Hukum Pesangon Dalam Islam

Deskripsi
Masalah

Perkembangan dunia Kerja makin pesat. Banyak sekali sistem baru
terkait gaji para pekerja. Tak luput juga dipihak para politisi. Setelah mereka
memegang jabatan entah itu jabatan organisasi atau jabatan di pemeritahan. Baik
itu birokrasi atau pendidikan bahkan lainnya. Terkadang mereka mendapat
pesangon ketika mereka selesai dengan jabatannya. Banyak yang bertanya hukum
pesangon dalam Islam.

Pesangon adalah hal yang diberikan disaat kewajiban sang penjabat
atau pekerja sudah dilaksanakan. Biasanya pesangon diberikan untuk jabatan yang
agak tinggi dan dianggap memiliki kewibawaan dan kehormatan tinggi dibandingkan
pekerja lainnya.

Didalam pemerintahan ataupun perusahaan, mereka memberikan
penghargaan bisa berbentuk uang maupun hal lain. Hal ini biasanya tidak ada
ketentuan syarat dalam penggunaannya. Ada juga pesangon yang digunakan untuk
menutup sebuah aib atau keburukan dari perusahaan atau pemerintah sebagain uang
tutup mulut agar pejabat atau pekerja itu tidak membocorkannya

Hukum Pesangon Dalam Islam

Pertanyaan :

a.Untuk siapakah  pesangon tersebut
diberikan pada seseorang berkait dengan jabatan yang sedang diembannya, dengan
tanpa ada keterangan ?Bagaimana hukum pesangon dalam islam?

b. Apakah boleh para pejabat menggunakan pesangon tersebuth hanya
untuk dirinya saja ?

 

Jawab :

a. –Apabila pesangon tersebut digunakan sebagai membatalkan yang
hak atau membenarkan yang batil atau keburukan. 
Maka termasuk dalam risywah(suap) dan haram untuk diterima.

-Jika tidak termausk risywah atau suap, maka hukumnya boleh untuk
menerimanya. Dan pesangon tadi menjadi hak sesuai dengan maksud sang pemberi.
Apabila tidak diketahui maksud pemberi, maka menjadi pemilik penerima.

-Kecuali, jika terdapat indikasi atau adat pemberian tersebut
ditujukan untuk selain penerima, maka terjadi khilaf. Menurut pendapat sebagian
ulama, menjadi milik penerima dan menurut pendapat sebagian yang lain,
disesuaikan dengan kebiasaan yang berlaku.

b.Jawaban ikut pada jawaban sub a.

 

Referensi Kitab :

          1.        إعانة
الطالبين،3/183-184) دار الفكر

(فروع) الهدايا المحمولة
عند الختان ملك للأب وقال جمع للإبن. فعليه يلزم الأب قبولها ومحل الخلاف اذا أطلق
المهدى فلم يقصد واحدا منهما والا فهي لمن قصده اتفاقا. الى أن قال… وبهذا يعلم
أنه لانظر هنا للعرف، اما مع قصد خلافه فواضح وأما مع الإطلاق فلإن حمله على من
ذكر من الأب والخادم وصاحب الفرح نظرا للغالب أن كلا من هؤلاء هو المقصود هو عرف
الشرع فيقدم على العرف المخالف له. اهـ

          2.        تحفة
الأحواذ ي بشرح جامع الترمذي

(وله لعن رسول الله صلعم الراشي
والمرتشي في الحكم ) زاد في حديث ثوبان والرائش يعني الذي يمشي بينهما رواه أحمد
قال إبن الأثير في النهاية الرشوة والرشوة الواصلة إلى الحاجة بالمصانعة واصله من
الرشى الذي يتوصل به الى الماء فالراشي من يعطي الذي يعينه على الباطل . والمرتشي
الأخذ والرائش الذي يسعى بينهما يستزيد لهذا او يستنقص لهذا الخ

RUMUSAN KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL PWNU JATIM DI
SIDOGIRI 02-03 J. ULA 1426 / 09-10 JUNI 2005

Komisi B


https://www.potretsantri.com/2021/11/hukum-pesangon-dalam-islam.html