Memahami Pemikiran Kang Jalal Lewat Islam Alternatif

Satu tahun setelah saya lahir, buku Islam Alternatif Jalaluddin Rakhmat atau biasa disapa Kang Jalal terbit! Ya, sesungguhnya buku ini sudah berumur 35 tahun atau kurang lebih sudah 7-8 kali ganti presiden bila dihitung hingga tulisan ini dibikin. Dan Maret 2021 buku fenomenal ini dicetak ulang, atau satu bulan setelah sang cendekiawan wafat.

Buku ini usianya cukup lama, tetapi bila dibaca kembali secara saksama masih terasa gaungnya dan kontekstual, misalnya Kang Jalal menyoroti meningkatnya gairah berislam sebagian besar pemeluknya. Namun,ungkap Kang Jalalcara mereka berislam masih mendahulukan aspek ritual (ibadah)dibandingkan memerhatikan aspek sosial kemasyarakatan (muamalah).

Tak salah memang. Cuma, bila Islam hanya dipahami sebagai agama ‘ritual’, itu artinya pemahaman mereka terhadap Islam masih dangkal. Dengan kata lain, mereka mempraktikkan ajaran Islam dengan cara awam, belum canggih alias tekstual. Bila begitu, Islam itu jadi sempit dan tentu kehilangan makna, yang secara sadar atau tidak mereka belum memahami benar kandungan Al-Quran maupun hadis.

Padahal, bila ditelaah,kedua sumber hukum utama umat Islam tersebut lebih banyak berisi anjuran untuk bermuamalah dibandingkan untuk beribadah (salat, zikir, doa, dan lain-lain). Atau, dalam ungkapan lain, bila konteksnya dengan saat ini;membantu menyediakan tabung oksigen untuk yang terkena covid-19 (muamalah) lebih utama dibandingkan berzikir atau berpuasa (ibadah, ritual). Hal ini, bukan berarti aspek ibadah tidak penting sama sekali. Seimbang barangkali lebih baik!

Bayangkan, membantu kaum mustadh‘afin, misalnya dengan memberikan sembako sangat dirasakan langsung oleh mereka dibandingkan orang yang hanya beriktikaf atau salat tahajud, bahkan hingga bertahun-tahun. Artinya, pengaruh bermuamalah gemanya jauh lebih luas daripada ritual ibadah. Lewat Islam AlternatifKang Jalal mengkritik perilaku para pemeluk agama yang hanya asyik-masyuk dan terlena dengan ritual ibadah, sementara mereka menelantarkan tetangga yang kelaparan atau mencueki anak yatim yang membutuhkan perhatian.

Baca juga:  Indonesia: Negara Kesejahteraan

Iklan – Lanjutkan Membaca Di Bawah Ini

Tak hanya itu,  Kang Jalal pun memprotes para pemimpin  Islam yang tak peka terhadap nasib rakyatnya yang sedang kesusahan. Bukannya berempati, sebagian pemimpin itu malah membuat kegaduhan di tengah-tengah keadaan genting, misalnya corona yang sedang menggurita.  Ingat, beberapa waktu lalu ada pejabat yang meminta fasilitas kesehatan khusus untuk para pejabat. Etiskah permintaan pejabat itu? Lalu, bagaimana sebaiknya sikap pemimpin/pejabat? Begini penjelasan pemikir, yang juga menulis buku Psikologi Komunikasi yang masyhur itu:

“…Saat ini, ketika kita sering terpukau oleh kemewahan dunia, tatkala orang miskin berteriak menunggu pembelanya, kita membutuhkan pemimpin semacam Rasulullah. Pemimpin Islam  ialah pemimpin yang memihak rakyat kecil, bukan pemimpin yang elitis. Pemimpin umat Islam adalah mereka yang memilih hidup sederhana, karena tahu bahwa sebagian umat Islam yang lain masih hidup dalam kepapaan…” (hal 95).

Selain itu, Kang Jalal pun menyinggung pesatnya sains dan teknologi di dunia modern. Bagi yang menguasai keduanya, tulis Kang Jalal akan menguasai dunia. Terbukti, bukan?Sebab, kata Mark, bila sains dan teknologi merupakan infrastruktur, keduanya akan menentukan suprastruktur dunia internasional termasuk kebudayaan, moral, hukum, bahkan agama. Pertanyaannya, seberapa maksimal umat Islam menguasai sains dan teknologi hingga saat ini?

Baca juga:  Apa yang Dikatakan Carool Kersten tentang Islamisasi Indonesia?

Salah satu bentuk perhatian paling kecil untuk menghargai kemajuan sains dan teknologi, papar Kang Jalal adalah menimbang, memikirkan, mengecek setiap informasi yang berseliweran di sekitar kita. Tak sedikit umat Islam yang terjebak dan termakan informasi palsu/hoax, sehingga membuat kehebohan yang luar biasa dan berakibat fatal bagi hubungan sosial dan keagamaan. Soal ini, tampaknya kita (Islam) mesti banyak belajar, mendayagunakan akal semaksimal mungkin agar tak tersesat di tengah arus informasi yang dahsyat yang nyaris tak terkendali saat ini.

Yang tak kalah menarik, Kang Jalal pun membahas soal wanita, yang tak semua pemikir Muslim barangkali punya perhatian lebih terhadap mereka. Kenapa? Sebab, tak sedikit anggapan bahwa wanita itu makhluk rendah alias posisinya ‘kelas dua’ dibandingkan dengan laki-laki. Oleh karena itu, Kang Jalal memberikan bukti dan penjelasan bahwa anggapan itu tidak tepat, sembari menyitir ucapan Rasulullah Saw. bahwa wanita adalah saudara kandung laki-laki.

Pada bab akhir buku ini, Kang Jalal mengulas Islam mazhab syiah.Menurut Kang Jalal, perbedaan mazhab dalam Islam tak bisa dihindari, tetapi lebih bagus dipelajari, sebagaimana para imam mazhab terdahulu pun saling menghargai atas mazhab yang lain. Terlebih tak saling menyesatkan, apalagi mengafirkan. “…mengapa sikap saling menghargai pendapat yang berlainan itu tidak dilanjutkan oleh orang-orang setelah Syafi’i, setelah Hambali, setelah imam mazhab ini meninggal dunia?”… (hal. 262)

Baca juga:  Pada Mulanya adalah Surat: dari Imam asy-Syafi’i hingga RA Kartini

Kendati demikian, karya Kang Jalal ini tak terlepas dari kelebihan dan kekurangan. Kekurangannya, karena buku ini kumpulan tulisan, maka penjelasan di setiap bab tak semendalam sebuah buku utuh yang menguraikan satu bahasan tertentu. Bagi pembaca, ulasan yang tak lengkap jadi serba tanggung. Foto Kang Jalal di cover buku mengurangi ‘wah’-nya. Lebih elegan  jika berupa ilustrasi Kang Jalal saja, itu barangkali kekurangan yang lain. Kelebihannya: selain bahasa yang disampaikannya tak jelimet, juga referensi yang digunakan penulis padat dan berisi. Inilah yang membuat pidato, ceramah, terlebih tulisannya kelihatan berbobot, mendalam, dan mudah dimengerti oleh, sekali pun pembaca awam.

Akhirnya, Islam Alternatif adalah buku yang memuat tafsir lain atas pemahaman Islam yang berkembang dalam kehidupan sehari-hari, yang barangkali agak ‘lincah’ dibandingkan pemahaman Islam yang lain, yang selama ini mapan alias dianggap paling benar. Padahal, di luar itu terdapat pemahaman lain atas Islam, yang juga berpotensi benar karena bersumber dari rujukan yang sama. Mari memahami pemikiran Kang Jalal lewat Islam Alternatif!

Judul buku: Islam Alternatif: Menjelajah Zaman Baru

Penulis: Jalaluddin Rakhmat

Penerbit: Mizan, Bandung

cetakan: I, Maret 2021

Tebal: 309 halaman

ISBN: 978-602-441-217-3

https://alif.id/read/ceh/memahami-pemikiran-kang-jalal-lewat-islam-alternatif-b239135p/