Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (Habib Sholeh Tanggul)

Daftar Isi Profil Habib Sholeh bin Muhsin al-Hamid (Habib Sholeh Tanggul)

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. pendidikan
  4. Perjalanan
  5. Pertemuan dengan Nabi Khidir AS
  6. Karya

Kelahiran

Habib Sholeh bin Muhsin Al Hamid, lahir di desa Qorbah Ba Karman, Hadramaut, Yaman pada 17 Jumadil Ula tahun 1313 H, bertepatan dengan 5 November 1895 M. Habib Sholeh lahir dari keluarga seorang ulama sufi yang juga bekerja sebagai pedagang di Hadramaut. Ayahnya bernama Al Habib Muhsin bin Hamid sedangkan Ibunya bernama Aisyah.

Wafat

Habib Sholeh wafat di Tanggul ketika senja pada hari Sabtu, tanggal 8 Syawal 1396 Hijriyah bertepatan dengan tanggal 2 Oktober 1976 M. Beliau wafat setelah berwudhu dan sebelum sempat melaksanakan shalat Maghrib. Dimakamkan pada hari Minggu, 9 Syawal 1396 Hijriyah, setelah shalat Dzohor di samping kiblat Masjid Riyadus Sholihin.

Pendidikan

Sejak kecil beliau sudah diberikan bimbingan oleh ayah dan keluarganya. Pendidikan yang diajarkan oleh Habib Muhsin (Ayah Habib Sholeh) yakni mulai dari pendidikan dasar Islam, seperti dalam melaksanakan suatu praktik keagamaan dalam beribadah berdasarkan ajaran Rasulullah SAW. Disamping itu beliau juga mengerjakan Ilmu Fiqih dan Ilmu Tasawuf. Beliau juga menimba pendidikan al- Qur’an di bawah bimbingan Asy-Syeikh Said Ba Mudhij di Wadi’ Amd, Hadramaut.

Pengaruh dari disiplin dalam mencari ilmu yang diajarkan oleh ayah Habib Sholeh membentuk beliau menjadi sosok pecinta Ilmu. Sejak muda beliau gemar mengunjungi dan menimba ilmu dari para da’i dan ulama terkemuka. Dalam buku 17 Habaib Paling Berpengaruh di Indonesia Habib Sholeh bertemu beberapa Habaib terkemuka, dimana Dia menggali banyak Ilmu dan bertukar informasi. Diantaranya adalah:

  1. Habib Abdullah bin Muhammad Assegaf (Gresik),
  2. Habib Husain Hadi Al Hamid (Mbrani – Probolinggo),
  3. Al- Habib Hamid bin Imam Al Habib Muhammad bin Salim as-Sry (Malang),
  4. Al Habib Muhammad bin Ali bin Abdurrahman al-Habsyi

Perjalanan

Habib Soleh Bin Muhsin Al Hamid, Beliau adalah Seorang wali qhutub yang lebih dikenal Dengan nama habib Sholeh Tanggul. Berasal dari Hadramaut dan pertama kali melakukan da’wahnya ke Indonesia sekitar tahun 1921 M dan menetap di daerah Tanggul, Jember, Jawa timur.

Pada usia 26 tahun yaitu pada bulan keenam tahun 1921 M, dengan ditemani Assyaikh Al-Fadil Assoleh Salim bin Ahmad Al-Askariy, Habib Sholeh meninggalkan Hadramaut menuju Indonesia. Mereka berdua singgah di Jakarta untuk beberapa saat, kemudian menuju ke Lumajang di kediaman sepupunya Al-Habib Muhsin bin Abdullah Al-Hamid. Habib Sholeh menetap di Lumajang untuk beberapa lama, kemudian pindah ke Tanggul dan akhirnya menetap di sana hingga akhir hayatnya.

Di Tanggul Habib Sholeh mendirikan Masjid yang diberi nama Masjid Riyadus Sholihin. Bermula dari hadiah sebidang tanah dari seorang Muhibbin Almarhum Haji Abdurrasyid kepada Habib Sholeh, yang kemudian diwakafkan dan didirikan Masjid diatasnya.

Pertemuan dengan Nabi Khidir AS

Mengisahkan tentang Habib Sholeh Tanggul tidak bisa lepas dari peristiwa yang mempertemukan dirinya dengan Nabi Khidir AS. Kala itu, layaknya pemuda keturunan Arab lainnya, orang-orang masih memanggilnya Yik, kependekan dari kata Sayyid, yang artinya Tuan, sebuah gelar untuk keturunan Rasulullah.

Suatu ketika Yik Sholeh sedang menuju stasiun Kereta Api Tanggul yang letaknya memang dekat dengan rumahnya. Tiba-tiba datang seorang pengemis meminta uang. Yik Sholeh yang sebenarnya membawa sepuluh rupiah menjawab tidak ada, karena hanya itu yang dimiliki. Pengemis itupun pergi, tetapi kemudian datang dan minta uang lagi. Karena dijawab tidak ada, ia pergi lagi, tetapi lalu datang untuk ketiga kalinya. Ketika didapati jawaban yang sama, orang itu berkata, “Yang sepuluh rupiah di saku kamu?” seketika Yik Sholeh meresakan ada yang aneh. Lalu ia menjabat tangan pengemis itu.

Ketika berjabat tangan, jempol si pengemis terasa lembut seperti tak bertulang. Keadaan seperti itu, menurut beberapa kitab klasik, adalah ciri fisik Nabi Khidir. Tangannya pun dipegang erat-erat oleh Yik Sholeh, sambil berkata, “Anda pasti Nabi Khidir, maka mohon doakan saya.” Sang pengemis pun berdoa, lalu pergi sambil berpesan bahwa sebentar lagi akan datang seorang tamu.

Tak lama kemudian, turun dari kereta api seorang yang berpakaian serba hitam dan meminta Yik Sholeh untuk menunjukkan rumah Habib Sholeh. Karena di sekitar sana tidak ada yang bernama Habib Sholeh, maka dijawablah tidak ada. Karena orang itu menekankan ada, Yik Sholeh menjawab, “Di daerah sini tidak ada yang bernama Habib Sholeh, yang ada Sholeh, yaitu saya sendiri ini.” Lalu orang tersebut berkata, “Kalau begitu andalah yang saya cari,” jawab orang itu lalu pergi, membuat Yik Sholeh tercengang.

Sejak itu, rumah Habib Sholeh selalu ramai dikunjungi orang, mulai sekedar silaturrahmi, sampai minta berkah doa. Tidak hanya dari tanggul, tetapi juga luar Jawa bahkan luar negeri, seperti Belanda, Afrika, Cina, Malaysia, Singapura dan lain-lain. Mantan wakil Presiden Adam malik adalah satu dari sekian pejabat yang sering sowan kerumahnya.

“Satu bukti kemasyhuran beliau, jika Habib Sholeh ke Jakarta, penjemputnya sangat banyak, melebihi penjemputan Presiden,” ujar KH. Abdillah yang mengenal dengan baik Habib Sholeh.  

Karya

Habib Sholeh juga terkenal sebagai seorang satrawan yang handal. Semasa hidupnya beliau gemar melantunkan syair-syair pujian kepada Allah SWT. Kemudian syair-syair tersebut dirangkai oleh salah satu muridnya bernama Uztad Abdullah Zahir. Setelah dirangkai, syair-syair tersebut lalu dibukukan dan diberi nama “Diwan Al-Isyqi Was- Shofa Fi mahabbati Al- Habib Al- Musthofa” yang memiliki arti (Antologi Asmara Nan Suci Tentang Cinta Nabi Terkasih Al- Musthofa).

https://www.laduni.id/post/read/759/habib-sholeh-bin-muhsin-al-hamid-habib-sholeh-tanggul.html