,
berawal dari tesis saya tahun 2005 silam di IAIN Sunan Ampel Surabaya,” kata
pengurus LTN PWNU Jawa Timur ini.

Pria
yang juga dosen STAI Darussalam Krempyang Nganjuk ini menuturkan bahwa banyak
pelajaran dari kisah perjuangan Kiai Hasyim. “Di samping tentunya berbagai
pemikiran beliau dalam pendidikan yang dibahas dalam buku ini,” ujarnya.

Buku
Berguru Ke Sang Kiai, lanjutnya,
disusun dari hasil penelitiannya lewat studi literer. Dengan membaca 23 karya
Kiai Hasyim sebagai referensi primernya. “Itu belum ditambah dengan berbagai
sumber sekunder dan tersier, baik jurnal, kamus, artikel, wawancara maupun
ensiklopedi,” imbuhnya.

Kiai
Hasyim, jelasnya, adalah sosok lengkap. Ini karena tidak hanya menguasai ajaran
Islam dengan sangat baik (‘alim).
Namun juga mampu mencintai tanah air dan bangsanya dengan sepenuh jiwa (wathani). “Dikeluarkannya fatwa resolusi
jihad adalah bukti nyata bagaimana Kiai Hasyim mencintai Indonesia, tidak heran
jika beliau dianugerahi gelar pahlawan nasional,” ujarnya.

Itu
belum ditambah dengan usahanya untuk mendirikan organisasi Nahdlatul Ulama. “Sejak
berdiri 1926, NU berjuang menuntut Indonesia merdeka, dengan berbagai aksi nyatanya,”
imbuhnya. Tidak heran jika Islam model NU dianggap paling cocok untuk rakyat
Indonesia. “Bahkan sekarang NU menjelma sebagai ormas Islam terbesar di dunia,
tidak hanya di negeri ini,” ucapnya.

Dosen
STIT Urwatul Wutsqo Jombang ini juga mengapresiasi Kiai Hasyim saat mendirikan
Pesantren Tebuireng pada tahun 1899. Dengan mendirikan pesantren, Kiai Hasyim
bersiap menyiapkan kader yang akan mengisi Indonesia setelah merdeka. “Dan ini
terbukti bahwa alumni pesantren sekarang tidak hanya jadi kiai, namun kebermanfaatannya
sangat dirasakan bagi kemajuan bangsa ini,” bebernya.

Salah
satu hal menarik dari sosok Kiai Hasyim, menurut Mukani, adalah kemampuannya
untuk menulis. “Sudah ada lebih dari 23 karya risalah dan kitab yang ditulis
beliau, dan semuanya berbahasa Arab,” ujarnya. Karya-karya itu, biasanya memang
tidak tebal. Namun menjadi jawaban solutif dari berbagai permasalahan yang
dihadapi lingkungan sekitarnya. “Dari peristiwa yang ada, Kiai Hasyim kemudian
menuangkan jawabannya ke dalam satu tulisan,” ujarnya.

Tradisi
menulis ini menjadi keniscayaan di era modern sekarang ini. Terutama bagi
generasi milenial yang otomatis dikepung kecanggihan teknologi dan informasi.
“Generasi sekarang harus melek literasi, baik membaca maupun menulis, karena
itu kunci untuk meraih ilmu di era digital saat ini,” ujarnya.

Pada
kesempatan itu, Mukani juga mengajak para peserta menulis buku. Teknisnya nanti
bisa dikoordinir oleh pihak SMA Primaganda. Dirinya siap menerbitkan buku
antologi lewat Griya Pustaka Kayangan yang dikelolanya. “Itu wujud komitmen
saya mendorong tradisi literasi di dunia pesantren, semuanya saya gratiskan”
ujarnya.

Pria
yang juga guru di SMAN 1 Jombang ini menjelaskan bahwa menerbitkan buku di
kalangan santri bukan hal yang sulit. Asal ada komitmen kuat untuk menulisnya. “Perkara
teknis seperti lay out, desain cover, ISBN dan lainnya, biar itu urusan
penerbit,” paparnya.

Dia
menjelaskan bahwa menulis adalah profesi mulia. Banyak ulama hebat zaman dahulu
yang namanya tetap harum hingga sekarang. Itu semua karena mereka meninggalkan
karya. “Dengan begitu, kita akan tahu pemikiran-pemikiran beliau yang perlu
kita pegangi,” ujarnya.

Menulis
baginya juga menjadi salah upaya untuk menggerakkan peradaban. Terutama di
dunia pesantren. “Kita tidak bisa membayangkan seandainya al-Quran tidak
ditulis dan dibukukan oleh para sahabat, kita yang sekarang akan jadi apa,”
pungkasnya.

Kegiatan
ini ditutup dengan pemberian hadiah kepada paara peserta yang mengajukan
pertanyaan. Termasuk buku yang dibedah kepada pengurus yayasan, kepala sekolah
dan penanya terbaik,

SMA
Primaganda adalah lembaga di bawah naungan Yayasan KH. M. Yaqub Husein.
Lokasinya berada di lingkungan Pondok Pesantren Urwatul Wutsqo Bulurejo
Kecamatan Diwek. Sekolah ini berdiri sejak 2004. Prodi yang ada memang
dikhususkan IPA. 

https://www.halaqoh.net/2021/11/meriahkan-hari-santri-dengan-mengaji.html