Akhirnya Saya Sekeluarga Merasakan Keganasan Covid-19

Oleh: Ahmad Ishomuddin, Syuriyah PBNU

Keganasan pandemi Covid-19, yang tidak seorangpun mampu memastikan kapan berakhirnya, telah banyak dirasakan, baik oleh mereka yang percaya keberadaannya maupun mereka yang mendustakannya, baik yang sudah divaksin maupun yang bahkan berkampanye anti vaksinasi Covid-19, baik yang berdisiplin menjaga protokol kesehatan maupun yang dengan “arogan” sengaja mengabaikannya.

Sejak masa awal pandemi Covid-19 merebak hingga beragam varian barunya muncul, saya sudah berusaha maksimal untuk mematuhi semua protokol kesehatan, di mana saja saya berhati-hati, agar tidak terjangkit virus menakutkan tersebut dan apalagi hingga menularkannya kepada keluarga saya di rumah atau kepada orang lain. 

Mobilitas saya yang semula relatif tinggi secara total saya kurangi. Lebih dari setahun saya tidak pernah menginjakkan kaki di bandara untuk naik turun pesawat. Perjalanan dari Bandar Lampung ke Jakarta, seperti ke kantor PBNU, atau ke tempat lainnya saya tempuh dengan mobil yang saya setir sendiri pulang pergi. Saat menyeberang dengan kapal laut saya juga tidak turun dari kendaraan, menghindari kontak dengan para penumpang lainnya.

Bahkan, alhamdulillah, saya mewakili PBNU sudah dua kali disuntik vaksin Sinovac di Istana Negara bersama Bapak Presiden Joko Widodo, Ketua IDI Pusat, Sekjen MUI, Panglima TNI, KAPOLRI, dan Raffi Ahmad, serta beberapa tokoh dari agama lain dan organisasi lainnya. Tentu saja dengan dua kali vaksin itu tidak lantas membuat saya terlalu “percaya diri” hingga tidak berhati-hati, saya banyak membaca dan menerima informasi bahwa di antara mereka yang telah divaksin pun masih terinfeksi oleh Virus Covid-19, meski dengan reaksi yang amat beragam setelahnya, tergantung kepada tingkat imunitasnya.

Namun begitulah, saya hanya berikhtiar, yang mungkin jauh dari maksimal, Allah yang mentakdirkan dan saya sangat ridlo dengan takdir-Nya. Ada saat di mana daya tahan tubuh saya menurun atau “kecerobohan” yang tidak saya sadari, telah membuat saya terpapar  Covid-19 itu dan yang membuat saya amat sedih menularkannya kepada semua anggota keluarga saya yang sangat saya sayangi dan saya jaga. Terus terang saya tidak tega melihat penderitaan mereka. Saya tak bisa bercerita tentang rasanya, tetapi saya telah mencicipi sendiri keganasannya. 

Melalui tulisan ini saya sekeluarga memohon didoakan agar segera dikaruniai kesabaran dan kesembuhan oleh Allah atau diberikan jalan yang terbaik. Saya juga mohon maaf atas semua kekhilafan, baik yang disengaja atau tak saya sadari. Dan semoga Allah mengampuni semua dosa-dosa saya. Amin…..

https://www.arrahmah.co.id/2021/06/akhirnya-saya-sekeluarga-merasakan.html