Menulis Sejarah Kampung dan Pemberdayaan Warga

Oleh Alamsyah M Djafar, Peneliti di Wahid Foundation

Tentu saja ada banyak cara menemani warga membangun kapasitas dan memberdayakan sumber dayanya. Dari pendampingan pertanian, pendidikan formal dan informal, advokasi kebijakan, kesehatan, pelestarian lingkungan, hingga akses informasi.

Setelah lebih dari setengah tahun mengaktifkan Desantara Found, saya mulai belajar dari mana dan bagaimana memanfaatkan modal sosial warga. Desantara memiliki sejarah panjang dalam isu-isu kebudayaan dan advokasi. Jaringan yang dibangun sejak 2000-an. Saya sendiri tak terlalu mendalami isu kebudayaan dan karena itu harus banyak belajar dengan banyak membaca buku dan artikel relevan.

Dari proses pencarian itu, saya menilai pemanfaatan sejarah kampung bisa menjadi pendekatan strategis memberdayakan warga. Sejarah memberikan modal warga membangun identitas sekaligus “alat pemberdayaan”. Sejarah kampung bisa menjadi tali penyambung antara warga yang masih tetap tinggal di kampung dengan warga yang behijrah ke luar kampung, termasuk dengan elit-elit lokal.

Buku ini menginformasikan, pemerintah pernah mengembangkan program penulisan sejarah desa. Sayangnya, dampak luas program ini belum cukup jelas. Kebanyakan lebih banyak menjadi aktivitas pengiring ulang tahun desa. Saya membayangkan, jika penulisan sejarah desa ini digarap lebih serius dan melibatkan banyak pihak, terutama generasi muda, dampaknya mungkin lebih terasa.

Saya pernah membaca beberapa aktivitas penulisan sejarah desa dengan melibatkan ribuan orang di luar negeri. Aktivitas itu dimulai dengan mendata silsilah warga. Warga senang karena sejarah keluarga mereka terekam. Selain itu mereka mewawancarai ratusan orang dan mendata situs-situs sejarah desa. Anak-anak sekolah dasar diajak praktik menggali barang-barang purbakala. Aktivitas itu diabadikan dalam web.

Saya membayangkan jika digarap serius, penulisan ini akan menjadi “habitus baru” warga kampung merawat modal sosial, cara berkomunikasi dengan pemangku kepentingan, termasuk dengan “dunia luar”, termasuk membangun kebanggaan pribadi dan keluarga. Penulisan bukan semata-mata penulisan, tetapi pemberdayaan agar akses terhadap pengetahuan dan sumber daya lainnya seperti anggaran desa, sumber daya alam desa dan seterusnya.

Apakah mungkin? Mungkin saja jika kita mau mencobanya.

Kalimulya, 8 Maret 2022