Biografi Prof. Dr. KH. Maghfur Usman

Daftar Isi Profil Prof. Dr. KH. Maghfur Usman

  1. Kelahiran
  2. Wafat
  3. Keluarga
  4. Pendidikan
  5. Perjalanan Intelektual
  6. Karya-Karyan

 

Kelahiran

Prof. Dr. KH. Maghfur Usman lahir 11 Januari 1944 di Cepu. Beliau merupakan putra dari KH. Usman ulama penyebar ajaran Islam di Cepu, Jawa Tengah dan sekitarnya.

Wafat

Prof. Dr. KH. Maghfur Usman wafat pada hari Kamis, 17 Mei 2018 pukul. 14.30. Jenazah beliau dimakamkan di Pemakaman Keluarga Jala’an, Padangan Bojonegoro.

Keluarga

Prof. Dr. KH. Maghfur Usman menikah dengan perempuan asal Malaysia, seorang pengusaha, memiliki delapan anak. Sebagian besar anak-anaknya ikut dengan ibunya (istri Kiai Maghfur). Di antara putra-putrinya ada yang belajar di Amerika Serikat, Malaysia dan Australia.

Tahun 2001, Prof. Dr. KH. Maghfur Usman hijrah ke Indonesia dan menjadi dosen Pascasarjana di Universitas Paramadina dan Institut Ilmu al-Qur’an (IIQ) Jakarta. Di Jakarta, Kiai Maghfur tinggal bersama Bilal, anaknya. Setelah lulus dari Australia, Bilal tinggal bersama Kiai Maghfur di Jatisempurna Cibubur.

Bilal menikah dengan seorang gadis dari Bekasi. Bilal dan istrinyalah yang mendampingi Kiai Maghfur ketika di Jakarta. Ketika di Jakarta, Kiai Maghfur sudah sering sakit-sakitan. Mereka berdualah yang merawatnya.

Pendidikan

Pendidikan dasar Prof. Dr. KH. Maghfur Usman berawal di Madrasah Ibtidaiyyah Assalam Cepu pada tahun 1955. Assalam merupakan yayasan yang didirikan oleh keluarga besar Kiai Usman. Yayasan tersebut terdiri dari Pondok Pesantren, Madrasah Ibtidaiyah, SMP dan SMA. Setelah lulus dari MI Assalam, Kiai Maghfur nyantri di TBS Kudus dari tahun 1956-1959. Tidak puas di Kudus, Kiai Maghfur nyantri lagi di Pesantren Bangilan Tuban  dari 1956-1960.

Setelah itu, Kiai Maghfur nyantri di Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh Rembang, pesantren ayahnya Gus Mus dari tahun 1960-1964. Tidak berhenti di sini, perjalanan intelektualnya diteruskan dengan nyantri di Pesantren Al-Hamidiyah Kudus dari tahun 1965-1968. Dari Pesantren al-Hamidiyyah, Kiai Maghfur melanjutkan pendidikan ke Sekolah Tinggi Agama Islam Jurusan Tarbiyah di Kudus Jawa Tengah (1964-1967).

Tidak puas belajar di Indonesia, Kiai Maghfur pergi ke Saudi Arabia untuk mengambil S1 Syariah, Fakultas Syariah Universitas Islam Madinah Arab Saudi dan lulus tahun 1973. Setelah lulus S1, Kiai Maghfur melanjutkan studi S2 di Fakultas Syariah dan Kajian Islam Universitas King Abdul Aziz, Saudi Arabia dan lulus tahun 1978.

Tidak berhenti di S2, Kiai Maghfur melanjutkan studi lagi S3 di Fakultas Syariah dan Kajian Islam Universitas Ummul Qura Makkah, Saudi Arabia. Dari latar belakang pendidikannya, Kiai Maghfur adalah ilmuwan yang mumpuni. Oleh sebab itu, tidak heran apabila keilmuannya dimanfaatkan oleh banyak pihak. Sejak di Saudi Arabia, beliau sudah menjadi pengajar di Ma’had Darul Ulum Makkah (1976-1984).

Dari sini beliau termasuk kiai senior yang belajar di Saudi Arabia. Ketika di sebuah perjalanan pulang ke Cepu untuk pengajian, Kiai Maghfur pernah bercerita begini: “Dulu KH. Said Aqil Siroj (sekarang Ketum PBNU), kalau tidak paham ketika baca kitab, dia sering tanya ke saya.” Ini artinya, bagi mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang belajar di Ummul Qura, Kiai Maghfur adalah sosok senior yang dihormati. Tidak hanya KH. Said Aqil Siroj saja, tetapi almarhum KH. Ali Mustofa Ya’qub pun juga ikut menghormati.

Perjalanan Intelektual

Selepas lulus dari S3, Kiai Maghfur tidak pulang ke Indonesia. Konon alasannya adalah soal keamanan. Akhirnya, Kiai Maghfur merantau ke negeri jiran Malaysia dan menjadi dosen untuk S1 dan S2 di Institut Teknologi MARA (ITM) Selangor Malaysia (1984-1987). Setelah di Malaysia, Kiai Maghfur pindah ke Brunei Darussalam. Di Brunei, Kiai Maghfur tidak hanya menjadi dosen, tetapi juga pernah menjabat sebagai dekan di Universitas Brunei Darussalam (1987-2001).

Tidak hanya itu, Kiai Maghfur juga pernah menjadi Koordinator Ujian Matrikulasi Studi Islam Cambridge University Inggris untuk Brunei Darussalam (1988-1996). Yang keren lagi, selama di Brunei, Kiai Maghfur juga pernah menjadi Staf Ahli Menteri Pendidikan Brunei Darussalam (1992-1999). Dari perjalanan intelektual tersebut, tidak diragukan lagi bahwa Kiai Maghfur adalah Kiai Besar, Kiai Internasional.

Di tahun 2005 bulan Februari, ketika Menteri Agama RI adalah Maftuh Basyuni, Kiai Maghfur diangkat sebagai Staf Khusus Menteri Agama untuk urusan Timur Tengah.

Ketika konflik Sunni-Syiah berkecamuk, Kiai Maghfur sering diutus untuk urusan konflik ini. Sampai-sampai Kiai Maghfur menulis sebuah buku berjudul Nasy’ah Syiah. Di Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Kiai Maghfur pernah menjadi Rais Syuriyah (2004-2010) dan menjadi Mustasyar (2010-2015).

Sejak hijrah di Indonesia mulai sekitar tahun 2003, Kiai Maghfur sering diminta pulang ke Cepu, tempat kelahirannya. Sebulan sekali Kiai Maghfur mengisi acara pengajian di Masjid Jami Cepu. Ceramah-ceramah pengajiannya tersebut telah dibukukan dengan judul Mari Menebar Ukhuwah diterbitkan oleh Yayasan Takmir Masjid Kota Cepu (2007). Setelah beberapa kali mengalami sakit dan operasi, kesehatan Kiai Maghfur mulai menurun.

Aktivitas mengajarnya mulai berkurang. Akhirnya di tahun 2013, Kiai Maghfur hijrah ke Cepu, kembali ke kota kelahirannya untuk mengurus Pondok Pesantren Assalam dan masyarakat sekitarnya.

Nah, ada lagi cerita lain yang menarik. Sewaktu KH. Said Aqil Siroj menjabat ketua umum PBNU periode pertama, Kiai Maghfur Usman dihubungi Kiai Said dan diminta berkenan masuk dalam struktur Mustasyar PBNU (2010-2015).

Jawaban Kiai Maghfur Usman waktu itu adalah, ‘’Aq iku wis tuwo, Id,’’ katanya hendak menolak dengan halus. Namun Kiai Said tetap meminta agar Kiai Maghfur tetap berkenan masuk di struktur Mustasyar PBNU.

Lalu Kiai Maghfur mengatakan, ‘’Mustasyar iku gaweane opo. Nek ora usah mergawe entuk maido, yo ora popo,’’ kisahnya menjawab Kiai Said sembari bercanda. ‘’Ya, kira-kira seperti itu, kiai,’’ jawab Kiai Said. ‘’Lha, nek entuk maido ora usah mergawo, yo, gelem, Aku,’’ candanya lagi menjawab Kiai Said.

Di NU, Kiai Maghfur Usman tidak sekadar masuk dalam struktur PBNU saja. Melainkan sejak muda ia memang telah aktif, khususnya di Gerakan Pemuda Ansor semasa masih di Kudus.

Karya-Karya

Sebagai akademisi, Prof. Dr. KH. Maghfur Usman adalah sosok yang produktif dalam menulis dan banyak juga menulis buku. Karya-karya beliau diantara lain:

  1. Memberikan kata pengantar buku Tradisi Orang-orang NU karya H Munawwir Abdul Fattah, Yogyakarta: Pustaka Pesantren (2006)
  2. Aafaatul Lisaan (Penyakit Lidah) (2005)
  3. Aqidah Imam Syafi’i (2002)
  4. Konsep Asas Dalam Pentadbiran Islam (2000)
  5. Menyoroti Metodologi Pengajaran Membaca Al-Qur’an  (1999).
  6. Perekonomian dalam Islam (1999)
  7. Pemerintahan dalam Islam (1998)
  8. Menilai Kembali Karya Sastera Islam di Nusantara (1997)
  9. Kitab-Kitab dalam Bahasa Arab yang Ditulis oleh Ulama Nusantara (1995)
  10. Konsep Kesultanan dalam Fiqih Mazhab Syafi’i (1994)
  11. An-Nubuwwah wa ar-Risalah fi al-Islam (1994)
  12. Manajemen Pesantren (1993)
  13. Masa Depan Islam di Brunei Darussalam (1992)
  14. Pelaksanaan Zakat di Brunei Darussalam (1989)
  15. Pendidikan Islam di ITM (1985)
  16. Al-Imam an-Nawawi wa Atsaruhu fi al-Fiqh (Tesis S1, 1973) 17. An-Nubuwwah wa Ar-Risalah fi al-Islam (Tesis S2, 1978)
  17. At-Tabsyir wa Atsaruhu fi Indunisiya fi al-Qarn al-Rabi’ ‘Asyar al-Hijri (Disertasi, 1984).

Beliau tidak hanya sosok kiai NU Indonesia, tetapi juga intelektual Muslim Indonesia yang mendedikasikan dirinya di negara Malaysia dan Brunei Darussalam. Kiprah intelektualnya sudah kelas internasional.

https://www.laduni.id/post/read/67935/biografi-prof-dr-kh-maghfur-usman.html