Mbah Shodiq Kiai Sat-set (3): Kiai yang Menyenangkan, Bukan Kiai yang Menakutkan

Saya kenal beliau baru beberapa bulan yang lalu, dan dalam perkenalan yang pertama, saya kagum sekali sama beliau, karena beliau yang punya perhatian besar terhadap orang yang baru dikenalnya. Dan ini sebetulnya pribadi seorang muslim yang sebenarnya, salah satu bentuk akhlak al-karimah kepada sesama.

Jadi, seorang itu tidak boleh mengawali perjumpaannya dengan su’udzon (berburuk sangka), Iyyakum wa dzana fainna dzonna akdzabul hadis. Takutlah kamu dengan berburuk sangka, maka sesungguhnya berburuk sangka itu merupakan berita yang sangat bohong, sebohong-bohongnya berita.

Kiai Shodiq sama sekali tidak. Begitu saya disambut dengan penuh ketulusan, dengan keikhlasan yang sepenuhnya, dengan jamuan dan seterusnya, hingga berkelanjutan. Jadi kebaikan yang beliau suguhkan itu tidak hanya pada saat itu saja, tetapi berkelanjutan.

Beliau itu memiliki tabsyir, kepada siapapun menyenangkan. Tidak tanfir, yang membuat seseorang itu merasa ketakutan. Sesuai dengan hadis: Basyyiru walaa tunaffiru. Berilah motivasi, hal-hal yang menyenangkan, dan jangan sampai memberikan sesuatu yang menakutkan. Itu pribadi beliau. Menyenangkan.

Ketika kita memiliki kepribadian yang seperti itu, yakinlah maka kita akan dipertemukan oleh Allah dengan orang-orang yang memiliki kepribadian yang sama. Ada hadis yang menyebutkan, al-arwah junuudun mujannadah. Bagi saya, ruh itu bagaikan bala tentara yang proaktif. Faman ta’arafa minha i’talafa, ketika sesuatu yang baik bertemu maka ia akan rukun, wama tanakara minha ikhtalafa, ketika mereka saling ingkar, yang satu baik, yang satu tidak baik, maka akan bertentangan dengan sendirinya.

Baca juga:  Kiai Afif

Hal ini yang perlu dicontoh oleh siapapun—mari hadapi, mari kenali, mari sambut siapapun orang yang belum kita kenal dengan cara sebaik-baiknya. Inilah keteladanan yang ada pada diri beliau.

Senang sekali saya dengan kabar beliau mendapatkan gelar Doktor Honoris Causa di bidang tafsir dari UIN Walisongo Semarang. Pilihan UIN Walisongo jatuh pada orang yang layak untuk mendapatkannya, berarti itu kejelian UIN Walisongo Semarang. Saya ucapkan selamat kepada beliau dan saya sampaikan rasa bangga saya kepada UIN Walisongo Semarang atas kejeliannya dalam memberikan gelar.

Sebab, yang begini ini yang memotivasi keilmuan. Jangan asal gelar Doktor Honoris Causa itu diberikan kepada orang yang tidak tahu asal-usulnya. Jadi gelar itu harus jelas latar belakangnya. Karya beliau berkaitan dengan tafsir dan penguasaannya terhadap al-Qur’an tidak diragukan lagi. Karya beliau ini saya simpan di kamar saya, karena akan menjadi referensi utama saya dalam mengajarkan al-Qur’an kepada santri-santri saya.

https://alif.id/read/prof-dr-k-h-asep-saifuddin-halim/mbah-shodiq-kiai-sat-set-3-kiai-yang-menyenangkan-bukan-kiai-yang-menakutkan-b246327p/