Kunci Keluarga Sakinah

Laduni.ID, Jakarta – Pernikahan adalah menyatunya dua insan dalam balutan kasih sayang dan cinta demi mencapai ridho Allah SWT. Allah berfirman dalam Al-Qur’an:

وَمِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُمْ مِنْ أَنْفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُمْ مَوَدَّةً وَرَحْمَةً ۚ إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya, dan dijadikan-Nya diantaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berfikir.” (QS Ar-Ruum: 21)

Menyatunya dua insan tidak akan melepas perbedaan-perbedaan yang membersamainya, maka perlu adanya penerimaan untuk mencapai keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah. Namun, benarkah bahwa kunci kebahagiaan keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah ada pada istri? Jika istri shalihah maka keluarga menjadi sakinah, mawadah, wa rahmah?

Nyai Dr. Hj. Luluk Farida Muchtar, Pengasuh Majelis Rahima dan Simpul Rahima Malang, Jawa Timur dalam unggahan Youtube pribadinya menjelaskan kunci keluarga sakinah. Beliau menceritakan sebuah kisah keluarga yang oleh Allah diabadikan dalam QS. At-Tahrim ayat 11, yaitu keluarga Asiyah dan Firaun.

Asiyah merupakan istri yang shalihah, salah satu perempuan yang dijamin masuk surga oleh Allah SWT. Jika kunci kebahagiaan keluarga yang sakinah, mawadah, dan wa rahmah adalah istri shalihah, mungkin Asiyah tak akan mengalami hal pahit dalam hidupnya.

Ketidakberuntungannya dimulai saat ia bersuamikan seseorang yang tidak shalih, “Apa yang terjadi? Bukan keluarga sakinah, bukan mawadah, wa rahmah saling mencintai-menyayangi antar suami-istri. Tapi justru istri berakhir hidupnya di tangan suami, korban kedzaliman dalam rumah tangga,” terang Nyai Hj. Luluk Farida

Meraih keluarga yang sakinah, mawadah, wa rahmah tidak hanya cukup bila satu pihak berjuang sendiri, perlu adanya kolaborasi dan kerjasama antara suami yang shalih dan istri yang shalihah.

“Seperti keluarga Nabi Muhammad SAW bersama Khadijah, bersama Aisyah. Keluarga Nabi Ibrahim bersama Sarah dan Hajar. Mereka semua bahagia dan membahagiakan, perbedaan usia, status sosial, bahkan perbedaan ekonomi tidak menghalangi saling mendukung dalam keshalihan,” jelas Hj. Luluk.

Ketika keduanya memiliki tingkat keshalihan yang sama, maka suami dan istri akan menjalin cinta kasih dalam keshalihan dan mampu menggapai keluarga sakinah, mawadah, wa rahmah.

“Bahagia dan membahagiakan, saling menghormati, saling meyayangi suami dan istri. Sama-sama saling melayani dan dilayani, itulah kunci mawadan wa rahmah, cinta dan kasih sayang. Sehingga tercipta keluarga yang sakinah,” pungkas Nyai Hj. Luluk Farida Muchtar.


Editor: Daniel Simatupang

https://www.laduni.id/post/read/73228/kunci-keluarga-sakinah.html