Daftar Isi
1 Riwayat Hidup dan Keluarga
1.1 Lahir
1.2 Riwayat Keluarga
1.3 Wafat
2 Sanad Ilmu dan Pendidikan Beliau
2.1 Masa Menuntut Ilmu
2.2 Guru-guru Beliau
2.3 Mengasuh Pesantren
3 Penerus Beliau
3.1 Anak-anak Beliau
3.2 Murid-murid Beliau
4 Karier
4.1 Riwayat Organisasi
4.2 Karier Beliau
5 Referensi
1.1 Lahir
Tgk. Syeikh. H. Marhaban Adnan (Waled) lahir di Kecamatan Bakongan Kabupaten Aceh Selatan pada tanggal 24 September 1950 dari pasangan Abuya Tgk. Syeikh. H. Adnan Mahmud (Pimpinan Yayasan Tgk. Chik Diribee Chik–Pesantren Ashhabul Yamin Bakongan ) dengan Hj. Hasani Binti Ali.
Tgk. Syeikh. H. Marhaban Adnan dikenal oleh masyarakat luas dengan nama Panggilan: WALED MARHABAN. Waled Marhaban merupakan anak ke lima dari 7 (tujuh) bersaudara dari sejak kecil Waled Marhaban diajarkan oleh Ibu kandung kitab Juzz Amma dan Alquran
1.2 Riwayat Keluarga
Beliau melepas lajangnya dan menikahi seorang wanita dan dikaruniai beberapa putera.
1.3 Wafat
Almarhum menghembuskan nafas terakhir di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) dr Yulidin Away, Tapaktuan karena sakit.
2.1 Masa Menuntut Ilmu
Setelah menamatkan pendidikan SR (Sekolah Rakyat) pada tahun 1963 dan SMPS di Bakongan tahun 1966. Beliau pernah menderita penyakit paru-paru selama 3 (tiga) tahun. Pada masa itu dalam usaha pengobatan beliau mengikuti pengajian dengan Ayahanda Abuya Tgk. Syeikh.H. Adnan Mahmud. Berkat pertolongan Allah SWT serta adanya usaha pengobatan kampung dan
juga bantuan dokter alhamdulillah penyakit tersebut bisa disembuhkan. Pada tahun 1968 mengikuti pendidikan agama di Pesantren Darussalam Kecamatan Labuhan Haji Aceh Selatan. Pendidikan Pesantren yang paling lama ditekuni adalah ketika beliau pindah ke Pesantren Mudi Mesjid Raya di Samalanga Kabupaten Aceh Utara yaitu selama 17 (tujuh belas) tahun, (1972- 1989). Beliau mengadakan Ibadah Haji pada tahun 1994.
2.2 Guru-guru Beliau
1. Abuya Tgk. Syeikh.H. Adnan Mahmud
2. Tgk. H. Abdul ’Aziz bin M. Shaleh
2.3 Mengasuh Pesantren
Setelah menuntut ilmu dan mengabdi di Dayah MUDI Mesjid lebih kurang 17 tahun, tepatnya tahun 1989 ketika itu Abon Samalanga telah meninggal dunia, Waled Marhaban memutuskan untuk kembali ke kampung halaman di Bakongan dan mengajar di Dayah Ashabul Yamin yang dinakhodai ayah Waled yang akrab disapa Nek Abu Bakongan, Tgk Syekh H Adnan Mahmud.
Dengan bermodal dana yang sangat terba tas dan serba kekurangan, dengan penuh kesabaran dan ketabahan hati, beliau mendirikan sebuah gubuk tempat tinggal bersama dengan anak dan istri di Desa Ujong Pulo Kecamatan Bakongan Timur dalam lahan seluas 2 (dua) Hayang masih dalam keadaan hutan belantara, beliau mengadakan usaha bercocok tanam.
Sambil mengadakan kegiatan bidang pertanian dan atas bantuan Ayahanda Kandung beliau Abuya Tgk. Syeikh. H. Adnan Mahmud
( Pimpinan Yayasan Tgk. Chik Diribee Chik–Pesantren Ashhabul Yamin Bakongan) sehingga pada tahun 1990 cita-cita beliau dapat tercapai dalam membangun sebuah Lembaga Pendidikan Islam yang sekarang ini bernama:
Pesantren Raudhatul Muna. Peresmian Pesantren dilaksanakan pada tanggal 24 September 1990 oleh Abuya Tgk. Syeikh. H.
Adnan Mahmud bersama Bapak Camat Azwir serta dihadiri oleh berbagai unsur tokoh masyarakat, tokoh adat dan tokoh pemuda dan berbagai elemen lainnya. Pada akhir tahun 2005 beliau kembali mendirikan sebuah Yayasan yang bernama
“Yayasan Raudhatul Aitam Wadhu’afa ” yang membawahi Pesantren Raudhatul Muna dan juga terdapat sebuah Rumah Asuh (Panti Asuhan) yang memelihara anakYatim dari berbagai daerah di wilayah Aceh.
3.1 Murid-murid Beliau
Murid-murid Beliau adalah para santri di Pesantren Raudhatul Muna
4.1 Riwayat Organisasi
Waled Marhaban merupakan putra dari ulama Aceh almarhum Syekh H. Adnan Mahmud. Waled Marhaban telah menjadi anggota MPU Aceh sejak tahun 2007 sampai sekarang.
Sejak 2017, Waled Marhaban juga dipercaya sebagai Almarhum juga salah seorang inisiator Calon Daerah Otonomi Baru (CDOB) Aceh Selatan Jaya (Asja) dan menjabat sebagai ketua. Almarhum sangat gencar memperjuangkan terbentuknya Kabupaten Asja.
4.2 Karier Beliau
1. Wakil Ketua Tuha Peut di bawah naungan Lembaga Wali Naggroe Aceh.
2. Pengasuh pesantren Raudhatul Muna
Ketika Gusdur menjadi Presiden, Waled Marhaban beberapa kali pergi ke Jakarta menjumpai Gusdur beserta dengan rombongan untuk mengusulkan damai terkait konflik Aceh dengan RI.
Sambil menyuarakan damai waktu itu, oleh Prof Hadi Arifin, Rektor Universitas Malikulsaleh mengajak Waled Marbahan membantu pendirian Universitas Malikussaleh (UNIMAL).
Ada beberapa kali Waled Marbahan menemui Gusdur sampai dapat satu keputusan kongkret dengan Menteri Pendidikan, sehingga pendirian UNIMAL itu adalah obat untuk konflik Aceh.
Setelah UNIMAL resmi menjadi kampus negeri, Waled Marhaban dijemput oleh rektor dan pembantu rektor ke pesantren Raudhatul Muna, untuk pembinaan akhlak para dosen dan pegawai dalam lingkungan UNIMAL.
Waled Marhaban mengajar satu bulan sekali, waktu konflik berangkat dari Teupin Gajah, Aceh Selatan dengan pesawat ke Medan, dilanjutkan dari Medan naik pesawat lagi ke Lhokseumawe.
https://rri.co.id/meulaboh/daerah/1162918/waled-marhaban-bakongan-tutup-usia
https://www.laduni.id/post/read/74544/biografi-tgk-syeikh-h-marhaban-adnan-waled-bakongan.html