Bagaimana Membangun Budaya Lierasi Digital di Perguruan Tinggi?

Oleh Ahmad Rusdiana, Guru Besar Manajemen Pendidikan UIN Sunan Gunung Djati Bandung

Perkembangan teknologi dan informasi telah membawa mahasiswa sebagai generasi milenial/kekinian memasuki dunia literasi digital. Perkembangan teknologi dan infomrasi saat ini diharapkan mampu memacu mahasiswa lebih baik dalam memanfaatkan literasi digital dalam bidang akademik. Keuntungan yang dapat diambil dari perkembangan teknologi dan informasi ini salah satunya ialah mahasiswa dapat mengakses informasi edukatif yang lebih up to date.

Namun demikian, masih rendahnya pengetahuan tentang literasi digital menjadi kendala serius dalam penerapannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan perguruan tinggi adalah membekali mahasiswa dengan kemampuan literasi digital untuk melakukan penggalian informasi digital secara bijak.

Terkait dengan hal tersebut, maka realitas penerapan digital literacy perlu lebih diperhatikan dalam kegiatan belajar mengajar yang terstruktur di kampus. Tujuannya adalah agar ada pengawasan terhadap penggunaan media-media digital. Keterampilan ini harus terakomodasi di kelas maupun diluar kelas, sehingga harus dimanfaatkan secara maksimal untuk kecakapan kognitif, sosial, bahasa, visual, dan spiritual.

Dengan penerapan digital literasi dalam perkuliahan, diharapkan memberi keuntungan lebih bagi mahasiswa untuk dapat menyebarkan gagasan dan mencari sumber informasi yang dapat dipertanggungjawabkan. Selain itu, penggunaan digital literasi dapat memberikan pembelajaran yang paikem (pembelajaran aktif inovatif kreatif efektif menyenangkan).

Berdasarkan fenomena, serta telisik data dan informasi perihal penerapan digital literacy di perguruan tinggi, maka untuk mampu membangun budaya literasi dengan baik. Krathwohl & Anderson, (2016), menyarankan harus memperhatikan tiga hal berikut ini:

Pertama, mengkondisikan lingkungan fisik ramah literasi. Cara yang bisa ditempuh dengan pengem-bangan budaya memajang karya mahasiswa di lingkup kampus.

Kedua, mengupayakan lingkungan kampus yang afektif sebagai medel komunikasi dan interaksi yang literat. Lingkungan kampus yang afektif dibentuk dan dikembangkan dengan cara pemberian pengakuan atas pencapaian mahasiswa, seperti pemberian penghargaan atas prestasi, penyelengaraan bedah buku, dan sebagainya.

Ketiga, mengupayakan kampus sebagai lingkungan akademik yang literat. Kampus membuat perencanaan dan pelaksanaan gerakan literasi di kampus termasuk membentuk tim literasi kampus yang bertugas untuk membuat perencanaan, pelaksanaan, dan asesmen program.

Pembelajaran berbasis literasi mengakomodasi pembelajaran yang berpusat pada mahasiswa yang didorong untuk mencari informasi melalui berbagai referensi, baik berupa materi cetak maupun digital. Implematasi literasi digital di kampus dilakukan melalui tahap pembiasaan, pengembangan, dan pembelajaran. Penjelasannya sebagai berikut:

Tahap pembiasaan adalah berupa kegiatan membaca buku non materi perkuliahan, pembuatan jurnal membaca mahasiswa, penyipan sarana literasi (penyediaan buku, area bacaaan, dan akses internet), menciptakan lingkungan kelas kampus yang nyaman untuk membaca, pembimbingan literasi digital secara bertanggungjawab, serta memperkenalkan etika perilkau dan hukum dalam menggunakan teknologi, informasi dan komunikasi.

Tahap pengembangan adalah kegiatan yang dapat dilakukan adalah membaca buku non materi perkuliahan, pembuatan respon bacaan, penilaian non akademik, pembuatan bahan kaya teks oleh mahasiswa, pembimbingan penggunaan komputer dan internet untuk kegiatan literasi, serta pengenalan penggunaan berbagai bahan referensi cetak dan digital untuk mncari informasi.

Tahap pembelajaran; berupa kegiatan membaca buku pada tahap ini antara lain membaca buku non materi perkuliahan, pemanfaatan berbagai strategi literasi dalam pembelajaran, pengembangan kemampuan literasi digital dalam pembelajaran bagi dosen dan mahasiswa, penilaian akademik, pengembangan lingkungan fisik, sosial, afektif, dan akademik, serta memilih cara dan jenis literasi digital yang tepat untuk proses pembelajaran, produksi pengetahuan, dan peyebarannya.
Wallahu A’lam Bishowab,