Mengaji Bersama Guru Semut

Oleh Evy Aldiyah, Guru SMPN 202 Jakarta

Allaahu akbar allaahu akbar allaahu akbar, laa ilaaha illallaahu wallaahu akbar. Allaahu akbar wa lillaahil-hamd

Takbir, tahmid dan tahlil telah berkumandang memecah atmosfer pagi pada Idul Fitri kali ini. Mengantarkan rasa syukur kepada-Nya. Umat muslim di berbagai belahan dunia menyambut dengan penuh suka cita hari yang suci ini, tak terkecuali negara yang tengah dilanda konflik. Begitu pun masyarakat di berbagai penjuru Nusantara, suka cita berkumpul bersama keluarga, bersilaturahmi langsung. Meluapkan rasa rindu pada keluarga, setelah dua tahun terakhir ini pandemi covid-19 menjadi penghalang untuk perjumpaan secara langsung.

Sambil menyeruput sirup merah, aku menyaksikan video drone kiriman fotografer Arif Wibisono, salat Ied bersama para pemimpin hebat. Salat Ied di masjid Istiqlal, di Jakarta International Stadium (JIS), dan di Jalan Matraman Raya. Terharu dan merinding aku dibuatnya. Masya Allah. Manusia bagai lautan semut dalam persaudaraan umat dan persaudaraan bangsa. “Ramadan tahun ini sudah diakhiri dengan perjalanan pandemi covid-19, ini yang patut kita syukuri”, begitu yang disampaikan oleh KH. Abdullah Jaidi, Ketua MUI Bidang Pendidikan dan Kaderisasi. Selanjutnya persaudaraan itu harus diwujudkan dalam kehidupan nyata, bukan hanya pada saat salat Ied saja, iya kan? Alangkah indahnya kebersamaan dalam persaudaraan itu, seperti perilaku kehidupan sosial yang ditunjukkan oleh hewan-hewan semut. Serangga sosial yang mungil ini kurasa pantas untuk disandingkan dengan manusia. Ah, aku jadi teringat iringan semut yang sewaktu-waktu kujumpai di dapur. Yuk kita kepoin semut di hari fitri ini.

Semut merupakan serangga sosial yang hidup berkoloni secara teratur, di mana setiap anggota koloni memiliki tugas masing-masing. Dalam kehidupan berkoloni, semut memiliki seekor ratu sebagai pemimpin. Semut dikatakan sebagai hewan setia dan rela berkorban terhadap pemimpin. Umumnya semut hidup dalam sarang yang lembab terletak di bawah tanah, di bawah batu, di bawah bangunan, di dalam lubang batu atau lubang pohon.

Ada banyak jenis semut yang dapat kita jumpai di sekitar, antara lain semut gula berwarna hitam, semut gula transparan dengan sebutan semut hantu, semut fira’un yang lebih mungil tapi mampu melubangi kantong plastik, semut merah, semut hitam besar atau semut tukang kayu, dan semut rangrang yang disebut juga semut api yang merupakan jenis semut paling besar dan paling galak. Aku sendiri pernah mengalami gatal, bengkak dan panas luar biasa pada pergelangan tangan akibat digigit semut api, saat aku tidak sengaja memegang sebatang pohon. Barakallah. Bagaimana dengan para pembaca yang budiman, adakah pengalaman digigit semut?

Dalam koloni semut ada tiga kasta yaitu ratu, pejantan dan pekerja. Komunitasnya dipimpin oleh seekor ratu yang berperan meneruskan keturunan koloni dengan menghasilkan ribuan telur. Ratu dapat berusia hingga 30 tahun. Beberapa semut jantan menetas dari telur dalam masa tertentu, dimana nantinya semut jantan akan kawin dengan ratu, kemudian mereka akan mati dalam waktu satu minggu saja. Sedihnya menjadi semut jantan.

Semut pekerja umumnya adalah semut betina, dengan usia kehidupan mereka mencapai satu tahun. Peranan semut pekerja sangatlah hebat luar biasa, semut-semut inilah yang seringkali kita jumpai dalam iring-iringan koloni semut. Mereka merawat ratu muda dan anak-anaknya, mengumpulkan makanan, mengawasi konflik dalam koloni, dan melindungi sarang. Dengan rerseptor penciuman yang sangat tajam pada antenanya, semut pekerja mampu mendeteksi sumber makanan dalam jarak jauh dari sarang. Jadi jangan meremehkan kemampuan mereka ya. Menurut artikel The Times of India, semut-semut menggunakan zat kimia chemosensory untuk mendeteksi gula. Kemampuan ini memungkinkan semut mengambil zat kimia di lingkungan sekitarnya, ketika gula berada di dekatnya atau pun jauh bahkan dalam jumlah kecil, semut mampu menemukan bahan kimia yang terkandung dalam gula tersebut.

Dalam melakukan perjalanan pun semut menggunakan zat pheromones untuk menandai tempat-tempat yang mereka lalui agar bisa diendus oleh semut-semut lain. Zat pheromones ini sangat pekat melekat pada tempat yang dilalui semut. Itulah sebabnya mengapa semut tidak pernah salah jalan atau terpisah dari iringannya, dan mampu melalui jalan yang dilaluinya berulang kali. Dalam iring-iringannya pun semut tidak pernah mengalami kemacetan meskipun mungkin jalan yang mereka lalui lebih padat daripada jalanan di ibukota. Semut mampu mengatur kecepatan secara bersamaan, bila di depan terlalu padat maka semut yang dibelakang akan melambatkan diri dan begitu pula sebaliknya. Menurut para peneliti, semut mampu melakukan hal tersebut karena dua hal sederhana yaitu tidak egois dan mampu menahan diri. Berbeda bukan dengan kemacetan yang terjadi di kalangan manusia?

Jadi, pelajaran hidup apa yang bisa kita dapat dari semut? Mari pembaca, kita lihat satu persatu.

Pertama, semangat kebersamaan. Semut dikenal sebagai hewan dengan kebersamaan yang tinggi, mereka berbaris rapi beriring demi mencapai tujuan dalam satu komando. Mereka juga melakukan kerja dengan bergotong royong.

Kedua, semangat pantang menyerah. Semut tidak akan mundur atau berbalik pada saat iring-iringan perjalanan mereka terhalang sesuatu, mereka bahkan mencari jalan ke kiri atau ke kanan. Semangat pantang menyerah semut ini dapat menjadi inspirasi bagi kita untuk optimis dan menjadi lebih kreatif mencari jalan keluar.

Ketiga, berjiwa sosial. Kawanan semut selalu berbaris tidak saling mendahului dan tidak pernah meninggalkan kawanan. Mereka saling bantu membawa beban. Mengingatkan kita bahwa sebagai makhluk sosial jangan hanya memikirkan diri sendiri, curang dan culas. Karena suatu saat kita juga membutuhkan pertolongan orang lain.

Keempat, selalu berpikir ke depan dan produktif. Salah satu kebiasaa semut adalah membawa makanan sambil berjalan beriringan, mereka mengumpulkan makanan pada musim panas untuk bekal pada musim dingin. Pelajaran bagi kita bahwa untuk sukses membutuhkan persiapan. Bagi yang masih muda dan produktif janganlah menunda waktu untuk mempersiapkan diri, maksimalkan kemampuan diri, salah satunya soal finansial.

Kelima, patuh terhadap pemimpin dan selalu disiplin. Semut yang berada paling depan adalah pemimpin, tanpa dikomando semut-semut akan mengikuti dibelakangnya tanpa keluar barisan. Bila ada halangan yang membuat mereka terpaksa berbelok ke kiri dan ke kanan, akan tetapi akan kembali ke dalam barisan semula. Ini menjadi inspirasi bagi kita sebagai warga masyarakat yang taat pemimpin.

Keenam, menjaga keturunan dengan baik. Semut berusaha sebaik mungkin melindungi keturunan koloninya dari ancaman. Bila situasi tidak aman, para pekerja memindahkan ratu dan telur-telur ke tempat yang lebih aman ke tempat persembunyian. Hal ini juga menjadi inspirasi bagi manusia dalam merawat dan menjaga keturunan.

Ketujuh, tidak menyia-nyiakan kesempatan. Semut menyukai gula dan tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk mengambilnya. Sebagai manusia kita pun begitu, tidak menyia-nyiakan kesempatan. Karena belum tentu kesempatan datang lagi. Kesempatan baik itu bisa saja datang setelah kesusahan, maka jadilah kita orang yang sabar dalam kesusahan dan tekun dalam pengharapan, mudah-mudahan kesempatan baik itu menjadi milik kita.

Di dalam ekosistem, semut pun menguntungkan dengan membantu penyebaran benih dan penyerbukan tanaman, sebagai predator biologis, juga membantu meningkatkan kualitas tanah. Selain itu semut juga dapat dimanfaatkan dalam bidang kesehatan, sebagai sumber obat-obatan antibiotik.

Itulah beberapa pelajaran yang dapat kita ambil dari perilaku hewan semut. Semoga kita menjadi manusia yang lebih peka untuk mempelajari hal-hal di sekitar kita. Perilaku yang diperlihatkan semut dalam koloninya menumbuhkan kebersamaan di antara sesama, menciptakan suasana hangat. Kehangatan kebersamaan layaknya perilaku semut tersebut sudah jarang ditemui dalam masyarakat kita saat ini.

Pembaca yang budiman, setelah mengetahui kisah semut ini mungkin para pembaca terpikir betapa menariknya mereka sebenarnya, sehingga tidak tega untuk membunuhnya. Karena Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalaam pun melarang membunuh semut, seperti yang disarikan dalam sebuah hadits, sehingga dalam Islam membunuh semut hukumnya makruh. Bila memang kehadiran semut dirasakan mengganggu, sebaiknya semut diusir saja. Diminimalisasi kehadirannya menggunakan bahan-bahan dalam rumah tangga, seperti menggunakan bubuk kapur, bubuk kopi, buah lemon, garam, merica, cengkeh, kayu manis, bedak babytalc atau pun daun mint.

Sejenak sebelum berangkat menuju rumah saudara untuk bersilatuhmi Idul Fitri, aku menyeruput menghabiskan sirup merah dalam gelas. Tapi kurasakan ada rasa pedas di mulutku, dan kurasakan ada sesuatu menempel di lidahku. Kujulurkan lidah dan mengambil sesuatu tersebut dengan ujung tangan, ya Allah ternyata dua ekor semut hitam yang menggumpal menjadi satu. Kulirik gelas sirup merahku, ternyata ada lagi dua semut mengapung di dalamnya. Wah.. ini karena terlalu asyik menyaksikan video tadi toh, jadi aku tidak ngeh kalo semutnya sudah lebih dulu minum sirup merah. Tak mengapa, berarti aku tadi sudah menelan asam formiat dari tubuh semut itu, sebagai obat yang menyehatkan dan mencegah infeksi.

Jiwa-jiwa kembali pulih seakan terlahir kembali, jutaan syukur menggema di langit Illahi. Semoga kemenangan ini menjadi kemenangan yang hakiki. Yaa Rabbi, berkahi umur kami hingga bertemu kembali Idul Fitri tahun depan. Sucikan hati kami untuk bisa memaafkan saudara-saudara kami. Selamat Idul Fitri 1443 H, taqabbalallahu minna wa minkum, taqabballahu yaa Kariim.

Bagikan tulisan ke: