Biografi KH. Khozin Bendo (KH. Muhajir) Pendiri Pondok Pesantren Darul Hikam Bendo Pare Kediri

1.1  Lahir
1.2  Wafat

2.1  Guru-guru KH. Khozin Bendo

3.1  Anak KH. Khozin Bendo
3.2  Murid KH. Khozin Bendo

4.1  Mendirikan Pondok Pesantren
4.2  Tradisi Khataman

1. Riwayat Hidup dan Keluarga

KH. Khozin Bendo atau KH. Muhajir atau KH. Khozin Al-Muhajir rahimahullah adalah Muassis (pendiri) Pondok Pesantren Bendo atau Pondok Pesantren Darul Hikam Bendo Pare Kediri. Santrinya tersebar di berbagai daerah di tanah Jawa. Dan banyak yang menjadi Kyai yang hebat-hebat, ada yang mendirikan Pondok Pesantren, ada yang meneruskan mengasuh Pesantren, bahkan ada yang menjadi pemimpin Organisasi Islam terbesar di Indonesia, menjadi Rais ‘Am PBNU.

1.1 Lahir

KH. Khozin mempunyai nama asli Muhajir dan setelah haji mengganti nama dengan Khozin. 
Beliau merupakan putra ke 3 dari KH Ujang Sholeh atau KH. Sholeh Banjarmelati dan Nyai Isti’anah rahimahullah. Keduanya  memiliki putra diantaranya :

1. KH. Mubarok Jampes Kediri
2. KH. Dahlan Jampes Kediri
3. KH. Muhajir / KH. Khozin Bendo Pare Kediri
4. KH. Muhaji / KH. Abdurrouf Rejowinangun Papar Kediri
5. Nyai Khadijah Istri KH. Abdul Karim Lirboyo

1.2 Wafat

KH. Khozin AL-Muhajjir meninggal pada 24 dzulqo’dah 1378 H / 1 Juni 1959 M, beliau meninggal pada usia beliau kurang lebih sekitar 130 tahun.Dan dimakamkan di Komplek Pesantren Darul Hikam Bendo Pare Kediri.

2. Sanad Ilmu dan Pendidikan KH. Khozin Bendo

Beliau diasuh dan dididik oleh ayahnya KH. Ujang Sholeh atau KH. Sholeh Banjarmelati.

2.1 Guru-guru KH. Khozin Bendo

  1. KH. Sholeh Banjarmelati
  2. Syaikhona Kholil Bangkalan
  3. KH. Dahlan Jampes Kediri

3. Penerus KH. Khozin Bendo

3.1 Anak KH. Khozin Bendo

  1. KH. Khayattul Makki

3.2 Murid-murid KH. Khozin

  1. KH. Badawi Hanafi ( Pendiri Pesantren Al Ihya’ Ulumaddin Kesugihan Cilacap)
  2. Syekh Khudlori Tegalrejo Magelang di Bendo sekitar 1933 M (Salah satu pemegang sanad ihya’ Ulumuddin).
  3. Syekh Khotib Abdul Karim (Ponpes Salafiyah Curah Kates Jember) yg mondok sekitar 17 tahun di Bendo.
  4. Syekh Amir Fatah Kroya (Dubes Korea Selatan 1980)
  5. Syekh Marzuqi Dahlan (Pengasuh Pondok Pesantren Lirboyo Kediri)
  6. Syekh Ihsan bin Dahlan Jampes yg namanya sangat disegani karena karya beliau yg fenomenal Sirajut Tholibin (Syarah Minhajul Abidin karya imam Ghozali)
  7. KH Sahal Mahfudz (Kajen Pati Jateng, Rais Aam PBNU)
  8. Syekh Mahmud Mukhtar (Plumbon Cirebon)
  9. KH Fuad Hasyim (Cirebon)
  10. KH Hisyam Zuhdi (Pengasuh Pesantren At Taujieh Al Islamy, Banyumas).
  11. KH. M. Dimyathi Bin M. Amin atau Abuya Dimyati (Pandeglang Banten)
  12. Syaikh Mas’ud (Cilacap)
  13. KH. Jasyim Nur (Podokaton Pasuruan).
  14. Syekh Abbas (Genteng Banyuwangi)
  15. KH. Muhammad Salman Dahlawi (Pengasuh Pesantren Popongan Klaten)
  16. KH Achmad Maddah Zawawi (Kencong)
  17. Kiai Khudlori Abdul Aziz (Ponorogo)
  18. Kiai Imam Turmudzi (Banyuwangi)
  19. KH Abu Hasan Sadzili (Pengasuh Pesanten Mambaul Ulum, Putra dari KH Askandar dan kakak dari KH Nur Iskandar SQ Jakarta dan KH Anwar Iskadar kediri)
  20. KH. Ahmad Maisur Sindi At-Tursyidi atau Kyai Muhammad Syairozi (Mengabdi di Pondok Ringinagung Pare Kediri)
  21. KH. Shonhaji Hasbullah atau Mbah Jimbun Kebumen (Guru Spiritual Gusdur dan besan Hadhratus Syaikh KH. M. Utsman bin Nadi al-Ishaqi Jatipurwo Surabaya)
  22. KH. R Abbas Hasan (Pendiri Pondok Pesantren Al-Azhar Tugung Banyuwangi)
  23. KH. Muhammad Khozin (Kiai Pesantren Ringinagung Pare Kediri)
  24. KH. Muhammad Fadil Bin Abdul Jalil (Pendiri Pondok Pesantren Roudlotul Huda Kalapasawit Kecamatan Lakbok Ciamis).
  25. KH. Ahmad Mujahid ayah dari KH Ishomuddin.
  26. KH. Malikul Karim As’ad
  27. KH. Hasan Asy’ari atau Mbah Mangli Ngeblak Magelang.
  28. KH. Musthofa Lekok Pasuruan.
  29. KH. Ahmad Asrori Al-Ishaqi (Kedinding Surabaya)
  30. Kiai Hisyam Syafaat (Pondok Pesantren Darussalam Blokagung Banyuwangi)

4. Perjalanan Hidup dan Dakwah KH. Khozin Bendo

4.1 Mendirikan Pondok Pesantren

Beliau pernah nyantri langsung kepada Syekhona Kholil bin Abdul Latif di Bangkalan (bersama dengan Hadratusy Syekh KH. Muhammad Hasyim Asy’ari Tebuireng Jombang. Kurang lebih 3 bulan berjalan, kemudian KH. Dahlan Jampes rahimahullah dipanggil oleh Syaikhona Kholil (lewat mimpi) untuk menjemput dan mengajak pulang Mbah Khozin, karena adiknya dianggap “ngentek-ngenteki ilmu” (sudah tidak ada lagi ilmu yang bisa diturunkan oleh Syaikhona kepada Mbah Khozin, karena semua ilmu sudah diserap / dikuasai) dan semenjak pulang dari Bangkalan, beliau ngaji Ihya’ Ulumuddin, kepada kakaknya sampai bertahun-tahun.

Ketika mendirikan Pondok Bendo (kurang lebih tahun 1889 M) dan mempunyai santri pertama, Mbah Khozin sudah berumur 60 tahun, kemudian beliau memimpin kurang lebih 70 tahun. Gaya kepemimpinan beliau dalam mengasuh Pondok Bendo, dikenal sangat santun, ramah dan sangat menghormati terhadap orang lain, bahkan terhadap orang awam (umum / bukan santri), sehingga oleh masyarakat lebih dikenal sebagai Mbah Khozin daripada Kyai / Syeikh Khozin (panggilan MBAH disematkan karena dia dianggap sebagai mbahnya semua orang, karena keakraban dan kerendahan hati beliau dgn semua orang). Apa yg diajarkan oleh MBAH Khozin untuk kita adalah ketekunan (istiqomah) shalat jama’ah dan ngaji (termasuk cerita masyhur di kalangan alumni, bahwa beliau tidak pernah meninggalkan jamaah atau “ngimami” di pondok Bendo) selama 40 tahun.

Sangat banyak santri beliau yang kemudian menjadi orang besar dan masyhur namanya. Setelah Syekh Khozin (Muhajir) Meninggal, Pondok Bendo di asuh oleh putranya bernama Hadrotusy Syekh KH. Khayattul Makki rahimahullah, setelah Hadrotusy Syekh KH. Khayattul Makki meninggal, Pondok Pesantren tsb di asuh oleh KH. Izzuddin Khayattul Makki rahimahullah.

4.2 Tradisi Khataman

Khataman kitab Ihya’Ulumiddin karya Imam Al-Ghozali rahimahullah merupakan suatu tradisi unik yang merupakan peninggalan langsung dari Mbah Khozin yang masih mempunyai rahasia tersendiri, dan sampai sejauh ini hanya ada 2 pondok yang berani memakai tradisi ini (syukuran khataman kitab tasawuf dengan nanggap musik dangdut) yaitu Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang dan Pondok Pesantren Curah Kates Jember) dan ketika ada peneliti dari salah satu universitas terkemuka di jatim tentang keunikan ini mereka (2 pondok tersebut), hanya mempunyai satu alasan : “Saya hanya mengikuti guru saya di Bendo”.

Jadwal mengaji Kiai Khozin memang cukup padat. Mulai kitab Hikam, Ad Dasuqi ala Ummul Barahin, Fathul Wahab, Qatrul Ghaits, dan Tafsir Jalalain memenuhi jadwal Kiai Khozin dari pagi hingga malam hari. Tercatat hanya lima hari saja Kiai Khozin libur mengaji. Itu pun lima hari menjelang beliau wafat. Saat itu, seusai salat Jumat Kiai Khozin mengeluh sakit. Kemudian beliau beristirahat.

Semasa beliau sakit, Abuya Dimyathi diminta mewakili Kiai Khozin untuk mengaji. Hingga pada hari Selasa, Kiai Khozin pun dipanggil menghadap Sang Khaliq di usianya yang sudah cukup senja.

5. Keteladanan KH. Khozin Bendo

KH. Khozin Bendo semenjak kecil dididik dengan disiplin oleh ayahanda beliau. dan beliau juga belajar kepada Syaikhona Kholil Bangkalan.Beliau melakukan pemelajaran di Pondok Pesantren dengan cara disiplin yang sangat ketat dan jadwal yang padat, maka tidak heran bila murid-murid beliau banyak yang menjadi ulama-ulama tersohor, bahkan ada yang menjadi Rais A’am PBNU. Atas kesabaran dan ketelatenan beliau dalam membimbing para santri-santrinya sehingga banyak murid-murid berdatangan dari berbagai daerah. 

Catatan: Tulisan ini terbit pertama kali pada tanggal 15 Oktober 2020.
Tim Redaksi mengunggah ulang dengan melakukan penyuntingan

Editor   : Achmad Susanto

Sumber : Diambil dari berbagai sumber.


https://www.laduni.id/post/read/69768/biografi-kh-khozin-bendo-kh-muhajir-pendiri-pondok-pesantren-darul-hikam-bendo-pare-kediri.html