Biografi Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff

1.  Riwayat Hidup dan Keluarga Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff

1.1 Lahir
1.2 Wafat

2.  Perjalanan Hidup dan Dakwah Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff

2.1  Sekilas Perjalanan Hidup Habib Ja’far Al-Kaff

3.  Karomah Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff

3.1  Mengetahui Sesuatu Sebelum Terjadi
3.2  Dapat Mengetahui Santet Dari Jarak Jauh
3.3  Membantu Wanita Melahirkan dengan  KH. Hamid Pasuruan
3.4  Berkomunikasi Dengan Para Wali Yang Sudah Meninggal
3.5  Tidak Membutuhkan Hal Yang Berbau Duniawi
3.6  Sering Memberikan Isyarat Yang Tersembunyi
3.7  Membelah Diri Menjadi Tujuh
3.8  Memanggil Orang Yang di Inginkan Tanpa Bantuan Alat Komunikasi

4.  Keteladanan Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff

5.  Referensi

1 Riwayat Hidup dan Keluarga Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff

1.1 Lahir

Beliau lahir di Desa Demaan, Kudus, Jawa Tengah dengan nama lengkap Habib Ja’far bin Muhammad bin Hamid bin Umar Al-Kaff.

1.2  Wafat 

Habib Ja’far Al-Kaff wafat pada Jumat, 1 Januari 2021 di Samarinda, Kalimantan Timur. Jenazah beliau diberangkatkan keesokan harinya menuju Kudus, Jawa Tengah dan dimakamkan pada Sabtu, 2 Januari 2021 di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Ploso, Jati, Kudus, Jawa Tengah. Beliau dimakamkan disamping makam ayah dan datuknya.

2. Perjalanan Hidup dan Dakwah Habib Ja’far Al-Kaff

2.1 Sekilas Perjalanan Hidup Habib Ja’far Al-Kaff

Habib Ja’far Al-Kaff adalah ulama kharismatik yang memiliki pengaruh cukup besar di kalangan para ulama. Beliau dikenal sebagai seorang Wali Majdub yang memiliki kebiasaan jadzab (nyeleneh), bahkan menurut pandangan Habib Umar bin Hafidz, Habib Ja’far Al-Kaff adalah sulthonul majdub fii kulli zaman, rajanya para Wali Majdub.

Salah satu kebiasaan Habib Ja’far Al-Kaff yang cukup nyeleneh adalah membuang uang ke laut, uang yang beliau buang jumlahnya tak sedikit, berkisar puluhan juta, ratusan juta, bahkan miliyaran. Kebiasaan Habib Ja’far tersebut sangat sulit dinalar oleh orang awam, namun bagi mereka yang memahaminya kebiasaan Habib Ja’far adalah sebuah pelajaran berharga untuk tidak mencintai dunia.   

Selain kebiasaan beliau yang nyeleneh, Habib Ja’far juga dikenal melalui penampilannya yang sangat nyentrik. Rambut gondrong, kemeja putih lengan pendek, celana bahan hitam, dan peci hitam menjadi busana favoritnya. Sangat jarang ditemui Habib Ja’far mengenakan pakaian selain yang disebutkan sebelumnya.

Habib Ja’far Al-Kaff sangat dihormati oleh berbagai kalangan, baik itu masyarakat biasa hingga para pejabat nasional. Beliau kerap didatangi untuk dimintai petuah dan doa-doanya.

Habib Ja’far terkenal majdzub. Orang yang kesadarannya ditarik dari kesadaran manusiawi ke kesadaran Ilahi. Karena memang jadzab arti dasarnya tertarik. Sehingga gaya hidup dan pandangan hidupnya sering kali berbeda dengan masyarakat umum. Kehidupan dan cara memandang sesuatu terlihat anti mainstream, khawariq al-‘adat.

Mungkin bagi kita yang awam, kita hanya melihat fisiknya Habib Ja’far. Rambut gondrong. Kumis tebal sampai menutupi bibirnya. Jenggot panjang. Cambang tumbuh lebat. Kuku-kukunya yang panjang-panjang. Akan tetapi fisiknya terlihat selalu bersih. Tapi kita tidak tahu gerak perubahan substansial yang terjadi di alam spiritualitasnya yang dinamis dan dahsyat.

Ada satu hal yang bagi saya menarik dari pakaian Habib Ja’far, yaitu konsisten menggunakan kopiah hitam. Bagi saya, Habib Ja’far menggunakan kopiah hitam mengandung pesan simbolik kepada umat Islam. Kopiah atau peci hitam merupakan simbol keshalihan keislaman yang bersinergi dengan keshalihan kebangsaan. Mayoritas masyarakat muslim Indonesia menggunakan peci hitam.

Peci hitam dipopulerkan oleh Bung Karno. Sehingga orang Mesir menyebutnya qalansuwa Ahmad Soekarno. Disaat kita masih sekolah di Mesir, ada salah satu teman yang menghadiahkan peci hitam pada salah satu pemikir muslim Mesir. Dengan reflek sang pemikir berkata,” qalansuwa Soekarno. Rajulun kabir” (Peci Soekarno. Orang besar).

Boleh dibilang, peci hitam sebentuk representasi nasionalisme Indonesia. Habib Ja’far dengan sengaja sedang memberi pesan nasionalisme sekaligus pesan Islam Nusantara. Sebab, peci hitam sejatinya sudah ada dan dipakai kaum santri dan tukang sate jauh sebelum diviralkan oleh Bung Karno. Sehingga Bung Karno menggunakan peci hitam sebagai representasi masyarakat muslim Nusantara yang mencintai bangsanya (nasionalisme).

Peci hitam paling sederhana dan paling mudah untuk ditangkap maknanya oleh semua masyarakat Indonesia. Habib Ja’far sangat mengerti itu. Beliau tampil sebagai Habib yang nasionalis, mencintai tradisi, budaya, dan simbol-simbol yang hidup di tengah-tengah masyarakat bangsa ini.
Selain Habib Ja’far Alkaff. Ada Habib Syaikhon yang terkenal majdzub. Di kalangan para kiai pun kita banyak mengenal kiai-kiai yang majdzub atau jadzab.

Dalam kitab dan dalam pengalaman realitas bahwa jadzab itu ada dua macam. Pertama, jadzab yang bersifat sementara alias berbatas waktu. Ketika sedang jadzab, seseorang hidup anti manstream. Setelah move on dari jadzabnya, ia kembali hidup seperti manusia pada umumnya. Kedua, jadzab yang bersifat semi permanen sampai ajal menjemputnya.

3 Karomah Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff

3.1 Mengetahui Sesuatu Sebelum Terjadi

Pernah suatu Ketika Gus Dur memasuki salah satu Mall di Jakarta. Entah bertujuan apa gerangan ke Mall. Boleh jadi mau ke Gramedia atau ke bagian pakaian. Secara tidak sengaja, kebetulan, ada seseorang yang memanggil, “Gus… Gus Dur…!”. Merasa ada yang memanggil, Gus Dur pun menoleh ke arah orang yang memanggilnya. Ternyata yang memanggil adalah orang yang sangat dikenal oleh Gus Dur, yaitu Habib Ja’far Alkaff Kudus. Karena memang mereka berdua sahabat karib.

Gus Dur menghentikan langkahnya dan berbelok menuju dan menghampiri Habib Ja’far Alkaff Kudus. Mereka berjabat tangan erat. Masing-masing tanya kabar dan berbicara ringan. Ngobrol ngalor ngidul.

Tiba-tiba saja Habib Ja’far mengajak Gus Dur berkunjung ke toko kaset. Ya toko kaset pita. Karena ini kisah jauh sebelum reformasi. Orba sedang di atas puncak kekuasaan dan kekuatannya. Gus Dur masih Ketua PBNU. Habib Ja’far tahu kalau Gus Dur suka musik. Gus Dur pun bersemangat mengikuti ajakannya.

Sesampai di toko kaset. Habib Ja’far memborong kaset Obbie Mesakh dan dihadiahkan kepada Gus Dur. Sambil memberikan kaset-kaset ke Gus Dur, Habib Ja’far berkata, “Ini Gus kaset yang bagus sekali”, sembari menunjukkan kaset Obbie Mesakh. Lanjut Habib Ja’far, “Begini lagunya Gus. sungguh aneh tapi nyata, orang buta jadi presiden,” dengan suara lantang dan dinyanyikan berkali-kali oleh Habib Ja’far.

Syair itu gubahan atau plesetan Habib Ja’far dari sepenggal syair “Sungguh aneh tapi nyata, tak kan terlupa…” yang terdapat dalam lagu Kisah-Kasih di Sekolah, Obbie Mesakh yang meluncur tahun 1987.

Tentu saja Habib Ja’far tidak berniat menghina dengan kata “buta”. Akan tetapi Habib Ja’far sedang menyuarakan suara hatinya yang jujur atas suatu misteri masa depan yang akan terjadi. Sebentuk menyibak tabir dengan bahasa simbolik atau tanda yang menandai sesuatu yang dituju.
Gus Dur yang paham betul dengan sahabat karibnya itu. Memilih tersenyum dan berterima kasih. Gus Dur paham bahwa sahabatnya itu adalah kekasih Allah, wali, yang weruh sadurunge winara (tahu sebelum kejadian). Barangkali inilah yang disebut la ya’rifu al-wali illa al-wali (tidak mengenal seorang wali, kecuali wali).

Beberapa tahun kemudian. Pak Harto lengser keprabon. Orba runtuh. Reformasi meletus. Lagu Habib Ja’far gubahan dari lagu Obbie Mesakh menjadi kenyataan: Gus Dur jadi Presiden Republik Indonesia.

Beliau memiliki karomah weruh sadurunge winara, Habib Ja’far pernah memberikan tanda tentang dua pemilihan presiden, SBY dan Jokowi. Habib Ja’far bersuara bahwa yang akan jadi SBY, ya betul SBY jadi Presiden 2 priode. Kemudian periode berikutnya Habib Ja’far bilang yang akan jadi Presiden adalah Jokowi, ya benar Jokowi jadi Presiden 2 periode. Habib Ja’far dengan suara yang mantap menyatakan, “Pak Jokowi dadi meneh. Ping pindo” (Pak Jokowi jadi lagi, 2 kali).

Kalau kita menyimak suaranya, sepertinya Habib Ja’far sangat yakin dengan apa yang diucapkannya. Bahkan seakan sesuatu yang sedang dikatakan adalah nyata dan hadir di depan mata. Padahal berisi sebuah prediksi masa depan yang masih banyak kemungkinan yang akan terjadi. Sebab, seringkali beliau mengatakannya berkali-kali. Jokowi Presiden. Jokowi dadi meneh. Jokowi dadi meneh.

3.2 Dapat Mengetahui Santet Dari Jarak Jauh

Habib Nouval Muthohhar menceritakan sekitar 2006-an. Waktu itu saat malam menjelang jam 1 dini hari,  Habib Nouval Muthohhar masih terjaga dan belum mengantuk. Entah karena apa, tiba tiba terbersit dalam hati beliau suatu kalimat yang jelas, “Segeralah Tadarus Quran”.
Suara hati itu coba ditepis. Karena selama ini, tidak terbiasa tadarus Quran tengah malam. Semakin menolak, bisikan hati itu semakin kuat. Lalu beliau berwudhu. Sholat sunah 2 rokaat, dan mulai tadarus Quran. Baru tadarus beberapa halaman, tiba-tiba ada suara yang sangat keras, sepertinya suara tersebut tepat di atas di genteng di atas beliau. Duarrrrrr! Sangat keras. Dan mengagetkan.

Tidak tahu suara apa. Lantas tiba-tiba hati beliau berbisik dan berkata, ‘Ini santet!’. Tubuh beliau terasa merinding dan segera meruskan tadarus Quran dan membaca segala macam wirid. Berdegub keras jantung beliau dan perasaan waswas semakin melanda. Hingga Tidak bisa tidur sampai subuh.
Usai shalat subuh beliau bertanya kepada umminya (ibu), apakah mendengar suara keras. Dijawab tidak mendengar sama sekali. Semakin penasaran. Segera dilihat di atasgenteng. Apakah ada bekas-bekas mercon yang mungkin dinyalakan orang iseng. Di atas genteng tidak ada sesuatu apapun. Semakin penasaran. Apa yang terjadi malam tadi.

Hingga jam 8 pagi tidak bisa tertidur. Masih berpikir tentang kejadian semalam. Tiba tiba handphone berdering. Lalu diangkat. Suara di seberang telpon adalah suara Habibana Ja’far bin Muhammad Al-kaff. Kalimat pertama yang diucapkan beliau adalah pertanyaan “Vel, Kowe selamet yaa (Vel, kamu selamat yaa)?”. Belum sempat dijawab, beliau sudah berkata lagi “Kuwi sing nyerang kowe, wong sing iri karo kowe (Itu yang menyerangmu adalah orang yang iri sama kamu)”.

Habib Nouval Muthohhar belum menjawab. Beliau kembali berkata, “Ono sing meh nyantet kowe (ada yang mau menyantetmu)”. Lalu Habib Ja’far marah dan berkata “Nek mbok balikke wonge mati (kalau engkau kembalikan santetnya orangnya mati)”. Beliau marah sekali. Berkali-kali bilang, “Sing meh nyantet kowe kuwi, wong sing iri karo kowe (orang yang mau menyantetmu adalah orang yang iri sama kamu)”.

Habib Nouval Muthohhar  belum pernah melihat Habib Ja’far marah seperti ini. Bahkan hingga beliau wafat pun tidak pernah melihat beliau semarah ini. Lalu Habib Nouval Muthohhar  berkata, “Wes aku didoakke wae Bib, sing penting aku selamet (sudah, aku didoakan saja bib, yang penting aku selamat bib)”. Marah beliau mulai mereda dan berkata, “Iyo, sing penting kowe selamet, tak doakke mbok amini yo (iya, yang penting kamu selamat. Nanti aku doa ntar kamu amini yaa)”. Habib Ja’far berdoa dan Habib Nouval Muthohhar mengaminkan. Telpon kemudian ditutup.

Habib Nouval Muthohhar  masih bingung. Ini ada apa? Siapa yang memberitahu Habib Ja’far? Padahal Habib Nouval Muthohhar di Semarang, Habib Ja’far di Jakarta. Padahal ummi beliau yang serumah tidak aku beri tahu. Lalu kemudian menelpon Mbah Fauzi, nomer orang yang menelponnya. Mbah Fauzi cerita, jam 8 pagi itu Habib Ja’far masuk ke kamarnya dan berkata, “Novel telpon Saiki (Novel telpon sekarang)”. Kemudian Habib Nouval Muthohhar ditelpon. Lalu kuceritakan peristiwa tadi malam tersebut sama Mbah Fauzi.

Beberapa waktu kemudian Habib Nouval Muthohhar ke Jakarta. Dan bertanya kepada Habib Ja’far tentang peristiwa itu, lalu beliau menjawab, “Kowe arep disantet, tapi santetnya ora keno soale meledak (kamu akan disantet, tapi tidak kena karena meledak terlebih dahulu).
Alhamdulillah, beliau tidak bertanya kepada Habib Ja’far tentang siapa orang yang berniat jahat kepadaku tersebut. Habib Nouval Muthohhar yakin beliau pasti mengetahui orangnya. Lalu beliau berkata, “Ora opo-opo, sing penting kowe selamet. Wonge wes wedi karo kowe (Tidak apa apa, yang penting kamu selamat. Orang yang mau menyantetmu kini sudah takut sama kamu)”.

Itulah sebagian karomah Habibana Ja’far. Aku tidak memberi tahu peristiwa malam itu kepada siapapun. Tapi beliau tahu. Padahal aku di Semarang, dan beliau di Jakarta. 

3.3 Membantu Wanita Melahirkan dengan  KH. Hamid Pasuruan

Pernah suatu ketika, waktu Mbah Yai Hamid Pasuruan masih hidup, Habib Ja’far masih suka melakukan kebiasaannya, yakni jalan-jalan dan menginap di rumah yang jelek (di daerah Pasuruan).

Setelah dipersilahkan tuan rumah, beliau mendapati salah satu penghuni rumah yang akan melahirkan. Saat proses melahirkan, bayi tersebut belum mau keluar hingga dua jam lebih.

Akhirnya Bu Bidan memvonis: “Kandungan ini harus di operasi!!”.
Seketika itu seluruh penghuni rumah sedih bukan kepalang.
“Duh gusti, uang dari mana lagi. Untuk makan saja susah,” keluh salah satu penghuni rumah.
Lalu Habib Ja’far berkata:
“Ini daerah Pasuruan kan?”
“Iya,” jawab mereka.
“Kalau memang Mbah Yai Hamid benar-benar wali, maka sebentar lagi dia pasti akan datang di daerah yang merupakan kekuasaannya!”.
Tidak butuh lama, tiba-tiba dari arah depan pintu ada orang yang mengucapkan salam:
“Assalamu’alaikum…”
Semuanya bergegas menyambut.

Dan ternyata, Mbah Yai Hamid sudah ada di depan pintu sambil membawa bungkusan plastik berisi air putih!
Setelah bersalaman dan berangkulan dengan Habib Ja’far, beliau berkata:
“Ini, Yek, pesanan njenengan. Langsung diminumkan saja, Insya Allah sembuh.”
Lalu beliau langsung pamit.
Air putih itu langsung diminumkan ke ibu hamil itu. Dan seketika, dengan lancarnya sang jabang bayi keluar. Dan tidak jadi operasi…

3.4 Berkomunikasi Dengan Para Wali Yang Sudah Meninggal

Suatu saat kami dan rombongan berziarah ke beberapa makam para wali, khususnya yang di daerah Demak, Kudus dan Jepara. Di Jepara menziarahi makam Al-Wali Sayid Abubakar di Pulau Panjang.

Sepulangnya dari Pulau Panjang, kami berencana untuk bersilaturahmi kepada Al-Habib Jafar bin Muhammad Alkaf. Waktu itu beliau tinggal di Hotel Palm Beach Jepara. Sekitar jam 5 sore kami sampai di tempat beliau. Waktu itu tamu beliau sangat banyak. Mereka menunggu di depan Cottage yang ditempati Habib Ja’far. Beliau punya kebiasaan, jika belum bersedia menerima tamu maka pintu kamarnya di kunci.

Tidak lama menunggu, tiba-tiba pintu kamar terbuka. Dan langsung berkata “Novel karo rombongan mlebu disek” (Novel dan rombongannya masuk terlebih dahulu). Agak terkejut. Datang paling akhir tapi disuruh masuk terlebih dahulu. Masukklah kami.
Sesampainya di dalam kamar, beliau langsung berkata kepadaku, “Aku ngerti kowe bar ziarah wali, mongko tak disekno” (Aku tau engkau habis ziarah wali, makanya aku dahulukan). Mak Degg. Habib Jafar tahu kalau kami habis berziarah. Subhanallah.

Alhamdulillah di dalam kamar disambut suka cita. Beliau tertawa-tawa. Bahkan kopi pun diseduhkan langsung oleh beliau. Sambil mengaduk kopi beliau berkata, “Kae wali, iki yo wali” (Itu wali dan ini juga wali). Sambil menunjuk diri beliau sendiri. Maksudnya, yang kami ziarahi itu adalah waliyullah dan beliau sendiri juga waliyullah.

Lalu beliau berkata, “Mau Sayid Abubakar mrene, kon ndisekno kowe karo rombongan” (Tadi Sayid Abubakar ke sini dan menyuruhku untuk mendahulukan kamu). Maksudnya, Sayid Abubakar Pulau Panjang yang kami ziarahi datang secara ruhani kepada beliau dan berkata hal tersebut.
Sambil menunjuk tamu-tamu yang di luar, beliau berkata, “Kae mrene ora ziarah wali sek” (mereka datang ke sini tidak berziarah wali terlebih dahulu).
Dua jam lebih kami berada di dalam kamar. Dan banyak hal yang beliau bicarakan serta seluruh rombongan didoakan oleh beliau. “Lancar Berkah Manfaat”. Itulah inti doa beliau. Inilah salah satu keistimewaan ziarah kepada Wali yang sudah wafat lalu menuju Wali yang masih hidup. 

3.5 Tidak Membutuhkan Hal Yang Berbau Duniawi

Mengenal dan memahami Habib Jafar bin Muhammad Alkaf tidak bisa lewat Fiqh Ahkam (Syariat), tetapi dengan Fiqhul Hikmah. Karena terkadang yang dilakukan oleh beliau di luar nalar manusia pada umumnya.

Ketika suatu saat beliau membuang-buang uang di laut. Tumpukan uang dibuang begitu saja ke laut. Kemudian ditanya kenapa uang segitu banyaknya di buang ke laut. Dengan santainya beliau menjawab “Nggo wong Aceh (untuk orang Aceh)”. Tak lama kemudian terjadi gempa dan tsunami di Aceh (tahun 2004). Seusai tragedi yang memilukan tersebut, beliau masih terus membuang uang di laut. Selalu dijawab untuk orang Aceh. Subhanallah. Kita tidak pernah tahu, apa rahasia yang dilakukan oleh beliau tersebut. Hanya bisa pasrah dan menerima.

Suatu saat beliau membagi-bagikan uang, tumpukan uang di dalam kantong beliau dibagi-bagikan. Semua orang mendapat bagian. Bahkan orang yang tidak kenal pun, yang lewat di depan beliau pun mendapatkan bagian. Tidak pandang bulu. Mau muslim atau non-muslim, semuanya diberi uang oleh Habib Ja’far saat itu.
Sambil berbisik beliau berkata, “Dunyo wes tak idak-idak Vel (Dunia sudah kuinjak-injak Vel)”. Artinya, beliau sudah tidak memikirkan dunia sama sekali. Subhanallah.

Bahkan, menurut salah satu pendereknya, Habib Ja’far belanja parfum selama setahun habis 1,6 Milyar!!! Bayangkan, uang segitu banyaknya hanya untuk beli parfum. Parfum-parfum tersebut dibagi-bagikan oleh beliau. Alhamdulillah kami pun mendapatkan parfum dari beliau. Harganya jutaan. Beliau tidak eman-eman sama sekali. Uang tidak menjadi raja dihadapan beliau, akan tetapi harta menjadi budaknya beliau.

Inilah salah satu hikmah yang bisa diambil dari perjalanan hidup beliau. Jangan mau diperbudak oleh harta, tetapi perbudaklah harta tersebut. Sehingga engkau menjadi raja bagi hartamu dan engkau tidak menjadi budak bagi hartamu. Ketika engkau menjadi raja bagi hartamu, maka engkau bisa menjadikan hartamu sebagai sarana untuk membantu orang lain dan mendapatkan keridhoan Allah SWT

3.6 Sering Memberikan Isyarat Yang Tersembunyi

Habib Ja’far Al-Kaff sering memberikan perlambang atau isyarat-isyarat untuk sesuatu. Terkadang isyarat itu tidak masuk akal, namun kita harus tasliman dan ta’dhiman dengan apa yang beliau lakukan.

  • Buah jeruk dilambangkan dengan kalimat ‘rejekine ben ngeruk’ (rejekinya biar banyak). 
  • Buah Semangka (Rejeki sing ora disongko-songko/ rejeki yang tidak disangka-sangka), 
  • Buah Apel (rejekine ben ngempel/ rejekinya biar kumpul), 
  • Buah Salak (ben dadi galak/ biar jadi galak). 
  • Buah Gedhang/Pisang (atine ben padhang/ hatinya biar terang).

Beliau sering memberi para tamu-tamunya dengan buah-buahan tersebut, sambil berkata seperti di atas. Dan beliau sangat tidak suka dengan Buah Anggur karena menurut beliau “biso nganggur” (bisa menganggur).

  • Burung dara beliau lambangkan sebagai “noto negoro”/ menata negara,
  • Burung Gelatik (iso ngotak-ngatik/ bisa mengutak-atik).
  • Huruf Ta’ dilambangkan iso nataki (bisa menghadapi), 
  • Huruf Dal dilambangkan iso mendal (bisa terpental) dan masih banyak isyarat-isyarat yang lain yang disampaikan Habib Ja’far.

Sekilas memang tidak masuk akal, namun apabila hal tersebut diucapkan seorang wali, maka pasrah dan percaya adalah jalan terbaik.
Suatu ketika, beliau hadir disebuah acara. Seusai acara, dihidangkan banyak makanan dan buah-buahan. Di antaranya buah Jeruk, Apel, Anggur dan lain-lain. Semua buah beliau makan dan dibagikan, kecuali buah anggur. Berkali-kali beliau menunjuk buah anggur sambil ketawa ‘iso nganggur” (bisa menganggur), maksudnya bisa jadi pengangguran.

Di antara yang hadir, ada seseorang yang tidak percaya. Masa gara-gara makan anggur bisa menganggur. Lalu dimakanlah anggur tersebut.
Masya Allah. Selama setahun orang tersebut benar-benar jadi pengangguran. Semua pekerjaan, proyek dan usahanya tidak laku sama sekali. Benar-benar jadi pengangguran. Itulah salah satu bala’ (bencana) bagi orang yang mendustakan para wali-Nya.
Imam Haddad mengatakan bala’ paling ringan bagi orang yang mendustakan para wali Allah adalah tidak diberi kenikmatan dalam beribadah dan bala’ paling besar adalah mati dalam keadaan su’ul khotimah. Naudzubillah.

Lalu, apakah kita tidak boleh makan anggur? Makan lah buah anggur. Karena itu termasuk buah-buahan yang halal yang diberikan Allah SWT untuk manusia. Akan tetapi, jangan niat memakan anggur karena mengingkari dan menghina ucapan Habibana Ja’far Alkaf.
Di hadapan beliau tetap taslim dan ta’dhim. Tetap pasrah dan percaya. Karomah-karomah beliau terlalu banyak untuk diceritakan, dan banyak ucapan-ucapan beliau yang terbukti karena beliau termasuk orang yang dicintai Allah SWT.

3.7 Membelah Diri Menjadi Tujuh

Habib Husain dari tuban mengisahkan bahwa Habib Ja’far adalah WALI JADAB, beliau pernah menginap di rumah istri saya selama 8 bulan, dan memang kelihatannya beliau gak pernah sholat dan orang2 kampung mengetahui dan mereka menghina habib ja’far al-kaf ” orang NU kok gitu ya, gitu kok di bilang WALI ALLAH ” mungkin karena mereka2 taunya gak sholat

Maka orang yang menghina penasaran dan ngecek langsung di rumah istri saya pas waktu subuh, dan kamar rumah istri saya itu banyak, maka di bukalah pintunya dan terlihat habib ja’far masih tidur dalam arti gak sholat subuh dan dia berkata ” gini kok di bilang WALI “
Setelah itu dia membuka kamar yang lain, dan dia kaget ternyata ada habib ja’far lagi membaca AL-QUR’AN dan dia membuka kamar lain lagi dan ternyata ada habib ja’far lagi sholat, dan dia membuka kamar lagi sampai 7 kamar ada habib ja’far semua, jadi beliau ada 7.

3.8 Memanggil Orang Yang di Inginkan Tanpa Bantuan Alat Komunikasi

Kira kira hampir 20 tahunan yang lalu. Antara tahun 2002-2003. Malam itu sekitar jam 9-an Habib Nouval Muthohhar ada keinginan untuk menonton acara musik gambus pernikahan seorang kawan.

Persiapan sudah selesai. Pakaian rapi. Pakai jaket. Motor sudah dikeluarkan. Motor telah di-starter. Tinggal wuzzz jalan. Tiba tiba hati terasa ada sesuatu bisikan yang kuat ‘Jangan berangkat’. Bayangan ramainya suasana gambus membayangi dan akal berkata ‘Berangkatlah’. Akhirnya jadi bimbang antara berangkat atau tidak. Kira-kira 5 menit duduk diatas sepeda motor yang telah nyala. Masih dalam kebimbangan.
Bismillah, diputuskan tidak jadi berangkat. Motor dikembalikan ke tempat semula. Ganti kaos dan sarung lalu nonton TV. Kira kira jam 10-an pintu rumah diketuk. ‘Assalamulaiakum’. Dibukanya pintu dan menjawab ‘Walaikumsalam’.

Ternyata tamu tersebut adalah Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff. Beliau didampingi pendereknya. Belum juga kupersilahkan duduk, beliau langsung berkata ‘Aku ngerti kowe meh metu makane tak pilo pilo sek (Aku tau engkau mau keluar makanya aku pilopilo dulu)’. Beliau berkata sambil memegang telinganya. Beliau lalu melanjutkan ‘Vel, Ojo metu sek aku meh teko (Vel, jangan keluar dulu aku mau datang)’.

Pilo Pilo adalah bahasa beliau untuk mencegah orang yang mau beliau datangi bepergian atau memanggil seseorang yang beliau kehendaki. Aneh memang. Tapi ini nyata. Dan malam itu bukti yang nyata, sudah siap untuk bepergian lalu tiba-tiba tidak jadi berangkat. Ternyata sudah dipilo pilo sama Habibana Ja’far hehe… Dan malam itu beliau pulang jam 1-an dinihari.

Pernah juga lagi duduk bersama beliau. Lalu Habib Jafar menghendaki seseorang datang, lantas beliau memegang salah satu telinganya dan berkata ‘Pilo pilo si Fulan teko (Pilo Pilo si Fulan datang)’. Subhanallah, sejam kemudian orang yang di maksud datang menemui beliau.
Inilah sebagian ilmu para waliyullah, yang terkadang tidak masuk akal namun terbukti nyata.

4. Keteladanan Habib Ja’far bin Muhammad Al-Kaff

Habib Ja’far Al-Kaff adalah ulama kharismatik yang memiliki pengaruh cukup besar di kalangan para ulama. Beliau dikenal sebagai seorang Wali Majdub yang memiliki kebiasaan jadzab (nyeleneh), bahkan menurut pandangan Habib Umar bin Hafidz, Habib Ja’far Al-Kaff adalah sulthonul majdub fii kulli zaman, rajanya para Wali Majdub.

Prilaku beliau yang terlihat nyeleneh membuat orang yang baru mengenalnya akan berburuk sangka kepadanya. Namun di sisi lain, justru sejumlah ulama besar dunia telah mengakui kewalian Dzurriyyat Nabi yang satu ini.

Sebagaimana jawaban Al-Habib Umar bin Hafidz kepada seorang jamaah yang bertanya, “siapakah Ja’far Alkaff itu? Lantas Habib Umar menjawab, “Habib Ja’far Al-Kaff itu sulthonul majdzub fii kulli zamaan”, yang artinya Raja Wali Majdzub sepanjang zaman.

Habib Ja’far merupakan sosok ulama sekaligus habib yang sederhana, bersahaja, nyentrik namun humoris. Beliau sangat dikagumi oleh para ulama, bahkan sejumlah ulama besar di Indonesia hingga dunia, saat bertemu dengannya selalu meminta untuk didoakan.
Habib Ja’far Alkaff ini sangat terkenal dengan berbagai karomahnya yang sangat luar biasa. Banyak muhibbinnya dari kalangan jamaah hingga ulama yang menyaksilan secara langsung karomah beliau.

Habib Ja’far Alkaff sangat mencintai bangsa dan negara ini. Sehingga tak pernah berhenti memikirkan dan mendoakan untuk kebaikan dan kemaslahatan bangsa ini. Habib Ja’far adalah salah satu patok panceng dan rujukan bagi bangsa ini,

5 Referensi

Diambil dari berbagai sumber

https://www.laduni.id/post/read/517205/biografi-habib-jafar-bin-muhammad-al-kaff.html